Jumat, 12 Oktober 2012

Yang Menggiurkan dari Bisnis Benih Lele Sangkuriang



AgriBisnis Senin, 16 Jul 2012 07:07 WIB
Hampir semua rumah makan selalu menyediakan ikan lele dalam berbagai varian menu makanan. Ini menunjukkan ikan lele sangat digemari sebagian besar masyarakat. Tentu saja, itu menjadi keberuntungan bagi Nurizal Irfan yang membudidayakan lele sangkuriang di rumahnya, di Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Sumber Mulyo Rejo, Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai.
Sejak pertengahan 2011, ia telah melakukan pembenihan ikan lele sangkuriang dengan modal Rp 1 juta. Dari sana, ia pun bisa meraup laba sekitar Rp 6 juta-an hanya dalam tempo 3 minggu.

Irfan menceritakan pengalamannya memulai budidaya ikan lele sangkuriang. Berawal dari pengamatannya mengenai jenis ikan yang paling digemari oleh masyarakat. Di antara banyaknya jenis ikan yang dikonsumsi, menurutnya ikan lele merupakan ikan yang paling mudah dibudidayakan meskipun dengan media yang sederhana.

Kemudian dengan modal sebesar Rp 1 juta, ia berangkat ke Sukabumi dan Subang, Jawa Barat untuk membeli benih ikan lele sangkuriang yang masih berbentuk larva, benih yang berusia 3 hari. "Dari uang itu, kita beli sebanyak 100.000 ekor," kenangnya kepada MedanBisnis, Kamis (12/7).

Larva ikan lele sangkuriang tersebut lalu dibawanya pulang dan dimasukkan ke dalam kolam/bak terpal ukuran  2x5 meter per segi untuk dibesarkan sampai berusia 3 bulan dan layak jual. Selama 3 bulan, larva tersebut tumbuh lebih besar dengan panjang badan 5 - 6 centimeter. Benih tersebut kemudian dijualnya dengan harga Rp 170 per ekor.

Dari benih tersebut, ia mendapatkan laba sebesar Rp 6 juta hanya dalam waktu 3 minggu. "Kami menerima permintaan benih ikan lele sangkuriang dalam partai besar ataupun kecil," akunya.

Selama ini ia sudah biasa melayani pengiriman benih dalam partai besar minimal 2.000 ekor ke Aceh, Deliserdang, Medan, dan Porsea. Sementara, untuk permintaan dari dalam kota biasanya  di bawah 1.000 ekor. Namun, untuk pembelian dalam partai besar pemesanan harus menunggu paling lama sebulan.

Ini dikarenakan harus menunggu benih memasuki usia yang sudah layak jual, yakni 3 minggu baru kemudian bisa dilakukan pembesaran. "Sebelum berusia 3 minggu, terlalu muda untuk dijual, terlalu riskan," katanya.

Selama 6 bulan, seiring dengan penambahan kolam, Irfan terus mendatangkan larva lele sangkuriang dari Sukabumi dan Subang untuk kemudian dibesarkan selama 3 minggu. Hingga kemudian setelah memiliki kemampuan untuk melakukan pemijahan sendiri, ia memutuskan untuk membeli 1 paket ikan induk ikan lele sangkuriang bersertifikat yang terdiri dari 5 jantan dan 10 betina dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Subang Jawa Barat seharga Rp 4,9 juta.

Merasa kurang, ia pun membeli lagi ikan induk lele sangkuriang dari Sukabumi sebanyak 7 paket seharga Rp 2 juta. Induk lele tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kolam tanah yang dipisahkan antara jantan dan betinanya dengan kelambu. "Sekarang kita tidak perlu mendatangkan larva ikan lagi karena sudah ada kolam untuk pemijahan, penetasan, ataupun pembesaran dan pemeliharaan induk," sebut Irfan.

Dijelaskannya, ikan lele sangkuriang merupakan ikan hasil persilangan untuk perbaikan genetik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 tersebut, merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sementara itu, induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.

Dijelaskan Irfan, ikan lele sangkuriang berbeda dengan lele lainnya yang bisa dikawin suntik. "Lele sangkuriang hanya bisa kawin secara alamiah, karena itu kami buat kolam pemijahan/kerkawinan," katanya.

Dari situ, dengan induk yang sudah dimilikinya, ia bisa memproduksi benih sebanyak 60.000 ekor per bulan. Dengan harga Rp 170 per ekor dalam sebulan ia bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp 9 juta. Jika dikurangi dengan biaya operasional, yakni pembelian pakan pelet Rp 100.000 per bulan, cacing sutra untuk benih berusia seminggu Rp 35.000 per bulan.

Sementara untuk biaya pembuatan kolam dengan menggunakan media terpal, paling tidak dibutuhkan biaya sebesar Rp 3 - 4 juta. "Maka kita gunakan terpal yang bisa tahan sampai 5 tahunan, untuk 1 bak ukuran 2x11 meter, Rp 500.000, kayu paling Rp 50.000, itu saja," katanya.
Untuk sumber air budi daya lele sangkuriang Irfan menggunakan air sumur yang dialirkan secara berputar dan penyaringan. Lele Sangkuriang memiliki kelebihan bisa hidup pada kolam yang memiliki kepadatan cukup tinggi sehingga dapat dibudidayakan dalam pekarangan yang terbatas.

Budidaya lele sangkuriang dalam lahan terbatas biasanya dilakukan dalam skala rumah tangga atau usaha kecil. Dengan modal yang kecil budidaya lele sangkuriang bisa dilakukan dengan cara seminimal mungkin misalnya kolam dibuat dengan terpal, makanan dicarikan dari sumber makanan alami dan upaya lainnya.(dewantoro)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar