Senin, 15 Oktober 2012

Potensi perikanan budidaya belum tergarap serius


Potensi perikanan budidaya belum tergarap serius

Rabu, 19 September 2012 15:53 WIB | 1547 Views
Jakarta (ANTARA News) - Potensi perikanan budidaya di Indonesia belum tergarap secara serius, dilihat dari rendahnya hasil budidaya yang hanya sekitar 6 juta ton padahal potensinya 55 juta ton per tahun.

"Potensi perikanan budidaya di Indonesia adalah 55 juta ton, tapi kita baru hasilkan 6 juta ton. Hal ini berkebalikan dengan kondisi perikanan tangkap yang sudah mendekati ambang lestari, karena potensinya 6,4 juta dan sudah ditangkap lebih dari 5 juta ton per tahun," kata Rokhmin Dahuri, di Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut mantan menteri kelautan dan perikanan itu menjelaskan bahwa kondisi ini membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak.

Menurut Rokhmin, sedikitnya ada tiga hal yang bisa dilakukan agar hasil perikanan budidaya Indonesia bisa dimaksimalkan.

"Iklim investasi untuk perikanan budidaya harus diperbaiki. Perijinan harus dipercepat, dipermudah, dan murah. Keamanan juga harus dijamin, karena kerap saya dengar petambak udang menjelang panen dirugikan oleh aksi penjarahan," kata dia saat menjadi pembicara utama Seminar Nasional Riset dan Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (Semnas Sosek KP) 2012.

Selain itu, masih terkait dengan iklim investasi, Rokhmin mencermati kondisi infrastruktur yang belum memadai.

"Coba bandingkan dengan akses transportasi tambak udang di Thailand. Di sana jalannya bagus, akses mudah dan cepat," katanya.

Khusus soal otonomi daerah, pria yang kini bergiat di Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menegaskan bahwa kewenangan pemerintah daerah kini sangat berperan dalam tata kelola perikanan.

"Banyak pemimpin kabupaten atau provinsi yang sekarang berorientasi tangkap ikan sebanyak-banyaknya tapi tidak mengindahkan kuota tangkap lestari," katanya.

Saran kedua Rokhmin berkait dengan dukungan sektor perbankan terhadap pembudidaya ikan.

"Saat ini sektor usaha budidaya ikan masih di-blacklist untuk mendapat kredit dari perbankan. Suku bunga di Indonesia pun yang paling tinggi di dunia, dengan equity atau syarat modal pengusaha yang juga besar yaitu 30 persen," katanya.

Keadaan ini membuat pengusaha perikanan budidaya terbentur untuk mendapat modal usaha dari bank.

Faktor ketiga yang bisa dilakukan adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

"Perlu ada peningkatan sumber daya manusia dalam hal budidaya ikan, agar rakyat paham teknologi, pengolahan, dan pemasaran produk-produk perikanan budidaya. Di sinilah peran kita mengembalikan roh sains untuk aplikasi di masyarakat," katanya.
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2012
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar