Senin, 12 November 2012

Tapanuli Tobasa 50% Warga Pintu Bosi Berubah Lalu Tanam Ubi Racun


628529745XXXX : genta news hari dusun cot seumantok kecamatan babahrot abdya diresmikan menjadi desa persiapan     628136036XXXX : seorg warga arongan lambalek aceh barat hilang saat mencari kayu dihutan     628136036XXXX : 1 org warga arongan lambalek aceh barat hilang saat mencari kayu dihutan     628136036XXXX : 1 org warga arongan lambalek aceh barat hilang saat mencari kayu dihutan     628136036XXXX : info gempa mag 5 0 sr 11 01 2012 04 00 53 wib lok 2 39 lu 93 18 bt 325 km baratdaya kab simeulue kedlmn 59 km bmkg     62812694XXXX : hari ini aceh peringati 7 tahun tsunami aceh tgl 26 des 2011 di seluruh nad dan menaikkan bendera merah putih setengah tiang selama tiga hari gisafm     62812694XXXX : hari ini aceh peringati 7 tahun tsunami aceh tgl 26 des 2011 di seluruh provinsi aceh dan menaikkan bendera merah putih setengah tiang selama tiga ha     62812694XXXX : komplek perumahan korem lilawangsa tepatnya dibelakang rumah sakit kesrem lg terbakar dan hampir menghanguskan empat rumah gisafm lhokseumawe     628191776XXXX : news ratusan aktivis dan lsm yg trgbng dlm aliansi rkyt menggugat memnta gbrnr ntb membrhntikn bupati dan wabup lombok tengah krn plntknnya dinilai cct hkm     628191776XXXX : news nasip petani tembakau di pulau lombok terancam krn mndpt tntangan phk asing yg mengkampanyekan anti rokok intrnasional dn krng diprhtikn pemda stmpt     
30 Sep 2010

50% Warga Pintu Bosi Berubah Lalu Tanam Ubi Racun

Hotline Tapanuli FM - Hotline Tapanuli FM
Tapanuli Tobasa 29/9. Hal itu diakui Anto Napitupulu 60 thn warga Desa Pintu Bosi. "Pendapatan kami jelas meningkat, sebab lahan yang tadinya kosong, kini sudah berisi tanaman ubi racun," jelasnya.
Sembari mengatakan dari satu rante, warga mampu menghasilkan dua ton ubi per delapan bulan, atau dari satu hektare mampu menghasilkan 100 ton ubi per delapan bulan.

Ketika ditanya berapa besar peningkatan pendapatan keluarga warga per bulan, Anto enggan menjawab. Namun ia mengatakan, satu batang ubi racun dapat menghasilkan 2,5 kg sekali panen dan dapat dijual ke PT Hutahaean seharga Rp500 s/d Rp650 per kg.

Hal itu diakui sejumlah warga dan Kepala Desa Pintu Bosi. baru baru ini "Untuk saat ini, masyarakat saya tidak lagi banyak yang nongkrong di warung kopi, mereka sudah pergi bekerja membuka lahan perkebunan yang akan ditanami ubi racun.

Antusias masyarakat untuk menanam ubi ini disebabkan hadirnya PT Hutahaean, Pabrik Tapioka yang menampung ubi dengan harga sesuai pasar," kata Kepala Desa Pintu Bosi, Marasil Pangaribuan

Dia mengatakan, lahan perkebunan ubi racun di desanya sudah mencapai 75 hektare (ha), bahkan Marasil yakin lahan perkebunan akan bertambah karena warga bekerja dan berusaha membuka lahan tidur menjadi lahan produktif.

"Sebelum PT Hutahaean berdiri, banyak warga bermalas-malasan dan nongkrong di warung kopi. Sehingga pendapatan semakin merosot.

Namun, setelah pabrik ini berdiri, kehidupan warga berubah 50 persen. sejak mereka mengelola ubi racun, sepedamotor di daerah ini semakin bertambah. Rata-rata per rumah tangga sudah memiliki sepedamotor," jelas Marasil Pangaribuan.  [tt >lnwgt]

Senin, 15 Oktober 2012

Potensi perikanan budidaya belum tergarap serius


Potensi perikanan budidaya belum tergarap serius

Rabu, 19 September 2012 15:53 WIB | 1547 Views
Jakarta (ANTARA News) - Potensi perikanan budidaya di Indonesia belum tergarap secara serius, dilihat dari rendahnya hasil budidaya yang hanya sekitar 6 juta ton padahal potensinya 55 juta ton per tahun.

"Potensi perikanan budidaya di Indonesia adalah 55 juta ton, tapi kita baru hasilkan 6 juta ton. Hal ini berkebalikan dengan kondisi perikanan tangkap yang sudah mendekati ambang lestari, karena potensinya 6,4 juta dan sudah ditangkap lebih dari 5 juta ton per tahun," kata Rokhmin Dahuri, di Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut mantan menteri kelautan dan perikanan itu menjelaskan bahwa kondisi ini membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak.

Menurut Rokhmin, sedikitnya ada tiga hal yang bisa dilakukan agar hasil perikanan budidaya Indonesia bisa dimaksimalkan.

"Iklim investasi untuk perikanan budidaya harus diperbaiki. Perijinan harus dipercepat, dipermudah, dan murah. Keamanan juga harus dijamin, karena kerap saya dengar petambak udang menjelang panen dirugikan oleh aksi penjarahan," kata dia saat menjadi pembicara utama Seminar Nasional Riset dan Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (Semnas Sosek KP) 2012.

Selain itu, masih terkait dengan iklim investasi, Rokhmin mencermati kondisi infrastruktur yang belum memadai.

"Coba bandingkan dengan akses transportasi tambak udang di Thailand. Di sana jalannya bagus, akses mudah dan cepat," katanya.

Khusus soal otonomi daerah, pria yang kini bergiat di Institut Pertanian Bogor (IPB) itu menegaskan bahwa kewenangan pemerintah daerah kini sangat berperan dalam tata kelola perikanan.

"Banyak pemimpin kabupaten atau provinsi yang sekarang berorientasi tangkap ikan sebanyak-banyaknya tapi tidak mengindahkan kuota tangkap lestari," katanya.

Saran kedua Rokhmin berkait dengan dukungan sektor perbankan terhadap pembudidaya ikan.

"Saat ini sektor usaha budidaya ikan masih di-blacklist untuk mendapat kredit dari perbankan. Suku bunga di Indonesia pun yang paling tinggi di dunia, dengan equity atau syarat modal pengusaha yang juga besar yaitu 30 persen," katanya.

Keadaan ini membuat pengusaha perikanan budidaya terbentur untuk mendapat modal usaha dari bank.

Faktor ketiga yang bisa dilakukan adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

"Perlu ada peningkatan sumber daya manusia dalam hal budidaya ikan, agar rakyat paham teknologi, pengolahan, dan pemasaran produk-produk perikanan budidaya. Di sinilah peran kita mengembalikan roh sains untuk aplikasi di masyarakat," katanya.
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © 2012
Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Potensi Perikanan

Potensi Perikanan

OPINI | 27 June 2011 | 14:15 Dibaca: 1708   Komentar: 0   Nihil
Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya alam perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasikan dan memelihara produktivitas sumber daya perikanan dan kelestarian lingkungan. Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan berperan sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output yang bernilai ekonomi masa kini maupun masa mendatang. Disisi lain, sumber daya perikanan bersifat dinamis, baik dengan ataupun tanpa intervensi manusia. Sebagai ilustrasi, pada sumber daya perikanan tangkap, secara sederhana dinamika stok ikan ditunjukkan oleh keseimbangan yang disebabkan oleh pertumbuhan stok, baik sebagai akibat dari pertumbuhan individu (individu growth) maupun oleh perkembangbiakan (recruitment) stok itu sendiri. Dengan keterbatasan daya dukung lingkungan sumber daya di suatu lokasi, maka stok ikan akan mengalami pengurangan sebagai akibat dari kematian alami (natural mortality) sampai keseimbangan stok ikan sesuai daya dukung tercapai. Adanya intervensi manusia dalam bentuk aktivitas penangkapan pada hakekatnya adalah memanfaatkan ‘bagian’ dari kematian alami, dengan catatan bahwa aktivitas penangkapan yang dilakukan dapat di’kendali’kan sampai batas kemampuan pemulihan stok ikan secara alami.
Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia dengan panjang mencapai lebih dari 95.181 kilometer (Suara Pembaruan edisi5/2/09). Sejalan dengan arti penting sumber daya, potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Beberapa pernyataan tentang kondisi perikanan indonesia yang dilansir oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia nomor kep.18/men/2011 adalah sebagai berikut
  • Luas laut Indonesia 5,8 juta km2 atau 2/3 luas wilayah RI dan panjang pantai 95.181 km, akan tetapi PDB perikanan baru sekitar 3,2%.

  • Potensi sumberdaya perikanan tangkap 6,4 juta ton per tahun, akan tetapi nelayan masih miskin.

  • Produksi perikanan tangkap di laut sekitar 4,7 ton per tahun dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan maksimum 5,2 juta ton per tahun, sehingga hanya tersisa 0,5 juta ton per tahun.

  • Produksi Tuna naik 20,17% pada tahun 2007, akan tetapi produksi Tuna hanya 4,04% dari seluruh produksi perikanan tangkap.

  • Jumlah nelayan (laut dan perairan umum) sebesar 2.755.794 orang, akan tetapi lebih dari 50% atau 1.466.666 nelayan berstatus sambilan utama dan sambilan tambahan.

  • Jumlah nelayan naik terus, yaitu 2,06% pada tahun 2006-2007, sedangkan ikan makin langka.

  • Jumlah RTP/Perusahaan Perikanan Tangkap 958.499 buah, naik 2,60%,akan tetapi sebanyak 811.453 RTP atau 85% RTP berskala kecil tanpa perahu, perahu tanpa motor, dan motor tempel.

  • Armada perikanan tangkap di laut sebanyak 590.314 kapal, akan tetapi 94% berukuran kurang dari 5 GT dengan SDM berkualitas rendah dan kemampuan produksi rendah.

  • Potensi tambak seluas 1.224.076 ha, akan tetapi realisasi baru seluas 612.530 ha.

  • Potensi budidaya laut seluas 8.363.501 ha, akan tetapi realisasi hanya seluas 74.543 ha.

  • Jumlah industri perikanan lebih dari 17.000 buah, akan tetapi sebagian besar tradisional, berskala mikro dan    kecil.

  • Tenaga kerja budidaya ikan sebanyak 2.916.000 orang, akan tetapi kepemilikan lahan perkapita rendah dan hidupnya memprihatinkan.

  • Industri pengalengan ikan yang terdaftar lebih dari 50 perusahaan, akan tetapi yang berproduksi kurang dari 50% dengan kapasitas produksi maksimum sekitar 60%.

  • Ekspor produk perikanan 857.783 ton dengan nilai US$ 2.300.000, akan tetapi produksi turun 7.41% pada tahun 2006-2007, bahkan volume ekspor udang turun 5.04% dan nilainya pun turun 6.06%.
Sebuah ironi bila melihat potensi sumber daya yang besar di Indonesia dan sebuah tantangan tentang kondisi perikanan Indonesia menurut keputusan Mentri Perikanan dan Kelautan nomor kep.18/men/2011. Diperlukan sebuah bahwa penanaman pola pikir bahwa sumberdaya perairan nasional memerlukan system pengelolaan yang seimbang antara pemanfaatan dan pelestarian, karena ia rentan terhadap kerusakan.
Sumber: Josupeit & Franz  (2003)
Peluang optimalisasi sumberdaya perairan nasional terbuka sangat luas dari berbagai sisi pemanfaatan dan penggelolaan. Pada masing – masing lini dapat dijadikan sebuah komoditas yang mengguntungkan. Diagram batang diatas menunjukan sebuah proyeksi menggenai permintaan ikan dunia yang semakin meningkat  dalam skala 5 tahunan. Sebuah tantangan yang yang seharusnya dapat kita jawab, melihat  potensi perairan kita yang bias diwujudkan melalui perikanan tangkap,budidaya, dan industry pengolahan.
Tingkat Konsumsi dan Produksi Perikanan DIY, 2006
Kabupaten/
Kota
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Konsumsi Ikan(kg/kap/th)
Kebutuhan Ikan(ton/th)
Produksi Ikan(ton/th)
Defisit Produk(ton/th)
Bantul
813 087
8.28
6 732


Gunung Kidul
760 128
4.50
3 421


Kulon Progo
457 779
8.95
4 097


Sleman
907 904
20.30
18 430


Yogyakarta
521 499
38.80
20 234


Prov. DIY
3 460 397
15.33
53 048
12 470
-40 577
Standard FAO

25.03



Sumber: Triyanto & Dwijono 2010
Dalam matriks permintaan dan produksi  ikan yang lebih spesifik di Indonesia yakni di Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut data yang diperoleh, Ternyata produksi ikan masih mengalami defisit. Defisit disini artinya peluang pasar dan prospek bidang perikanan khususnya di DIY masih terbuka sangat luas. Sebuah tindakan peningkatan produksi diperlukan guna mencukupi kebutuhan ikan domestic untuk kemudian merambah pasar luar negri. Revolusi Biru akan memberikan peluang optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan inovasi dan terobosan, yaitu melalui percepatan peningkatan produksi, baik penangkapan ikan maupun perikanan budidaya. Revolusi Biru mempunyai 4 pilar, yaitu :
1) Perubahan cara berfikir dan orientasi pembangunan dari daratan ke maritim
2) Pembangunan berkelanjutan.
3) Peningkatan produksi kelautan dan perikanan.
4) Peningkatan pendapatan rakyat yang adil, merata, dan pantas.
Dengan adanya perubahan pola pikir Revolusi Biru, diharapkan akan menambah cerah prospek bidang kelautan dan perikanan di Indonesia nantinya Selain itu, peningkatan produksi kelautan dan perikanan diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih besar terhadap pembangunan ekonomi secara nasional.
 

Sumber Daya Perikanan sebagai Tulang Punggung Perekonomian Indonesia

Sumber Daya Perikanan sebagai Tulang Punggung Perekonomian Indonesia

OPINI | 16 June 2012 | 15:07 Dibaca: 1335   Komentar: 4   1 bermanfaat

1339833940266708682
Sumberdaya dan potensi Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang luar biasa banyaknya. Luas laut Indonesia dua pertiga dari daratannya. Total luas laut Indonesia adalah 3,544juta km2 (Perikanan dan kelautan dalam angka,2010). Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang kedua didunia setelah Kanada dengan panjang 104 ribu km (Bakokorsunal, 2006). Selain garis pantai yang panjang, Indonesia memiliki jumlah pulau terbanyak yaitu 17.504 pulau yang tersebar dari sabang sampai merauke (kemendagri, 2008). Maka, dengan gambaran sumberdaya alam yang melimpah di laut dan pesisir sudah selayaknya pembangunan Indonesia berorientasi pada maritim.
Dalam sektor perikanan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Potensi sumberdaya perikanan baik perikanan tangkap, budidaya laut, perairan umum dan lainnya  diperkirakan mencapai  US$ 82 miliar per tahun. Potensi perikanan tangkap mencapai US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi peraian umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun. Potensi tersebut masih dari sumdaya alam belum termasuk produk lebih lanjut.
Perikanan juga memberikan lapangan kerja yang tidak kecil. Sektor perikanan mampu menyerap tenaga kerja langgung sebanyak 5,35 juta orang yang terdiri dari 2,23 juta nelayan laut,0,47 juta nelayan perairan umum,dan 2,65 juta pembudi daya ikan. Sedangkan orang yang bergantung pada sector perikanan dari hulu (penangkapan dan budidaya) sampai hilir (industry, perdangan, jasa,dll) cukup banyak yaitu 10,7 juta.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) nilai ekspor perikanan Indoneisa dari tahun ketahun cenderung meningkat. Ditahun 2009 nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai 2,5 millar USD dan ditahun 2010 meningkat menjadi 2,8 millar USD. Selain itu angka konsumsi ikan perkapita Indonesia juga semakin meningkat. Ditahun 2009 konsumsi ikan masyarakat Indonesia mencapai 29, 08 kg perkapita/thn dan meningkat ditahun 2010 menjadi 30, 48 kg perkapita/thn. Hal ini menunjukkan bahwasanya masyarakat Indonesia sadar akan pentingnya kebutuhan protein khususnya hewani.
Berdasarkan berbagai potensi perikanan Indonesia  dan peluang yang dapat dicapai maka sudah selayaknya pemerintah menitik beratkan pembangunan perikanan demi kesejahteraan bangsa. Diharapkan dengan pembangunan perikanan yang berkelanjutan mampu mendongkrak perekonomian nasional dan mengentaskan rakyat dari garis kemiskinan.
Tantangan dan Permasalahan
Berbagai potensi yang dimiliki Indonesia yang sangat besar  tersebut sanggupkah pemerintah bersama rakyat mengelolanya menjadi suatu kekuatan besar. Mungkin itu adalah pertanyaan menggelitik yang seharusnya dapat kita jawab. Masalah sanggup atu tidak itu sebenarnya tergantung yang mengelola.
Beberapa tantangan yang muncul ditengah potensi perikanan yang dimiliki Indonesia seperti adanya Illegal Fishing, harga Ikan yang rendah, rendahnya mutu hasil perikanan. Menurut pandangan penulis Illegal Fishing merupakan masalah laten yang dihadapai bangsa ini. setiap tahun, sumberdaya kita di bombardir Negara lain. Mereka dengan sengaja mencari ikan diperairan Indonesia. Dengan menggunakan peralatan yang lengkap dan kapal yang besar mereka menjarah sumberdaya alam diperairan Indonesia. Jika ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin sumberdaya yang dimiliki Indonesia akan semakin berkurang. Ditambah lagi beberapa periaran di Indonesia yang telah mengalami over Fishing. Beberapa perairan di Indonesia yang tengah berada pada lampu merah atau over fishing seperti laut Jawa, Samudra Hindia, laut Sumatra, dll. Penyebab Illegal fishing sangat kompleks mulai dari luas peraian Indonesia yang besar, keamanan yang lemah dan nelayan kecil yang tak mampu menjangkau sumberdaya ikan di laut bebas. Luas peraian yang besar ditambah adanya pengamanan yang lemah dari pemerintah menjadi jalan masuk terjadinya illegal fishing. Pengamanan yang lemah ini dikarenakan armada yang dimiliki Indonesia dalam menjaga keamanan pereiaran sangat minim. Selain itu rendahnya jangkauan melayan diperairan lepas menjadikan sumberdaya yang dimiliki Indonesia tidak bisa termanfaatkan makasimal. Pada tahun 2010, dari 590.352 kapal ikan Indonesia, hanya 6.370 unit kapal (kurang dari 2%) yang tergolong modern (kapal motor berukuran di atas 30 GT). Sedangakan kapal motor yang beroperasi sebanyak 155.992 unit (26%). Selebihnya, 238.430 unit (40%) berupa perahu motor tempel (outboard motor) dan 189.630 unit (32%) berupa perahu tanpa motor yang hanya menggunakan layar dan dayung (KKP, 2010). Berdasarkan data tersebut maka sumberdaya yang dimiliki Indonesia tak dapat dimanfaatkan dan dilkelola dengan maksimal oleh para nelayan. Dan yang sangat fatal, malah Negara lain yang memanfaatkannya.
Adanya rantai perekonomian yang masih di kuasai dan dikendalikan oleh tengkulak dan para juragan membuat harga ikan tidak stabil dan bahkan kadang sangat rendah. Rendahnya harga ini, ditengarai permainan tengkulak yang telah mengakar sejak turun-temurun. Ditambah lagi tidak adanya peran pemerintah dalam menstandarkan harga untuk melindungi nelayan maupun pembudidaya menjadikan nelayan menjadi objek yang selalu dirugikan. Walaupun sekarang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) telah diterapkan penjualan hasil tangkapan dengan cara pelelangan namun belum memberikan dampak yang signifikan. Ikan-ikan yang berkualitas rendah dihargai seadanya. Sehingga para nelayan menjadi merugi karena hasil penjualan tidak cukup untuk menutup biaya penangkapan (produksi).
Kebijakan kementerian kelautan dan perikanan (KKP) yang baru yaitu Industrialisasi perikanan menjadikan dilema dikalangan para pelaku usaha kecil (nelayan dan pembudidaya). Kebijakan tersebut menegaskan bahwasanya adanya kegatan perikanan dari hulu (nelayan dan pembudidaya) ke hilir (pengolahan dan pemasaran) yang merata. Kebijakan Industrialisasi Perikanan ini memaksa adanya suplai bahan baku yang kontinyu dari hulu untuk kegiatan pengolahan. Sumberdaya alam di laut yang tidak menenu dan minmnya armada perikanan yang dapat menjangkau untuk eksploitasi laut lepas mengakibatkan suplai bahan baku tidak stabil. Ditambah lagi banyaknya perairan di Indonesia yang mengalami over fishing. Maka dari itu pemerintah melakukan kebijakan import bahan baku dari negara-negara lain. Total import perikanan ditahun 2009 mencapai 331.893 ton  , sedangkan ditahun 2010 mencapai 369.282 ton. Yang sangat miris dari 75 jenis ikan yang diimport 40 jenisnya ada di Indonesia. Namun yang terjadi dilapangan sering dijumpai ikan yang diimport masuk kepasar tradisional. Sehingga harga ikan dari para nelayan maupun pembudidaya akan jatuh. Selain itu terjadinya beberapa kasus yang terjadi dimana ikan yang diimport mengandung bahan yang berbahaya seperti formalin.
Perikanan kedepan
Pengendalaian illegal fishing oleh kapal asing harus segera ditangani. Jika tidak akan menjadi masalah yang pelik. Pemerintah sudah selayaknya meningkatkan keamanan daerah perairan. Dengan meningkatkan armada laut untuk menjaga keamana perairan Indonesia akan mampu mengurangi adanya Illegal Fishing. Selain itu pemerintah bersama masyarakat (nelayan) diharapkan dapat bekerjasama dalam mengahalau setiap tindakan yang menjurus kepada kerugian negara oleh negara asing. Dengan adanya kerjasama tersebut maka diharapkan sumberdaya yang dimiliki Indonesia dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia sendiri. Masih rendahnya armada laut yang beroperasi dilaut lepas harus ditingkatkan. Hal ini mengingat sumberdaya didaerah pesisir semakin berkurang. Tak ada pilihan lain kecuali meningkatkan armada untuk menjangkau sumberdaya zona ekonomi eksklusif (ZEE). Adanya program KKP yaitu bantuan seribu kapal diharapkan akan mampu memberikan solusi dalam peningkatan produksi. Bantuan berupa kapal dengan kapasitas 30 GT tersebut sangat membantu nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan.
Masih adanya system monopoli yang dilakukan oleh para juragan dan tengkulak harus segera diatasi. Pemerintah sebaiknya membuat regulasi yang menguntungkan masyarakat nelayan maupun pembudidaya. Selain itu, sebaiknya pemerintah melindungi harga ikan dipasaran seperti harga gabah dalam pertanian. Dengan melindungi harga ikan, diharapkan para nelayan dan pembudidaya dapat menikmati hasil yang telah dilakukan. Sehingga kesejahteraan para nelayan dan pembudidaya dapat dicapai. Setelah regulasi dan pengendalian harga, sebaiknya dilakukan Pengawasan dan operasi pasar untuk mengurangi adanya oknum yang nakal dalam kegiatan perikanan.
Import ikan yang terjadi harus diminimalisir dengan meningkatkan produksi bahan baku. Jika berbagai upaya yang tertera diatas telah dilakukan dengan baik, maka import ikan otomatis akan dapat diminimalisir. Namun yang penting, pemerintah melakukan pengawasan yang ketat terhadap import ikan agar nantinya tidak jatuh dipasar tradisional. Selain itu, pembentukan regulasi yang ketat dalam kegiatan import akan mampu menekan kegiatan import ikan. Sebenarnya jika pemerintah memanfaatkan dan memaksiamlakan sumber daya yang ada di Indonesia timur (Maluku,Sulawesi) maka import ikan akan dapat ditekan. Dengan dalih biaya operesional yang mahal, maka pemerintah lebih senang melakukan import daripada memanfaatkan sumber daya sendiri. Karena dengan melakukan import harganya jauh lebih murah jika mendapatkan dari nelayan sendiri karena jarak antara Indonesia timur dengan pusat pruduksi sangat jauh dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Sehingga kebijkan importlah menjadi solusi dini dalam kegiatan industrialisasi perikanan saat ini.
Kesimpulan
Potensi perikanan yang mencapai 82 millar U$D yang dimiliki negara ini, jika dikelola dengan baik, bertanggung jawab dan berkelanjutan akan mampu menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Dengan membuat regulasi yang tepat dan berpihak kepada para pelaku usaha kecil (nelayan dan pembudidaya) akan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain adanya peluang usaha maka, perikanan akan mampu memberikan lapangan kerja yang besar sehingga dapat mengentaskan pengangguran dan kemiskinan.
 
Siapa yang menilai tulisan ini?
    2

Edsanto

Aktual

Litha Oyos...

Bermanfaat
KOMENTAR BERDASARKAN :

Wow! Potensi ekonomi laut capai US$ 1,2 triliun

Wow! Potensi ekonomi laut capai US$ 1,2 triliun

Online:  Jum'at, 22 Juni 2012 | 16:40 wib ET
JAKARTA, kabarbisnis.com: Potensi ekonomi laut Indonesia ditaksir mencapai US$1,2 triliun per tahun atau setara dengan sepuluh kali lipat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012. Karenanya, pemerintah terus mengusung prinsip ekonomi biru (blue economy).
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo dalam Forum Rio+20 di Rio de Janeiro, Brasil, mengatakan potensi  ekonomi laut Indonesia sekitar US$1,2 triliun per tahun.
Sharif menuturkan, ekonomi biru harus dapat mendorong keberlanjutan stok ikan, terjaminnya ekosistem dan kesehatan lingkungan, serta mendorong pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya secara efektif untuk laut dan perikanan.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah melalui penguatan kerangka kelembagaan pemerintahan dan koordinasi kebijakan di tingkat nasional, regional dan internasional.
Pada 2013, Indonesia akan menjadi tuan rumah terkait Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang menitikberatkan pada ekonomi biru. Seiring dengan itu, maka prinsip ekonomi biru  akan dibawa sebagai salah satu agenda utama yang akan dibahas oleh forum APEC.
Sharif mengatakan, Indonesia menyampaikan usulan prinsip ekonomi biru dalam Forum Rio+20. Usulan prinsip ekonomi biru itu untuk mendorong kesadaran global  terhadap pengelolaan laut dan sumber daya pesisir.
Prinsip ekonomi biru dinilai tepat dalam membantu dunia untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, ekosistem laut yang kian rentan terhadap dampak perubahan iklim dan pengasaman laut. Hal ini penting dilakukan guna mengendalikan ancaman pemanasan global seperti energi gas buang dan karbon sehingga dapat terwujud pembangunan berkelanjutan secara terpadu dan upaya pengentasan kemiskinan.
Sharif menuturkan, perubahan iklim kian semakin nyata mengancam  kehidupan dunia, seperti kenaikan permukaan laut, peningkatan suhu permukaan laut, aktivitas badai meningkat, dengan diikuti efek berbahaya dari pengasaman laut yang dapat menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan laut.
Sharif memandang dalam menangani ekosistem terumbu karang dibutuhkan tindakan adaptasi dan mitigasi secara cepat dan tepat. "Mungkin ekosistem laut adalah yang  pertama kali runtuh tanpa adanya adaptasi dan tindakan mitigasi,"ujar Sharif dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (22/6/2012).
Dia menjelaskan ekonomi biru memiliki potensi dalam paradigma pembangunan baru dengan menerapkan model pengembangan bisnis baru yang mensinergikan antara pertumbuhan, pembangunan dan lingkungan.
Atas dasar itu, pemerintah bertekad secepatnya dapat mengadopsi konsep blue economy, mengingat tren ke depan pasca-keberhasilan implementasi konsep green economy menuju blue economy. "Negara seperti Indonesia, ekonomi hijau mutlak diperlukan, tetapi sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, menerapkan ekonomi hijau saja tidak cukup perlu dibarengi dengan konsep ekonomi biru," terang dia.
Pemerintah telah menetapkan kawasan konvervasi laut Sawu seluas 3,5 juta hektare sebagai kawasan konservasi laut. Kawasan konservasi laut ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dan salah satu yang terbesar dari jenisnya di dunia.
Sampai pertengahan 2012, Indonesia telah berhasil menetapkan kawasan konservasi laut seluas  15,35 juta ha atau 76,75% dari target  yang telah ditetapkan sebesar 20 juta ha pada 2020. kbc11

Permasalahan komoditi rumput laut dari sisi agribisnis

Permasalahan komoditi rumput laut dari sisi agribisnis

Permasalahan komoditi rumput laut dari sisi agribisnis

  • Usaha budidaya tidak didukung dengan pemasaran yang terpadu.para petani selalu berhadapan dengan tengklak yang cenderung menekan harga.
  • Kurang penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas padahal bibit hanya boleh dipakai paling banyak 4x musim tanamsecara berturut-turut,setelah itu harus diganti,untuk menjaga stabilitas mutu produksi.
  • Tidak ada tenaga penyuluh yang khusus yang menangani rumput laut
  • Belum ada tata ruang yang membagi lokasi untuk usaha pembudidayaan
  • Sulit mencari lokasi budidaya laut dipantai utara dan selatan Jawa Tengah yang memenuhi syarat, baik ditinjau dari segi kondisi oceanografis maupun segi kondisi daratan.
  • Pasar lokal masih lemah dan daya beli masyarakat masih rendah dan pasar luar negeri masih terbatas.Karena itu perlu promosi di pasar lokal, domestik dan luar negeri.
  • Analisa ekonomi budidaya laut belum ada di Sumatera Utara, karena belum ada uji-coba yang telah memberi data mantap, karena itu masih perlu meneruskan dan mengembangkan uji-coba kultur laut ini.
  • Vegetasi daerah pantai dan estuaria dibanyak tempat telah rusak, terganggu atau habis, karena itu telah banyak daerah pengembangbiakan alami hewan laut dibawah kondisi minimal. Karena itu sumber benih alami untuk budidaya laut masa depan diharapkan dari pembenih-pembenihan (Hatcheries).

Indonesia Eksportir Tuna Terbesar di Asia Tenggara


foto
Nelayan menata hasil tangkapan ikan tuna ke atas Dermaga Pelelangan Ikan Tappa, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, Minggu (24/9). Produksi ikan tuna Sulawesi Selatan rata-rata pertahun mencapai 50 ribu ton. TEMPO/Fahmi Ali

Indonesia Eksportir Tuna Terbesar di Asia Tenggara  

TEMPO.CO, Yogyakarta - Indonesia merupakan pengekspor ikan tuna terbesar di Asia Tenggara. Volume ekspor tahun lalu mencapai 141.774 ton dengan nilai mencapai US$ 449 juta atau sekitar Rp 4,08 triliun (kurs Rp 9100 per dolar AS).

"Bagi Indonesia, ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan utama," kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut P. Hutagalung, di Yogyakarta, Kamis, 31 Mei 2012.

Mulai hari ini hingga tiga hari mendatang, Kementerian dan Komisi Tuna Indonesia menggelar pertemuan kedua ASEAN Tuna Working Group Meeting di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta. Pertemuan itu dihadiri beberapa perwakilan negara-negara ASEAN.

ASEAN Tuna Working Group merupakan wadah kerja sama perikanan tuna se-Asia Tenggara yang didirikan berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) of ASEAN Cooperation on Agricultural and Forestry Product Promotion Scheme 2009-2014. Kerja sama ini ditandatangani para menteri bidang Pertanian se-ASEAN pada tiga tahun lalu.

Tujuan ASEAN Tuna Working Group ini dibentuk guna mendorong peningkatan perdagangan ikan tuna antarnegara ASEAN. Selain itu, kerja sama juga meliputi peningkatan daya saing produk tuna, membuka pasar tuna dunia, penggunaan teknologi, dan peningkatan sumber daya manusia. "Kerja sama ini meningkatkan posisi tawar ikan tuna ASEAN di pasar dunia," kata Saut.

Ia menambahkan, Asia Tenggara selama ini menjadi produsen utama ikan tuna dengan produksi mencapai 26,2 persen dari produk tuna dunia. Data Food Agriculture Organization 2007 mencatat produksi tuna Asia Tenggara mencapai 1,7 juta ton. "Indonesia sebagai lead country," kata dia.

Menurut Ketua Komite Tuna Indonesia, Martani, supaya produk tuna berkontribusi besar terhadap perekonomian, maka negara-negara ASEAN harus berkolabolari. "Kami tidak bermain dalam volume, tetapi value, fresh tuna, frozen tuna, bahkan tulang-tulangnya pun laku," kata dia. 



MUH SYAIFULLAH

Jumat, 12 Oktober 2012

Potensi Ikan Tuna


foto
Matahari tenggelam di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Tempo/Panca Syurkani

Potensi Ikan Tuna di Laut Selatan Belum Dijaring

TEMPO.CO, YOGYAKARTA - Pemanfaatan potensi ikan tuna di Laut Selatan, tepatnya di kawasan perairan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), belum optimal. Padahal potensinya mencapai lebih dari 6 ribu ton per tahun. Pada 2010, ikan tuna yang dijaring hanya bisa 881 ton senilai Rp 7, 9 miliar. Setahun kemudian, juga hanya mencapai 961 ton dengan nilai Rp 10, 8 miliar.

"Permasalahannya, kapal-kapal nelayan tidak bisa sampai ke laut lepas, mereka maksimal sampai 12 mil laut saja," kata Sudiyanto, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (31/5). Satu mil laut setara dengan 0,8 kilometer. Padahal, ikan tuna mayoritas berada di laut lepas yang bisa mencapai 120 mil laut dari garis pantai.


Masalahnya, kapal-kapal nelayan Yogyakarta beratnya di bawah 30 grosston dan tidak mampu mengarungi lautan lepas. Ada 4 kapal seberat 30 grosston bantuan pemerintah pusat, namun sayangnya belum bisa dioperasikan secara maksimal.

Ini tentu peluang yang sayang jika dilewatkan. Harga ikan tuna di pasar internasional sedang lumayan tinggi. Daging ikan tunas bisa dijual sampai Rp 14 ribu/kg. Jika ikannya besar, harganya melonjak sampai Rp 50 ribu/kg. Selama ini, hasil tangkapan ikan tuna dari perairan Yogyakarta tidak diekspor langsung. Melainkan disetorkan ke pabrikan pengolah tuna di Cilacap, Jawa Tengah dan Surabaya, Jawa Timur.

Sudiyanto menjelaskan, pengelolaan perairan sejauh 12 mil laut dikelola oleh pemerintah daerah kabupaten. Sedangkan perairan dari 12 mil laut hingga 120 mil laut dikelola oleh provpinsi. Di luar batas itu merupakan perairan "open access" yang bisa dimanfaatkan oleh nelayan secara nasional dan internasional. "Maksimal, kapal-kapal nelayan kita hanya sanggup berlayar sampai 60 mil laut," kata dia.

Sekarang ini, Indonesia merupakan pengekspor ikan terbesar di Asia Tenggara. Dengan wilayah laut terluas di Asia Tenggara itu, volume ekspor mencapai 141.774 ton. Jika diuangkan mencapai US$ 449 juta atau sekitar Rp 4,5 triliun per tahun. "Bagi Indonesia, ikan tuna merupakan salah satu komoditas perikanan utama," kata Saut P Hutagalung, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Perikanan dan Kelautan.

MUH SYAIFULLAH

Rohmat, Ide Kreatifnya Sukses Ciptakan Soto Jamur Instan ‘Sotoji’ dengan Omzet Menggiurkan Jul 10

Rohmat, Ide Kreatifnya Sukses Ciptakan Soto Jamur Instan ‘Sotoji’ dengan Omzet Menggiurkan

 
 
 
 
 
 
1 Vote

SIAPA yang tak tahu Soto! Makanan Indonesia yang banyak dijual di restoran, kedai, cafe, hingga di warung kaki lima. Rasanya yang menggiurkan dan enak disantap dikala hujan. Bisa Anda bayangkan, bila soto dijual dalam kemasan seperti mi instan yang sudah familiar di masyarakat.
Adalah Rohmat Sastro Sugito yang menjadi ahli dalam membuat dan meracik soto instan. Berbekal keinginan menyajikan makanan siap saji, namun tetap kaya gizi, terpikirlah membuat penganan tersebut.
“Awalnya banyak petani jamur. Nah, kalau sedang panen harganya kan jadi murah. Kalau diolah harganya jadi stabil,” katanya saat berbincang dengan Okezone beberapa waktu lalu.
Dari awalnya iseng coba-coba membuat menu dari berbagai macam jenis jamur yang ada, saat ini dia mengaku sudah mematenkan makanan yang dibuatnya yaitu “Sotoji” atau Soto Jamur Instan. Menurutnya, rasa jamur tiram-lah yang mampu diterima pasar dan enak untuk dijadikan olehan Sotoji-nya.
“Sebelumnya sempat dicoba segala jenis jamur, ada tiram, kancing, akhirnya setelah dipertimbangkan yang paling bisa diterima pasar adalah jamur tiram,” akunya.
Saat ini, usahanya ini telah menjadi sebuah perusahaan kecil dengan nama PT Tri Rastra Sukses Sejahtera. Meski diakuinya perusahaan ini masih dalam bentuk skala kecil, yang hanya memproduksi 40 dus setiap harinya, namun dia menargetkan dalam waktu dekat bisa memproduksi lima kali lipat.
“Sehari 40 dus, satu dus isi 20 pieces. masih skala kecil karena terbatas di mesin,” akunya.
Untuk memulai usaha, tentunya membutuhkan modal yang tidak sedikit. Saat disinggung berapa modal yang digunakan untuk memulai usaha yang masih tergolong hijau ini, dia enggan menyebut angka pasti. “Yang jelas, modalnya seharga satu unit mobil kijang,” katanya berkelakar.
Dalam waktu dekat, perusahaan akan segera mendatangkan mesin baru yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Dengan datangnya mesin baru tersebut, dipastikan produksi akan bertambah menjadi sekira 500 dus per hari. Karena menurutnya, jumlah optimal yang seharusnya diproduksi adalah sekira 100 dus per hari.
“Mesin dari Malang, pokoknya produknya, semuanya dari Indonesia,” akunya mantap.
Keuntungan Sotoji
Berbicara modal, tentunya tidak terlepas dari berapa pundi-pundi yang dikantongi. Dengan rendah hati dia memastikan, setahun pertama belum ada keuntungan fantastis yang bisa diraihnya. Sebab, usahanya ini masih tergolong muda dan masih perlu banyak waktu untuk semakin maju.
Saat ini, per dus sotoji di jual seharga Rp50 ribu. Dalam sehari, perusahaan baru memproduksi 40 dus dan rencanannya akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan. Jadi jika dikalkulasikan, pendapatan per hari Rp2 juta atau jika dihitung dalam satu bulan bisa meraup pendapatan Rp60 juta.
“Namun tahun pertama belum untung. Masih dalam tahap ekspansi pasar,” elaknya.
Franchise
Usaha yang digelutinya ini diakuinya akan dibuat sistem waralaba. Bentuk waralabanya ini juga masih dalam proses pengembangan. Dalam kedai-kedai yang sudah dimilikinya saat ini, selain dijual Sotoji kemasan, juga dijual yang sudah siap makan. Hal ini menjadi salah satu cara pemasaran Sotoji. Sebab, belum banyak yang menjual Sotoji kemasan. Karena, Sotoji baru bisa diperoleh di beberapa toko kecil.
Untuk lokasi kedainya juga baru berada di kawasan Depok. Dan dia berencana akan terus berekspansi ke pasar lokal yang menurutnya memiliki banyak peluang. “Masuk pasar luar memungkinkan kenapa tidak. Tapi fokus di pasar Indonesia karena saat ini kemungkinan terbuka masih sangat luas,” katanya lagi.
Berbicara produk tidak terlepas dari bagaimana cara pemasaran yang baik agar produk tersebut cepat dikenal oleh masyarakat. Rahmat memiliki cara unik dan jitu dalam memasarkan Sotojinya. Bagaimana caranya?
“Gerakan pertama lomba blog, menggunakan ranah online. Hal itu dilakukan karena terbatas dana. Mereka (peserta lomba) membuat blog segala hal mengenai Sotoji,” tutupnya. (wdi)
sumber: http://economy.okezone.com/read/2012/05/07/455/624856/sotoji-jualan-soto-instan-dengan-omzet-menggiurkan
About these ads

Ikan Kerapu

Kamis, 26 April 2012

Ikan Kerapu

Ikan kerapu menjadi salah satu ikan laut bernilai jual tinggi. Harga kerapu bebek misalnya, mencapai Rp 350.000 hingga Rp 400.000 per kilogram. Tak heran bila pembudidaya ikan kerapu pun bisa mendulang omzet hingga ratusan juta rupiah dalam satu kali panen.

Siapa yang tak mengenal ikan kerapu. Ikan laut ini tak hanya terkenal karena kelezatannya, ikan bernama latin Chromileptes altivelis ini juga banyak dicari karena diyakini sebagai makanan keberuntungan, khususnya bagi masyarakat di Asia Timur. Alhasil, kerapu pun menjadi salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang ekspor.

Ada beberapa jenis kerapu yang bernilai komersial tinggi, seperti kerapu lumpur, lohdi, sunu, macan, dan bebek. Di antara beberapa jenis kerapu tersebut, kerapu bebek dan kerapu macan merupakan salah satu andalan untuk meraih devisa dari sektor kelautan dan perikanan.

Ikan Kerapu - Chromileptes Altivelis

Lantaran tergiur pasar ekspor yang menggiurkan itu pula, Lahidima membudidayakan kerapu bebek dan kerapu macan di Belitung. Pria 36 tahun ini mulai menekuni budidaya kerapu sejak tiga tahun lalu.

Permintaan kerapu yang cukup tinggi membuat bisnis Lahidima makin berkembang. Kini, ia telah memiliki 12 petak, yang terdiri dari delapan petak kerapu macan dan empat petak kerapu bebek. "Masing-masing petak berukuran 3x3 m2 itu berisi 300 ekor kerapu," kata Lahidima.

Dari 12 kolam kerapu itu, Lahidima bisa mendulang omzet Rp 1,6 miliar per tahun. Setiap panen kerapu, dia bisa menangguk omzet hingga mencapai Rp 800 juta. "Setahun dua kali panen," ujarnya.

Harga kerapu macan berkisar Rp 120.000 hingga Rp 160.000 per kilogram (kg). Sementara itu, harga kerapu bebek antara Rp 350.000 hingga Rp 400.000 per kg.

Meski cukup menggiurkan, modal untuk membudidayakan kerapu juga tak sedikit. Lahidima harus merogoh koceknya antara Rp 150 juta hingga Rp 200 juta untuk sekali menebar benih.

Setali tiga uang dengan Lahidima, pembudidaya kerapu lainnya di Belitung adalah Rusdi. Namun dia khusus membudidayakan kerapu bebek karena kerapu jenis ini berharga lebih tinggi. Selain itu, di pasar ekspor harga kerapu bebek relatif lebih stabil.

Awalnya, Rusdi hanya menjadi pengumpul ikan hasil tangkapan nelayan yang selanjutnya dipasarkan. Namun, sejak mendapatkan bantuan jaring apung dan rangka keramba dari pemerintah, bapak dua anak ini mulai serius untuk menggeluti bisnis kerapu bebek.

Saat ini, Rusdi baru memiliki empat petak budidaya kerapu. Meski cuma empat petak, Rusdi mampu mengantongi keuntungan hingga Rp 250 juta per tahun.

Untuk memasarkan kerapu, Lahidima menggandeng pengumpul atau agen yang bertindak sebagai pemasar. "Saya hanya memasok ke pengumpul, dari pengumpul itu baru kemudian diekspor," jelas Lahidima.

Jika Lahidima dan Rusdi membudidayakan kerapu dengan menggunakan bibit, Badrun membudidayakan kerapu dengan cara menangkarkan ikan hasil tangkapan. Badrun juga membudidayakan kerapu bebek.

Saat ini, jumlah keramba jaring apung yang dimiliki Badrun mencapai 168 unit. "Tiap bulan, saya ekspor ke Hongkong sebesar tiga hingga empat ton," terang Badrun.

Pangsa pasar nan besar dan harga yang mahal membuat budidaya ikan kerapu menghasilkan keuntungan menggiurkan. Namun, jangan salah, berbagai kendala mulai dari benih, tempat, dan penyakit, membuat budidaya ini membutuhkan modal yang tidak sedikit.

Walau memiliki potensi ekonomi besar, budidaya kerapu bebek dan kerapu macan tak sederhana. Tidak banyak pembudidaya lokal yang mau terjun berternak ikan karang ini. Selain susah mencari tempat yang tepat, petani juga terkendala penyediaan bibit.

Lahidima, pembudidaya kerapu macan dan bebek di Belitung, menjelaskan bahwa ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan sebelum menebar benih kerapu. Selain pengecekan keramba jaring apung, perlengkapan lain seperti tali jangkar, jaring, dan pelampung jaring juga harus dipersiapkan dengan baik.

Lokasi budidaya yang berada di laut, memerlukan kehati-hatian lebih besar. Petani perlu melakukan pengecekan lebih detail soal sambungan balok, baut penyangga, papan jalan, dan rumah jaga. "Pelampung yang rusak harus diperbaiki atau diganti," kata Lahidima.

Setelah tempat selesai, proses selanjutnya adalah penyebaran benih. Kualitas benih yang bagus diperlukan untuk menghasilkan ikan kerapu yang bagus pula. Untuk lahan budidaya seluas 3 m x 1,5 m x 1,5 m diperlukan kurang lebih 200 ekor hingga 250 ekor benih kerapu ukuran 10 cm.

Harga benih yang baik bervariasi mulai dari Rp 12.000 hingga Rp 14.000 per ekor. Benih-benih ini bisa didapatkan penjual benih kerapu yang banyak terdapat di Belitung. "Jika di Belitung tidak ada, kita ambil dari Batam," katanya.

Menurut Lahidima, benih yang disebar untuk pertama kalinya tidak akan hidup semua. Budidaya baru akan menghasilkan kerapu yang bagus setelah penebaran benih ke dua atau ke tiga. Inilah yang membuat petani biasanya kapok membudidayakan kerapu.

Selain berhadapan dengan cuaca dan benih yang tak mendukung, pembesaran kerapu juga membutuhkan pakan yang tidak sedikit. Untuk bisa tumbuh mencapai ukuran sesuai permintaan pasar, beberapa asupan pakan berenergi tinggi sangat dibutuhkan.

Contoh pakan yang bagus untuk ikan kerapu macan adalah ikan runcah yang dipotong kecil-kecil. Selain runcah, kerapu juga doyan dengan jenis ikan beseng, ikan cendro, ikan pisang-pisang, dan ikan kakatua.

Lahidima mengatakan, selama masa pemeliharaan kerapu, sering ditemukan berbagai macam parasit di tubuh ikan. Untuk itu, petani harus melakukan pengobatan dengan penyiraman ikan dengan air tawar selama kurang lebih 5 menit sampai 10 menit. Untuk pencegahan penyakit, yang paling penting menurut Lahidima adalah penjagaan kualitas air.

Jika seluruh kendala bisa diatasi, petani bisa panen kerapu macan setelah pembesaran selama satu tahun tujuh bulan. Adapun kerapu bebek butuh waktu lebih singkat, yakni selama 10 bulan.

Badrun, juga pembudidaya kerapu di Belitung, menyatakan hal yang sama. Menurut Badrun, modal memulai bisnis ini cukup besar. Selain harga benih mahal, dia juga menyediakan dua jenis pakan ikan berupa ikan kecil dan pelet.

Dua jenis pakan ikan ini tak murah. Ikan kecil berharga Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per kg, sedangkan pelet ikan mencapai Rp 55.000 per kg. Menurut Badrun, dengan 250 kerapu untuk tiap keranjang jaring apung (KJA) , dia membutuhkan rata-rata 3 kg hingga 6 kg pakan tiap hari di luar pakan pelet.

Peluang Usaha Agribisnis yang Menguntungkan:Terong

Peluang Usaha Agribisnis yang Menguntungkan



Peluang Usaha Agribisnis Yang Menguntungkan Budidaya Terong Putih [ www.BlogApaAja.com ]

Terong adalah salah satu macam sayuran yang pasti dikenal oleh masyarakat kita. Sebagian jenis terung yang sering kita tahu dan yang umum adalah terung ungu dan terung hijau. 2 jenis terong telah banyak dikonsumsi, baik dalam keadaan sudah dimasak ataupun mentah untuk lalapan. Nah, gimana jika terong itu berwarna putih? Sebagian besar dari kita pasti asing mengan jenis ini. Terong putih belum terlalu dikenal masyarakat, dikarenakan jenis sayuran ini baru diperkenalkan lima tahun terakhir.

Hasilnya sudah bisa ditebak, bahwa budidaya ataupun pemasarannya juga belum sebanyak terong jenis lainnya. Itulah yang jadi Peluang usaha Agribisnis Yang Menguntungkan kedepannya. Terung putih adalah varietas terong hibrida. Nama lainnya dikenal sebagai terung kania. Bentuk fisik terung ini sebenarnya tidak berbeda jauh dari terung ungu dan hijo. Namun dari segi rasa lebih manis, makanya di sini ada yang menjual produk olahan manisan terung kania.

Hingga sekarang budidaya terung putih masih berkembang pesat di kawasan Kalimantan. Warga di kawasan Kalimantan tertarik membudidayakan terung ini karena mempunyai beberapa kelebihan dibanding terung lain. Di antaranya tingkat produktivitas tanaman yang relatif tinggi serta tekstur buah yang renyah dan empuk. Salah satu pelaku budidaya sayuran ini adalah Abbas. Dia membudidayakan terung putih di lahan seluas setengah hektar. Di atas lahan itu, ia dapat menanam terung putih sebanyak 10.000 hingga 12.000 batang.

Tanaman terung ini sudah bisa dipanen dalam waktu enam bulan. Setiap batang dapat menghasilkan 2 kilogram sampai 2,5 kilogram terung putih. Katakanlah di atas lahan setengah hektar itu, ia menanam 10.000 batang, maka sekali panen, ia bisa mendapat sekitar 20 ton terung putih. Harga pasaran terung itu dikalimantan Rp 6.000 per kg. Saat pasokan sedang sulit, harganya bisa tembus Rp 10.000 per kg. Sdangkan harga terung biasa hanya berkisar Rp 4.000 per kg.

Dengan harga tersebut, ia dapat meraup omzet sekitar Rp 120.000.000 sekali panen. Dan dengan Laba bersih sekitar 30 persen. Budidaya terung putih tidak terlalu sulit. Asal memerhatikan kondisi tanah, cuaca, dan pemupukan, tanaman ini bisa menghasilkan buah yang maksimal. Terung putih sudah bisa dipanen pada usia 65 hari. Harus mendapatkan sinar matahari yang cukup, jarena itu hindari budidaya di musim hujan. Budidaya terung putih tidak jauh berbeda dengan budidaya terung jenis lainnya. Terung putih dapat tumbuh di lahan dengan ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl).

Terung ini cocok dibudidayakan di tanah lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, serta mempunyai sistem pengairan yang bagus. Derajat keasaman (pH) tanah harus diperhatikan. Umumnya pH yang dibutuhkan antara 6-7. Untuk daerah Kalimantan, pH tanahnya masih di bawah 4, jadi perlu pengapuran dalam persiapan lahannya. Sebaiknya, penanaman awal dilakukan saat hendak memasuki musim panas. Alasannya, pengendalian airnya relatif lebih mudah. Pengolahan tanah meliputi pembersihan rumput liar di sekitar kebun, dan pembajakan sedalam 30 sentimeter untuk membuat gundukan tanah atau bedengan sesuai lahan yang ada. Lebar bedengan sekitar 100 cm dengan jarak antar-bedengan 40-60 cm.

Saran Abbas, agar menyebarkan pupuk secukupnya di lahan tersebut. Pemupukan selanjutnya bisa dilakukan setiap 10 hari hingga tanaman mencapai usia 45 hari. Sebaiknya, petani menggunakan fungisida sebagai anti jamur. Jika perawatan dilakukan secara telaten, pada usia 65 hari, terung putih sudah mulai berbuah dan bisa dipanen. Dalam waktu 1 tahun sayuran ini bisa dua kali panen dengan rata-rata produksi per batang mencapai 2 kg hingga 2,5 kg. Dari pengalaman Abbas, di atas lahan setengah hingga satu hektar bisa ditanam 10.000 hingga 12.000 batang tanaman terung putih.

Namun, setelah panen selesai dan kembali ingin membudidayakan terung putih, sebaiknya menggunakan lahan lain. Ini untuk menghindari serangan hama yang mungkin sudah lebih bisa beradaptasi. Terong putih bisa tumbuh subur di suhu udara antara 22 derajat celsius dan 30 derajat celsius. Selain itu, tanaman ini harus mendapatkan sinar matahari yang cukup. Karena hal itu budidaya terung putih sulit dilakukan di musim hujan.

Sumber / Source

Si Asam yang Menggiurkan

AgriBisnis Senin, 02 Jul 2012 07:04 WIB
Saat mencicipi hidangan di sebuah rumah makan, mungkin banyak yang tak mau berpanjang pikir mempertanyakan dari mana asal irisan buah jeruk nipis di air cucian tangan yang sangat efektif menghilangkan aroma amis makanan yang disajikan. Lebih jauh lagi, mungkin banyak orang yang tak tahu bagaimana seorang petani jeruk di Desa Namuriam, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deliserdang merawat tanaman ini dengan penuh telaten. Demi buah yang seringkali menemani di saat makan, Setia Tarigan tak hirau untuk memetik satu per satu buahnya dari pohonnya kemudian memasukkannya ke dalam gerobaknya.
Setia Tarigan adalah salah seorang petani jeruk nipis yang setiap hari rela dibakar terik matahari yang panas meski tanpa bantuan seorang pun untuk memetik buah jeruk nipisnya di lahannya yang mencapai 9.000 meter per segi itu. Setia juga  tak menyempatkan diri untuk pulang ke rumah untuk makan siang.

Ia memilih makan siang di bawah pokok jambu air yang sengaja ditanam di tengah-tengah pokok jeruk nipis yang berusia sekitar 5 - 8 tahun. Menu makan siangnya sederhana, tidak seperti yang dihidangkan di rumah makan. Hanya nasi yang dibontot dari rumah di dalam rantang, sedikit sayur dan ikan kecil bakar yang baru saja ditangkapnya dari sungai kecil tak jauh dari ladangnya.

Ia bahkan membuat sambalnya dengan menghaluskannya di atas batu. "Di sini lah kita makan, dari pagi tadi saya di sini untuk menjaga tanaman dan memetik beberapa butir," katanya.

Setia mengatakan bahwa selama seminggu ini, tanaman jeruk  nipisnya memberikan hasil yang lumayan banyak dari biasanya. Dalam sehari, rata-rata ia bisa memetik hingga 100 kilogram.

Angka ini menurutnya termasuk tinggi mengingat kondisi cuaca yang tidak menentu. Jeruk nipis, seperti halnya tanaman lain, tak bisa luput dari pengaruh baik buruknya cuaca yang ada.
"Untuk musim seperti sekarang ini, jumlah yang dipetik termasuk tinggi, karena biasanya di bawah angka 100 kg, bisa saja tak sampai separuhnya," katanya.

Sambil terus mengunyah makan siangnya, Setia menjelaskan bahwa setiap harinya, para agen pengumpul selalu datang untuk mengambil hasil panen petani untuk kemudian di jual di pasaran lokal maupun ke luar kota. Permintaan akan jeruk nipis, menurutnya tak pernah mengalami penurunan. Persoalan justeru berada di tingkat produksi yang kurang bisa memenuhi kebutuhan.

Dikatakannya, produksi buah mengalami masa trek dengan produksi minim atau bahkan tidak ada sama sekali, terjadi di bulan Maret - April dan akan mengalami puncak panen di bulan Agustus - September. Dari ladangnya ini, ia mengaku selama musim panen raya yang bisa berlangsung selama 2 - 3 mingu, jumlah panen bisa mencapai 1,5 ton.

Yang membuatnya merasa yakin untuk terus mengembangkan tanaman jeruk nipisnya dan tidak tergoda untuk merubah tanamannya adalah lantaran harga jual yang saat ini termasuk menguntungkan. Di tingkat petani sendiri, menurutnya bisa menjualnya dengan harga Rp 2.500 per kg.
Harga ini, kata dia, jauh lebih bagus daripada beberapa bulan yang lalu yang mana harga sempat jatuh mejadi di bawah Rp 1.000 per kg. Jatuhnya harga tersebut dikarenakan panen yang bersamaan dengan petani jeruk nipis dari daerah lain yang mana produknya masuk ke pasaran lokal.
Dengan  demikian, agar buahnya laku, petani terpaksa menjual dengan harga rendah daripada mengalami kerugian lain dengan tidak menjualnya. "Ongkos produksi yang dikeluarkan petani mencapai sepertiga dari keuntungan yang akan didapat kalau musim panen," ujarnya.

Ia menjelaskan, di lahannya yang mencapai 9.000 meter, saat ini terdapat sebanyak lebih dari 500 pokok. Tanaman tersebut, umumnya berusia 3 - 5 tahun. Pada usia tersebut, tanaman akan memberikan buah yang maksimal. Produksi buah yang maksimal ditandai dengan jumlah buah yang bisa dipetik setiap harinya. "Ya, seperti dari tiap pokok sebenarnya bisa dipanen sebanyak 10 kilogram," katanya.

Angka panen tersebut menurutnya merupakan angka panen di luar musim panen raya. Saat di luar musim panen raya, paling tidak bisa menghasilkan buah sebanyak 1,5 ton sekali musim. Dengan harga yang tidak terlalu rendah dan juga tak terlalu tinggi, yakni Rp 2.500 per kg, paling tidak selama per tiga minggu ia mendapatkan laba sebesar Rp 3,5 juta.

Dalam  setahun, menurutnya tanaman ini akan mengalami masa panen sebanyak 3 - 4 kali panen dengan sekali panen raya di  bulan Agustus.

Sambil menyudahi makan siangnya, Setia mengajak berkeliling ladang dan menjelaskan bentuk hama penggerek batang menyerang dan bagaimana buah yang sudah layak untuk dipetik dan yang belum.  Di tengah-tengah lahan jeruk nipis tersebut, ia juga mengatakan bahwa tanaman ini akan terus berproduksi maksimal hingga berumur 10 tahun dan kemudian harus diremajakan kembali.

"Ini merupakan tanaman berusia panjang yang dari sisi perawatan tidak rumit, tetapi juga tidak bisa disepelekan, karena keuntungan dari berbisnis jeruk nipis ini terletak pada ketelatenan menjaga kualitas pokok dan produksinya," katanya.(dewantoro)

Dody Faizal: Dari beternak itik, ratusan juta rupiah masuk kandang

Dody Faizal: Dari beternak itik, ratusan juta rupiah masuk kandang

Lima tahun jadi buruh pabrik dengan penghasilan pas-pasan, membuat Dody ingin berbisnis. Lantaran modal terbatas, Dody memilih bisnis ternak itik. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, usaha ini berkembang. Sayang, usaha ini harus layu setelah Dody kena tipu jutaan rupiah. Tapi Dody pantang menyerah dan dia meraih sukses.
Lantaran modal terbatas, Dody memilih bisnis ternak itik. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, usaha ini berkembang. Sayang, usaha ini harus layu setelah Dody kena tipu jutaan rupiah. Tapi Dody pantang menyerah dan dia meraih sukses.
Legitnya bisnis kuliner bebek membuat daging unggas ini makin diminati. Permintaan daging dan telur itik terus naik dalam beberapa tahun belakangan. Alhasil, usaha peternakan itik ini mulai banyak dilirik. Salah satu peternak itik yang terbilang sukses itu adalah Dody Faizal.
Dody memilih beternak itik Mojosari pada 2007. Sebab, itik yang satu asal dengannya, yakni Mojosari, di Mojokerto, Jawa Timur ini, merupakan salah satu itik lokal unggulan.
Sebenarnya, di keluarga Dody, usaha peternakan itik adalah usaha turun temurun. Hanya saja, sebelum dipegang Dody, peternakan itu tak dikelola secara profesional. “Itik-itik peliharaan itu asal diangon di sawah sudah cukup,” kenang Dody. Sedangkan Dody, mengembangkan itik dengan cara dikandangkan.
Sebelum menjadi peternak itik, Dody hanyalah buruh pabrik di Mojokerto. Ia bekerja sebagai buruh mulai 2004-2009. Penghasilan buruh yang pas-pasan, membuatnya Dody mulai berpikir untuk nyambi beternak itik secara profesional.
Dengan modal Rp 4 juta, Dody mulai usahanya dengan membeli 100 itik siap telur. Ketika itu, harga itik usia produktif hanya Rp 30.000 per ekor. “Waktu itu tahun 2007. Setelah membeli itik itu saya percayakan pada orang untuk merawat dengan sistem bagi hasil,” ujar Dody.
Ternak itik Dody berkembang pesat. Dalam waktu setahun, itiknya telah berbiak menjadi 500 ekor. Bahkan ia ketika itu sudah kebanjiran pesanan lantaran makin menjamurnya usaha kuliner bebek goreng.
Sayangnya, Dody sesaat mengecap manisnya bisnis itik. Tanpa sepengetahuan dirinya, orang kepercayaannya itu menjual seluruh itiknya dan membawa kabur uang hasil penjualan. Kalau dihitung harga itik Rp 30.000 per ekor, kerugian Dody mencapai Rp 15 juta.
Meski modal ludes, Dody tak mau menyerah. Ia bertekad akan membangun kembali peternakan itiknya. Masalah yang menimpanya, ia jadikan pelajaran yang berharga. “Seperti di awal bisnis ini, saya juga membeli lagi 300 ekor itik sebagai modal awal. namun dengan harga yang sedikit lebih mahal.” kenang Dody.
Belajar dari pengalaman pula, Dody mengubah sistem manajemen peternakan itiknya. Ia kemudian menyewa kandang dan mempekerjakan beberapa karyawan untuk merawat 300 itiknya. Tapi, usaha kali ini tak berjalan mulus. Soalnya, itik-itik yang dibeli Dody tersebut usianya terlalu muda, sehingga ia menjadi boros di pakan. Selain itu juga, bertelurnya Itik-itik milik Dody juga telat.
Hingga akhirnya, Dody memutuskan menjual 250 ekor dan menyisakan 50 ekor itik. “50 Ekor itu saya letakkan di kandang di rumah saya sendiri, saya pelajari karakteristiknya bagaimana,” ujar Dody.
Sambil belajar tentang itik, pada 2009, Dody membuat website untuk berdagang itik. Lewat website itulah Dody kebanjiran pesanan. Ternyata usaha jual beli itik juga menguntungkan dan membuat kantong Dody tebal. “Waktu itu ada pesanan dari Jakarta sebanyak 500 ekor,” kata Dody.
Namun Dody tak hanya menjadi pedagang saja. Dia tetap ingin membuka usaha peternakan itik sendiri. Dan dari hasil berdagang itik, modal Dody pun makin kuat.
Dody pun mulai serius mengembangbiakkan 50 ekor itiknya itu. Dan kali ini, dengan usia itik yang mencukupi dan penerapan sistem kandang, peternakan ini pun berkembang pesat. Kini Dody telah mempunyai 2.000 ekor itik untuk terus dia kembangkan.
Sukses membangun peternakan itik tidak membuat Dody Faizal lupa dengan lingkungannya sesama peternak itik. Ia mengajak mereka ikut menikmati lezatnya bisnis itik itu.
Dody mengajak kerja sama peternak itik dengan sistem plasma. Ia menerapkan sistem itu kepada peternak itik yang tersebar di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan.
Menurut Dody, dengan sistem plasma, ia bisa menambah jumlah itik untuk memenuhi seluruh pesanan pelanggannya. Selain itu ia juga bisa memberdayakan warga untuk beternak itik.
Dody kini memiliki sekitar 100 peternak plasma di empat provinsi. Sebagai peternak inti, Dody tentu punya kewajiban memasok kebutuhan bibit itik untuk para peternak plasma tersebut.
Namun, Dody tak hanya menyuplai bibit itik mojosari saja. Para peternak juga mendapatkan bibit itik alabio, itik tegal, dan itik semarang. Selain itik lokal, Dody juga menyediakan itik khaki cambel dan itik peking. Juga itik hibrida atau itik hasil kawin silang itik peking jantan dengan itik jawa super.
Bibit yang disediakan Dody memiliki ukuran dan usia yang berbeda. Mulai dari bibit itik usia satu atau dua hari, usia satu bulan, usia dua bulan, usia tiga bulan, usia empat bulan, hingga bibit itik yang siap bertelur. “Saya menjamin keaslian dari jenis itik tersebut,” terang Dody.
Kerja sama dengan sistem plasma dengan peternak itu memang berhasil mendongkrak kinerja bisnis Dody. Dalam sebulan, Dody mampu memenuhi pesanan 10.000 ekor itik. Sekitar 2.000 ekor itik disuplai dari peternakan Dody sendiri, sedangkan sisanya, sebanyak 8.000 ekor itik, dipasok oleh para peternak plasma.
Walaupun datangnya pesanan mulai membuat Dody kewalahan, namun ia pantang menolak jika ada pembeli baru. Ia tetap berusaha mengirimkan pesanan itik meski jadwalnya tidak bisa tepat waktu. “Kalau minggu ini saya belum bisa memenuhi pesanan itu, saya akan kirim pada minggu depannya,” terang Dody.
Karena pesanan semakin banyak, Dody berniat menambah lagi jumlah peternak plasma yang mau bekerja sama dengannya. “Rezeki harusnya dibagi-bagi,” komitmen Dody.
Untuk menambah jumlah peternak plasma itu, Dody belakangan ini berusaha menjalin komunikasi dengan peternak itik di Indramayu, Banten, dan Tegal. Namun menjalin komunikasi dengan peternak tidaklah mudah. Kini, Dody masih mengatur strategi agar bisa menjalin silaturahmi dengan peternak dan bisa berbisnis dengan mereka.
Keinginan Dody sekarang ini, dengan memperbanyak peternak plasma, Dody berharap pesanan itik tak lagi datang dari pasar dalam negeri. Ia bercita-cita suatu saat nanti bisa ekspor itik ke Singapura. “Sekarang kami sedang mempersiapkan untuk bisa ekspor 2015 nanti,” ujar Dody.
Cita-cita Dody bisa mengirim itik ke Negeri Jiran itu memang masuk akal. Dari seorang pelanggannya di Batam, Dody tahu, saat ini, kebutuhan itik untuk industri kuliner di Singapura terbilang tinggi.
Tidak hanya itik saja yang bisa di ekspor ke Singapura, telur itik juga banyak dicari orang Singapura. Dalam hitungan bisnis Dody, ekspor itik ataupun telur itik ke Singapura lebih menarik dari pada menjualnya di pasar dalam negeri. “Contoh, harga telur itik di sini Rp 1.200 per butir, kalau di Singapura bisa Rp 6.000 per butir,” ungkap Dody.
Setelah dikurangi biaya kirim dan biaya pengurusan izin ekspor, Dody memperkirakan laba berjualan telur itik di Singapura bisa untung hingga 200%. Maklum, kebutuhan itik dan telur itik di Singapura memang naik drastis setiap tahunnya.
Meski beternak itik cukup menggiurkan, namun Dody menyarankan untuk melihat peluang pasar bagi investor yang mau beternak itik. Ia bilang, setiap daerah memiliki populasi itik yang berbeda. “Cek dulu pasarnya biar tidak bingung saat itik siap produksi,” katanya.
Menurut Dody, ada empat peluang bisnis yang bisa dikembangkan dengan beternak itik. Pertama beternak itik petelur, kedua beternak itik pedaging, dan ketiga, usaha pengembangan bibit itik atau DOD (day old duck). Yang keempat, beternak itik siap bertelur (bayah).
Berbagai tahapan perlu dijalani untuk bisa menjadi peternak itik. Dari tiga tahapan tersebut, tahap pertama paling riskan sehingga perlu penanganan ekstra. Dengan perawatan yang baik, tak hanya daging itik yang didapat namun juga telurnya. Keuntungan pun berlipat karena harga itik ditentukan peternak.
peluang usaha peternakan itik yang menjanjikan masa depan memberi semangat kepada Dody Faizal untuk terus menggeluti bisnis ini. Menurutnya, usaha peternakan itik akan cerah karena kebutuhan daging dan telur terus naik seiring meningkatkan populasi penduduk Indonesia.
Akses permodalan yang cukup mudah dengan berbagai program pemerintah, seperti kredit usaha rakyat (KUR) juga membantu berkembangnya bisnis ini. “Karakteristik itik yang kuat menghadapi penyakit dan pakan yang mudah juga menjadi keunggulan,” katanya.
Pria 31 tahun ini menjelaskan, untuk memulai usaha peternakan itik diperlukan tiga tahapan. Tahap pertama adalah memulai atau starter. Tahap kedua disebut grower atau pertumbuhan, dan tahap ketiga disebut layer atau bertelur.
Dari tiga tahap itu, menurut Dody yang paling riskan adalah tahap starter. Tahap starter dimulai saat usia itik sehari atau day old duck (DOD) sampai 30 hari. Saat-saat itulah, itik sangat riskan terhadap serangan penyakit.
Setelah melewati tahap starter, peternak akan masuk tahap grower, yakni saat itik berusia 2,5 bulan- 4,5 bulan. Di usia itu, yang benar-benar perlu diperhatikan adalah soal pakan. Pakan yang diberikan tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak.
Pemberian pakan yang terlalu tentu bakal menguras isi kantong artinya tidak efisien. Sedangkan jika terlalu sedikit maka perkembangannya akan terhambat. “Selain pakan, kebersihan kandang juga perlu dijaga,” katanya. Dia juga menyarankan agar cahaya matahari selalu bisa masuk sempurna ke dalam kandang.
Setelah usia 4,5 bulan terlampaui, peternak boleh sedikit merasa lega. Di tahapan layer tersebut, pakan itik tidaklah begitu rumit. Itik bisa mengonsumsi nasi aking atau karak termasuk sisa makanan dan sayuran.
Pada tahap ketiga itu, itik sebaiknya diberi pakan dengan kandungan protein tinggi. Itu dilakukan agar jumlah dan kualitas telur meningkat. Tak hanya telur, saat usia itik lebih 4,5 bulan juga sudah bisa dijual sebagai pedaging.
Harga jual itik sangat menguntungkan peternak. Sebab, peternak itik saat ini memiliki posisi tawar lebih baik dibandingkan dengan posisi pedagang. “Untuk pasar itik, harga mengikuti peternak bukan pedagang,” katanya.
Dody menambahkan, ternak itik sebenarnya sangat mudah. Apalagi saat ini informasi mengenai cara-cara beternak itik bisa didapatkan dengan gampang di internet. “Kalau bingung buka saja situs peternakandody.com. Saya menyediakan layanan tanya jawab bagi semua pengunjung,” katanya berpromosi.
Dia juga mengaku banyak belajar tentang itik secara otodidak, baik melalui internet, buku, atau bertanya dari pengalaman orang lain. Berdasarkan pengalaman ini pula, saat ini dia mengembangkan bisnis itiknya melalui dunia maya.
Berkat pemasaran melalui online, Dody mengaku mampu menjual rata-rata 10.000 itik per bulan. Menurutnya, pemasaran online sangat mudah dan murah. Walaupun begitu, pemasaran lewat internet juga berisiko.
Seperti yang pernah dialami Dody yang pernah menjadi korban penipuan melalui dunia maya. Dia bercerita, saat itu pernah mendapat pesanan 1.000 ekor itik. Namun setelah pesanan itik terkirim, pelanggan tersebut tak kunjung mengirimkan uang pembelian.
Oleh karena itu, ia mengingatkan agar penjualan melalui online lebih berhati-hati karena banyak modus penipuan. “Transaksi online dilakukan harus setelah uang pemesanan diterima,” ingatnya. Dody juga mengingatkan agar jangan mudah terjebak pada pembayaran uang muka karena kerap hanya akal-akalan penipuan.
Walaupun berisiko, Dody tak kapok. Dia mengatakan, keunggulan pemasaran dan penjualan melalui internet cukup sebanding dengan risiko yang mungkin terjadi dalam pemasaran online. Tak hanya mudah dan murah, pemasaran ini juga bisa mencakup pangsa pasar yang sangat luas.
Tak hanya di Pulau Jawa saja, pemasaran ini juga bisa mencakup seluruh wilayah Indonesia. Dengan begitu, diharapkan pelanggan yang membeli bisa lebih banyak.
Sumber: http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1324631539/86069/Dody-Faizal-Berguru-ternak-itik-lewat-dunia-maya-3
Posted in Agribisnis