Jumat, 12 Oktober 2012

Usaha penjualan batang bambu masih tetap menggiurkan


BISNIS PENJUALAN BAMBU

Usaha penjualan batang bambu masih tetap menggiurkan


Komentar
Telah dibaca sebanyak 3004 kali
Pamor bisnis bambu dari tahun ke tahun tidak pernah meredup. Kendati tidak terlalu besar, permintaan batang bambu selalu ada di sepanjang tahun. Maklum, bambu memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Tak heran jika banyak pelaku usaha menekuni bisnis penjualan bambu. Dari bisnis ini, seorang pelaku usaha bisa meraih omzet Rp 28 juta per bulan.

Bambu adalah jenis tanaman rumput-rumputan yang mempunyai batang berongga dan beruas-ruas. Tanaman ini memiliki banyak kegunaan bagi umat manusia. Tunas bambu atau sering disebut rebung, misalnya, dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan. Sedangkan batang bambu bisa untuk bahan perkakas rumahtangga.

Dus, bambu adalah salah satu tanaman yang menjadi sumber perdagangan bernilai ekonomi tinggi. Tak salah, jika banyak pelaku usaha yang tergiur mendulang rezeki dari penjualan bambu.
Maklum, selain permintaaannya selalu ada, operasional bisnisnya tidak terlalu rumit dan mendatangkan omzet tebal bagi pelakunya.

Salah seorang pelaku usaha ini adalah Aditya Sani. Lewat bendera usaha Indo Anthurium, pria yang akrab disapa Aditya ini telah menekuni bisnis bambu sejak dua tahun lalu di Bogor, Jawa Barat.
Menurut dia, permintaan bambu selalu ada kendati tidak besar. "Biasanya digunakan untuk proyek perumahan, seperti pembuatan taman atau pagar rumah sementara," kata Aditya.

Dia bilang, selama ini target pasar Indo Anthurium adalah para perusahaan properti perumahan dan pemilik rumah. "Kalau main di proyek pemerintah, harga jualnya rendah dan prosesnya rumit," imbuh Aditya.

Sejauh ini, lanjutnya, pelanggan terbesar Indo Anthurium adalah proyek perumahan. "Saya sering memasok bambu ke proyek perumahan. Terakhir sebanyak 10.000 ikat bambu jepang dengan harga Rp 7.000 per ikat," katanya. Pasokannya didatangkan dari para pembudidaya bambu di sekitar Bogor dan Sukabumi.

Aditya mengaku, saat ini omzet usahanya berada di kisaran Rp 7 juta-Rp 10 juta per bulan. Namun, besaran omzet itu bakal melonjak tinggi, jika pesanan bambu kuning, krisik, serta bambu jepang sedang naik.

Pemain lainnya di bisnis ini adalah Brando Manurung. Melalui bendera usaha PT Catra Pilar Persada, usaha ini baru tiga bulan menjadi pemasok bambu untuk berbagai keperluan rumah, taman, maupun konstruksi. Lokasi usahanya berada di Bogor, Jawa Barat.

Meski terbilang pendatang baru di bisnis bambu, usaha yang dirintis Brando tidak bisa dipandang sebelah mata. Dalam sebulan dia bisa menjual sekitar 5.000 batang bambu berukuran 8 centimeter (cm) untuk kebutuhan proyek kontruksi di Bogor.

Dengan harga jual bambu per batang Rp 5.700, dia mampu mengantongi omzet dari bisnis ini sebesar Rp 28,5 juta. "Untung bersihnya Rp 3,5 juta atau sekitar Rp 700 per batang," ungkapnya.
Minimnya laba usaha yang dipetik Brando dipengaruhi sejumlah faktor. Antara lain, bisnis ini masih memiliki sejumlah hambatan. Setidaknya, kata Brando, ada dua hambatan yang dialaminya.

Pertama, kepastian pasokan bambu sesuai spesifikasi pemesan. "Kadang agak susah mencari bambu sesuai pesanan, misalkan berdasarkan diameter atau tinggi batang," paparnya.

Kedua, masalah ongkos kirim bambu. Dengan jumlah pesanan yang mencapai ratusan, bahkan ribuan batang, Brando membutuhkan kendaraan pengangkut berkapasitas besar.

Bila tidak punya kendaraan angkut sendiri, maka penjual bambu harus menyewanya dari pihak lain. "Inilah yang membengkakkan pengeluaran," katanya.

Karena alasan itu pula, Kartino Fiqr Rasid, pengusaha bambu asal Cilacap, Jawa Tengah, tidak terlalu bernafsu memperluas pemasarannya hingga ke luar daerah.

Sampai saat ini, dengan bendera usaha Shalahuddin Multiusaha Mandiri, Kartino hanya melayani permintaan bambu dari wilayah Kabupaten Cilacap. Ekspansi pasar ke luar Cilacap masih belum menjadi prioritasnya, karena besarnya biaya transportasi untuk pengiriman bambu.

Toh, kendati cakupan pasarnya baru sebatas di wilayah Cilacap, penjualan bambu Kartino terbilang lumayan. Dalam sebulan, rata-rata dia mampu melakukan empat kali pengiriman bambu kepada para pelanggannya di berbagai tempat.

Untuk satu kali pengiriman, Kartino bisa menjual sekitar 500-600 batang bambu berdiameter 12 cm yang diangkut dengan satu truk besar. Bambu ini berjenis bambu hijau. Biasanya, bambu ini digunakan untuk bahan pondasi bangunan, restoran, dan rumah tinggal.

Kartino biasa menjual bambu hijau dengan harga jual sekitar Rp 8.000-Rp 9.000 per batang. Tak hanya menyediakan bambu hijau, dia juga menjual bambu hitam atau kerap disebut bambu wulung. Bambu ini umumnya digunakan untuk bahan baku kerajinan tangan dari bambu. Seperti meja, kursi, dan perkakas lainnya.

Asal tahu saja, diameter bambu hitam lebih besar sekitar 15 cm dari bambu hijau. Karenanya, harga jual bambu hitam lebih tinggi, yakni sekitar Rp 10.000-
Rp 12.000 per batang. Tiap batang bambu dipotong seukuran 10 meter. Rata-rata Kartino bisa menjual 400-450 batang per bulan.

Hitung punya hitung, dari usahanya ini, dia bisa meraih omzet sekitar Rp 27 juta per bulan. "Laba bersih saya dari penjualan bambu mencapai 50% dari pendapatan kotor," katanya.

Demi memperlancar arus keuangan usahanya, dalam transaksi penjualan, Kartino mengutip uang muka terlebih dahulu kepada konsumennya sebesar 40% dari total proyek. "Sisanya bisa dilunasi ketika bambu telah diterima semua konsumen," katanya.

Kartino mengaku tidak terlalu kesulitan mendapatkan pasokan bambu. Selama ini, dia mendapat pasokan dari para pembudidaya bambu di dua kecamatan di Kabupaten Cilacap, yakni, Kecamatan Wanareja dan Majenang. Kedua kecamatan ini merupakan sentra budidaya bambu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar