Minggu, 07 Oktober 2012

SINGKONG BIOETANOL: 50 Ha Lahan Disiapkan Untuk Penanaman

SINGKONG BIOETANOL: 50 Ha Lahan Disiapkan Untuk Penanaman


Sejumlah petani tengah menanam singkong bioetanol di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Senin (16/7/2012). Lahan seluas 50 hektare dipersiapkan untuk budidaya tanaman ini. (Farida Trisnaningtyas/JIBI/SOLOPOS)
BOYOLALI--Lahan seluas 50 hektare (Ha) di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo, Boyolali dipersiapkan untuk budidaya singkong bioetanol. Lahan seluas itu untuk mengembangkan tanaman yang diproyeksikan menjadi sumber energi alternatif.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Forum Organisasi Kepemudaan (FOK) Jawa Tengah, Edi Wirabhumi mengatakan, ia memprakarsai pengembangan tanaman singkong bioetanol karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia. Sekitar 20 tahun lagi, minyak di negara ini akan habis.
Dari sekarang kita perlu memikirkan energi alternatif yang dapat menggantikan peran minyak bumi. Sedangkan minyak sawit dikurangi karena tanamannya rakus air,” ujarnya dalam acara Deklarasi FOK Jawa Tengah dan penanaman perdana singkong bioetanol, Senin (16/7/2012).
Ia menjelaskan, singkong bioetanol menjadi solusi jangka pendek. Tanaman ini bagian atasnya bisa menghasilkan oksigen, buahnya diolah menjadi bioetanol dan akarnya memelihara unsur hara tanah dan air.  Menurutnya, tanaman ini masa panennya hanya tujuh bulan dan bisa diperpendek menjadi lima bulan untuk jenis stek. Oleh karena itu, tanaman ini sangat berguna untuk pengembangan energi alternatif.
Lebih lanjut ia menerangkan, Boyolali dipilih menjadi tempat pengembangan karena tanahnya sangat cocok. Di samping itu, petani di wilayah ini terbiasa menanam singkong.  “Seluas 50 hektare lahan yang disiapkan, 15 hektarenya sistem sewa. Sedangkan sisanya bekerja sama dengan petani,” imbuhnya.
Tampung Hasil Panen
Wilayah lain di Boyolali yang bakal menjadi lokasi pengembangan yakni, Cepogo dan Musuk. Ia memaparkan, daerah di sekitar Waduk Kedung Ombo (WKO) juga potensial untuk dikembangkan bioetanol ini. Pasalnya, di Boyolali utara masih banyak lahan kosong yang bisa dipakai.
Ia menekankan kepada petani untuk tidak terlalu khawatir soal pemasaran. Pihaknya siap menampung hasil petani karena telah memiliki peralatan untuk pengolahan bioetanol.Menurutnya, dari usaha ini petani bisa meraup keuntungan yang lumayan. Akan tetapi, tanaman singkong untuk bioetanol ini tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi karena kadar etanolnya sangat tinggi. Dari hasil penelitian, kandungannya melebihi pertamax plus.
Sementara itu, Ketua DPP FOK pusat, Endy Priyatna menambahkan, visi misi FOK ini adalah kewirausahaan. Organisasinya mampu berkembang tanpa bantuan dari luar.  FOK telah memunyai mesin pengolah bioetanol, mesin terigu, madu hingga beras. Organisasi ini berupaya menghidupkan usaha kecil menengah. “Bioetanol sangat menghemat pengeluaran kita. Dengan harga Rp6.000 bisa dipergunakan untuk 12 jam. Tentunya ini sangat menguntungkan,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar