Jumat, 12 Oktober 2012

Rabobank: Pertanian RI Kunci Pertumbuhan Asia


Rabobank: Pertanian RI Kunci Pertumbuhan Asia

Pertumbuhan sektor pangan dan agribisnis di Indonesia didorong permintaan domestik kuat.

Kamis, 17 November 2011, 19:25 Antique, Nina Rahayu
Kegiatan di perkebunan kelapa sawit
Kegiatan di perkebunan kelapa sawit (Antara/Maril Gafur)
VIVAnews - Rabobank Group, bank internasional yang berpusat di Belanda dan fokus pada pembangunan pertanian serta agribisnis, menilai sektor pertanian Indonesia akan melanjutkan ekspansinya pada dekade mendatang.

Bahkan, dengan berbagai keuntungan kondisi Indonesia, seperti letak geografis dan jumlah penduduk yang besar maupun penghasil terbesar sejumlah komoditas, sektor pertanian Indonesia akan menjadi kunci bagi pertumbuhan pangan dan agribisnis di Asia.

Hal itu terungkap dari hasil studi “Indonesia Food and Agribusiness Outlook”  yang dilakukan Food & Agribusiness Research and Advisory Rabobank International. Hasil riset ini dipresentasikan oleh Managing Director, Head of Food and Agribusiness Research and Advisory – Asia Rabobank International, John Baker.

"Pertumbuhan sektor pangan dan agribisnis di Indonesia akan didorong oleh permintaan domestik yang kuat dari segmen berpenghasilan menengah dan rendah untuk produk pangan yang terjangkau," kata Baker dalam konferensi ekonomi tahunan di Hotel Gran Melia, Jakarta, Kamis 17 November 2011.

Baker menjelaskan, Indonesia adalah pemain global pangan dan agribisnis, serta penghasil terbesar ketiga produk-produk pertanian di Asia. Pertumbuhan sektor pertanian Indonesia, menurut dia, bisa menjadi pendorong negara ini untuk bergabung dalam kelompok ekonomi BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China).
"Indonesia memiliki basis yang signifikan di produksi hulu pertanian seperti kopi, cokelat, karet, dan gula," ujarnya.

Di sisi lain, Baker melanjutkan, permintaan domestik atas produk hilir pertanian pun meningkat, sehingga mendorong sektor pengolahan makan bertumbuh.

"Minyak kelapa sawit, karet, kopi, dan cokelat, tetap akan menjadi komoditas ekspor unggulan. Khusus untuk minyak kelapa sawit, Indonesia akan melanjutkan kepemimpinannya sebagai penghasil terbesar di dunia," ucap Baker.

Hanya saja, Baker menganalisis, sektor pertanian Indonesia menghadapi sejumlah tantangan yang tak ringan. Tantangan itu antara lain banyaknya petani yang menggarap lahan yang sempit, kualitas produk yang rendah, investasi yang rendah, infrastruktur yang belum memadai, dan kebijakan yang masih kurang menguntungkan petani.

“Dukungan kebijakan pemerintah dan partisipasi swasta yang tinggi, akan membuat Indonesia bisa mengatasi kendala-kendala tersebut,” tuturnya.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian Zaenal Bachruddin menjelaskan, saat ini sektor pertanian menyerap 45 persen penduduk Indonesia. Tetapi kontribusi sektor ini pada produk domestik bruto (PDB) hanya 15 persen.

“Hal ini menunjukkan pendapatan petani kita masih rendah,” tuturnya.

Karena itu, menurut dia, pemerintah menjalankan program revitalisasi pertanian. Revitalisasi itu antara lain dijalankan di bidang benih, sumber daya manusia, infrastruktur, institusi pertanian, dan pembiayaan pertanian.

© VIVA.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar