Jumat, 12 Oktober 2012

Dody Faizal: Dari beternak itik, ratusan juta rupiah masuk kandang

Dody Faizal: Dari beternak itik, ratusan juta rupiah masuk kandang

Lima tahun jadi buruh pabrik dengan penghasilan pas-pasan, membuat Dody ingin berbisnis. Lantaran modal terbatas, Dody memilih bisnis ternak itik. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, usaha ini berkembang. Sayang, usaha ini harus layu setelah Dody kena tipu jutaan rupiah. Tapi Dody pantang menyerah dan dia meraih sukses.
Lantaran modal terbatas, Dody memilih bisnis ternak itik. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, usaha ini berkembang. Sayang, usaha ini harus layu setelah Dody kena tipu jutaan rupiah. Tapi Dody pantang menyerah dan dia meraih sukses.
Legitnya bisnis kuliner bebek membuat daging unggas ini makin diminati. Permintaan daging dan telur itik terus naik dalam beberapa tahun belakangan. Alhasil, usaha peternakan itik ini mulai banyak dilirik. Salah satu peternak itik yang terbilang sukses itu adalah Dody Faizal.
Dody memilih beternak itik Mojosari pada 2007. Sebab, itik yang satu asal dengannya, yakni Mojosari, di Mojokerto, Jawa Timur ini, merupakan salah satu itik lokal unggulan.
Sebenarnya, di keluarga Dody, usaha peternakan itik adalah usaha turun temurun. Hanya saja, sebelum dipegang Dody, peternakan itu tak dikelola secara profesional. “Itik-itik peliharaan itu asal diangon di sawah sudah cukup,” kenang Dody. Sedangkan Dody, mengembangkan itik dengan cara dikandangkan.
Sebelum menjadi peternak itik, Dody hanyalah buruh pabrik di Mojokerto. Ia bekerja sebagai buruh mulai 2004-2009. Penghasilan buruh yang pas-pasan, membuatnya Dody mulai berpikir untuk nyambi beternak itik secara profesional.
Dengan modal Rp 4 juta, Dody mulai usahanya dengan membeli 100 itik siap telur. Ketika itu, harga itik usia produktif hanya Rp 30.000 per ekor. “Waktu itu tahun 2007. Setelah membeli itik itu saya percayakan pada orang untuk merawat dengan sistem bagi hasil,” ujar Dody.
Ternak itik Dody berkembang pesat. Dalam waktu setahun, itiknya telah berbiak menjadi 500 ekor. Bahkan ia ketika itu sudah kebanjiran pesanan lantaran makin menjamurnya usaha kuliner bebek goreng.
Sayangnya, Dody sesaat mengecap manisnya bisnis itik. Tanpa sepengetahuan dirinya, orang kepercayaannya itu menjual seluruh itiknya dan membawa kabur uang hasil penjualan. Kalau dihitung harga itik Rp 30.000 per ekor, kerugian Dody mencapai Rp 15 juta.
Meski modal ludes, Dody tak mau menyerah. Ia bertekad akan membangun kembali peternakan itiknya. Masalah yang menimpanya, ia jadikan pelajaran yang berharga. “Seperti di awal bisnis ini, saya juga membeli lagi 300 ekor itik sebagai modal awal. namun dengan harga yang sedikit lebih mahal.” kenang Dody.
Belajar dari pengalaman pula, Dody mengubah sistem manajemen peternakan itiknya. Ia kemudian menyewa kandang dan mempekerjakan beberapa karyawan untuk merawat 300 itiknya. Tapi, usaha kali ini tak berjalan mulus. Soalnya, itik-itik yang dibeli Dody tersebut usianya terlalu muda, sehingga ia menjadi boros di pakan. Selain itu juga, bertelurnya Itik-itik milik Dody juga telat.
Hingga akhirnya, Dody memutuskan menjual 250 ekor dan menyisakan 50 ekor itik. “50 Ekor itu saya letakkan di kandang di rumah saya sendiri, saya pelajari karakteristiknya bagaimana,” ujar Dody.
Sambil belajar tentang itik, pada 2009, Dody membuat website untuk berdagang itik. Lewat website itulah Dody kebanjiran pesanan. Ternyata usaha jual beli itik juga menguntungkan dan membuat kantong Dody tebal. “Waktu itu ada pesanan dari Jakarta sebanyak 500 ekor,” kata Dody.
Namun Dody tak hanya menjadi pedagang saja. Dia tetap ingin membuka usaha peternakan itik sendiri. Dan dari hasil berdagang itik, modal Dody pun makin kuat.
Dody pun mulai serius mengembangbiakkan 50 ekor itiknya itu. Dan kali ini, dengan usia itik yang mencukupi dan penerapan sistem kandang, peternakan ini pun berkembang pesat. Kini Dody telah mempunyai 2.000 ekor itik untuk terus dia kembangkan.
Sukses membangun peternakan itik tidak membuat Dody Faizal lupa dengan lingkungannya sesama peternak itik. Ia mengajak mereka ikut menikmati lezatnya bisnis itik itu.
Dody mengajak kerja sama peternak itik dengan sistem plasma. Ia menerapkan sistem itu kepada peternak itik yang tersebar di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Kalimantan Selatan.
Menurut Dody, dengan sistem plasma, ia bisa menambah jumlah itik untuk memenuhi seluruh pesanan pelanggannya. Selain itu ia juga bisa memberdayakan warga untuk beternak itik.
Dody kini memiliki sekitar 100 peternak plasma di empat provinsi. Sebagai peternak inti, Dody tentu punya kewajiban memasok kebutuhan bibit itik untuk para peternak plasma tersebut.
Namun, Dody tak hanya menyuplai bibit itik mojosari saja. Para peternak juga mendapatkan bibit itik alabio, itik tegal, dan itik semarang. Selain itik lokal, Dody juga menyediakan itik khaki cambel dan itik peking. Juga itik hibrida atau itik hasil kawin silang itik peking jantan dengan itik jawa super.
Bibit yang disediakan Dody memiliki ukuran dan usia yang berbeda. Mulai dari bibit itik usia satu atau dua hari, usia satu bulan, usia dua bulan, usia tiga bulan, usia empat bulan, hingga bibit itik yang siap bertelur. “Saya menjamin keaslian dari jenis itik tersebut,” terang Dody.
Kerja sama dengan sistem plasma dengan peternak itu memang berhasil mendongkrak kinerja bisnis Dody. Dalam sebulan, Dody mampu memenuhi pesanan 10.000 ekor itik. Sekitar 2.000 ekor itik disuplai dari peternakan Dody sendiri, sedangkan sisanya, sebanyak 8.000 ekor itik, dipasok oleh para peternak plasma.
Walaupun datangnya pesanan mulai membuat Dody kewalahan, namun ia pantang menolak jika ada pembeli baru. Ia tetap berusaha mengirimkan pesanan itik meski jadwalnya tidak bisa tepat waktu. “Kalau minggu ini saya belum bisa memenuhi pesanan itu, saya akan kirim pada minggu depannya,” terang Dody.
Karena pesanan semakin banyak, Dody berniat menambah lagi jumlah peternak plasma yang mau bekerja sama dengannya. “Rezeki harusnya dibagi-bagi,” komitmen Dody.
Untuk menambah jumlah peternak plasma itu, Dody belakangan ini berusaha menjalin komunikasi dengan peternak itik di Indramayu, Banten, dan Tegal. Namun menjalin komunikasi dengan peternak tidaklah mudah. Kini, Dody masih mengatur strategi agar bisa menjalin silaturahmi dengan peternak dan bisa berbisnis dengan mereka.
Keinginan Dody sekarang ini, dengan memperbanyak peternak plasma, Dody berharap pesanan itik tak lagi datang dari pasar dalam negeri. Ia bercita-cita suatu saat nanti bisa ekspor itik ke Singapura. “Sekarang kami sedang mempersiapkan untuk bisa ekspor 2015 nanti,” ujar Dody.
Cita-cita Dody bisa mengirim itik ke Negeri Jiran itu memang masuk akal. Dari seorang pelanggannya di Batam, Dody tahu, saat ini, kebutuhan itik untuk industri kuliner di Singapura terbilang tinggi.
Tidak hanya itik saja yang bisa di ekspor ke Singapura, telur itik juga banyak dicari orang Singapura. Dalam hitungan bisnis Dody, ekspor itik ataupun telur itik ke Singapura lebih menarik dari pada menjualnya di pasar dalam negeri. “Contoh, harga telur itik di sini Rp 1.200 per butir, kalau di Singapura bisa Rp 6.000 per butir,” ungkap Dody.
Setelah dikurangi biaya kirim dan biaya pengurusan izin ekspor, Dody memperkirakan laba berjualan telur itik di Singapura bisa untung hingga 200%. Maklum, kebutuhan itik dan telur itik di Singapura memang naik drastis setiap tahunnya.
Meski beternak itik cukup menggiurkan, namun Dody menyarankan untuk melihat peluang pasar bagi investor yang mau beternak itik. Ia bilang, setiap daerah memiliki populasi itik yang berbeda. “Cek dulu pasarnya biar tidak bingung saat itik siap produksi,” katanya.
Menurut Dody, ada empat peluang bisnis yang bisa dikembangkan dengan beternak itik. Pertama beternak itik petelur, kedua beternak itik pedaging, dan ketiga, usaha pengembangan bibit itik atau DOD (day old duck). Yang keempat, beternak itik siap bertelur (bayah).
Berbagai tahapan perlu dijalani untuk bisa menjadi peternak itik. Dari tiga tahapan tersebut, tahap pertama paling riskan sehingga perlu penanganan ekstra. Dengan perawatan yang baik, tak hanya daging itik yang didapat namun juga telurnya. Keuntungan pun berlipat karena harga itik ditentukan peternak.
peluang usaha peternakan itik yang menjanjikan masa depan memberi semangat kepada Dody Faizal untuk terus menggeluti bisnis ini. Menurutnya, usaha peternakan itik akan cerah karena kebutuhan daging dan telur terus naik seiring meningkatkan populasi penduduk Indonesia.
Akses permodalan yang cukup mudah dengan berbagai program pemerintah, seperti kredit usaha rakyat (KUR) juga membantu berkembangnya bisnis ini. “Karakteristik itik yang kuat menghadapi penyakit dan pakan yang mudah juga menjadi keunggulan,” katanya.
Pria 31 tahun ini menjelaskan, untuk memulai usaha peternakan itik diperlukan tiga tahapan. Tahap pertama adalah memulai atau starter. Tahap kedua disebut grower atau pertumbuhan, dan tahap ketiga disebut layer atau bertelur.
Dari tiga tahap itu, menurut Dody yang paling riskan adalah tahap starter. Tahap starter dimulai saat usia itik sehari atau day old duck (DOD) sampai 30 hari. Saat-saat itulah, itik sangat riskan terhadap serangan penyakit.
Setelah melewati tahap starter, peternak akan masuk tahap grower, yakni saat itik berusia 2,5 bulan- 4,5 bulan. Di usia itu, yang benar-benar perlu diperhatikan adalah soal pakan. Pakan yang diberikan tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak.
Pemberian pakan yang terlalu tentu bakal menguras isi kantong artinya tidak efisien. Sedangkan jika terlalu sedikit maka perkembangannya akan terhambat. “Selain pakan, kebersihan kandang juga perlu dijaga,” katanya. Dia juga menyarankan agar cahaya matahari selalu bisa masuk sempurna ke dalam kandang.
Setelah usia 4,5 bulan terlampaui, peternak boleh sedikit merasa lega. Di tahapan layer tersebut, pakan itik tidaklah begitu rumit. Itik bisa mengonsumsi nasi aking atau karak termasuk sisa makanan dan sayuran.
Pada tahap ketiga itu, itik sebaiknya diberi pakan dengan kandungan protein tinggi. Itu dilakukan agar jumlah dan kualitas telur meningkat. Tak hanya telur, saat usia itik lebih 4,5 bulan juga sudah bisa dijual sebagai pedaging.
Harga jual itik sangat menguntungkan peternak. Sebab, peternak itik saat ini memiliki posisi tawar lebih baik dibandingkan dengan posisi pedagang. “Untuk pasar itik, harga mengikuti peternak bukan pedagang,” katanya.
Dody menambahkan, ternak itik sebenarnya sangat mudah. Apalagi saat ini informasi mengenai cara-cara beternak itik bisa didapatkan dengan gampang di internet. “Kalau bingung buka saja situs peternakandody.com. Saya menyediakan layanan tanya jawab bagi semua pengunjung,” katanya berpromosi.
Dia juga mengaku banyak belajar tentang itik secara otodidak, baik melalui internet, buku, atau bertanya dari pengalaman orang lain. Berdasarkan pengalaman ini pula, saat ini dia mengembangkan bisnis itiknya melalui dunia maya.
Berkat pemasaran melalui online, Dody mengaku mampu menjual rata-rata 10.000 itik per bulan. Menurutnya, pemasaran online sangat mudah dan murah. Walaupun begitu, pemasaran lewat internet juga berisiko.
Seperti yang pernah dialami Dody yang pernah menjadi korban penipuan melalui dunia maya. Dia bercerita, saat itu pernah mendapat pesanan 1.000 ekor itik. Namun setelah pesanan itik terkirim, pelanggan tersebut tak kunjung mengirimkan uang pembelian.
Oleh karena itu, ia mengingatkan agar penjualan melalui online lebih berhati-hati karena banyak modus penipuan. “Transaksi online dilakukan harus setelah uang pemesanan diterima,” ingatnya. Dody juga mengingatkan agar jangan mudah terjebak pada pembayaran uang muka karena kerap hanya akal-akalan penipuan.
Walaupun berisiko, Dody tak kapok. Dia mengatakan, keunggulan pemasaran dan penjualan melalui internet cukup sebanding dengan risiko yang mungkin terjadi dalam pemasaran online. Tak hanya mudah dan murah, pemasaran ini juga bisa mencakup pangsa pasar yang sangat luas.
Tak hanya di Pulau Jawa saja, pemasaran ini juga bisa mencakup seluruh wilayah Indonesia. Dengan begitu, diharapkan pelanggan yang membeli bisa lebih banyak.
Sumber: http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1324631539/86069/Dody-Faizal-Berguru-ternak-itik-lewat-dunia-maya-3
Posted in Agribisnis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar