Senin, 08 Oktober 2012

Pemerintah perlu masyarakatkan tanaman aren

Aren Indonesia

Berita 2009-2 (Jul-Des)

Oktober 2009

Pemerintah perlu masyarakatkan tanaman aren

Sumber: http://www.waspada.co.id/ 25 Oktober 2009
MEDAN – Pemerintah perlu memasyarakatkan tanaman aren atau enau karena lebih menguntungkan di banding sawit dan punya prospek masa depan.
“Selain menjanjikan keuntungan lebih besar dibanding sawit, tanaman aren juga punya prospek cerah di masa depan,” kata pengamat tanaman hutan dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Syahri Syawal Harahap, di Medan, tadi malam.
Menurutnya, satu batang pohon tanaman aren yang produktif mampu menghasilkan sekitar dua sampai lima liter nira, yang bila diolah menjadi gula mencapai berat sekitar satu kilogram.
Harga gula aren di tingkat petani per kilonya Rp10 ribu, sementara di pasaran mencapai Rp16 ribu. “Bisa dihitung berapa yang bisa dihasilkan per hektare lahan aren yang bisa ditanami sekitar 250 batang pohon,” katanya.
Sementara tanaman sawit, untuk luas satu hektare paling bisa dihasilkan Rp1,5-2 juta per bulan dengan asumsi harga Rp800 per kilogram. Selain bisa diolah menjadi gula, nira dari pohon aren juga bisa dijadikan alkohol dengan kadar mencapai 99 persen.
“Kalau mampu mengolah aren menjadi alkohol, penghasilan dari aren bisa lebih besar lagi,” katanya.
Banyak nilai tambah lain dari tanaman aren dari mulai batang sampai ijuk yang kesemuanya bisa memberikan keutungan bagi petani.
“Untuk itu perlu peran pemerintah memasyarakatkan tanaman aren guna meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya.
Dijelaskan, penanaman aren tidak sulit dan tidak membutuhkan perawatan khusus. Aren hanya membutuhkan pemupukkan setahun sekali dan bisa tumbuh di daerah perbukitan dan lahan miring. Kendala paling mungkin dihadapi petani paling soal bibit pohon tanaman aren. Untuk mendapatkan bibit aren yang siap tanam dibutuhkan waktu cukup lama yaitu sekitar satu tahun.
“Bibit tanaman aren perlu diperlakukan khusus karena akar kecambahnya bisa mencapai panjang sekitar 20 sentimeter dan butuh waktu setahun untuk benar-benar siap tanam,” katanya.
Di Sumatera Utara sendiri sejauh ini belum ada yang khusus menyediakan bibit tanaman aren. Kebanyakan aren tumbuh liar di hutan atau kebun penduduk.
“Kalau yang saya tahu baru ada dua lokasi perkebunan aren di Sumut yaitu di Namukur dan Sipiongot,” katanya.
Sementara permintaan akan produk gula aren, alkohol termasuk ijuk yang dihasilkan pohon aren sampai saat ini cukup tinggi. Bukan hanya dari dalam negeri, gula, alkohol dan ijuk dari aren juga diminati pasar internasional.
Prospek pohon aren yang cukup menjanjikan itu lanjutnya, harus menjadi perhatian pemerintah. Indonesia sangat potensial menjadi negara pengekspor terbesar produk dari pohon aren untuk menggantikan sawit.
(dat06/ann)

Aren Lebih Menguntungkan

Sumber: http://www.harian-global.com/ 26 October 2009
Pengamat tanaman hutan dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Syahri Syawal Harahap SP MSi, menyarankan, pemerintah perlu memasyarakatkan tanaman aren atau enau karena lebih menguntungkan dibanding sawit serta memiliki prospek masa depan. “Selain menjanjikan keuntungan lebih besar dibanding sawit, tanaman aren juga punya prospek cerah di masa depan,” ujarnya di Medan, akhir pekan lalu.
Ia mengemukakan, sebatang pohon tanaman aren produktif mampu menghasilkan sekitar dua sampai lima liter nira, yang bila diolah menjadi gula mencapai berat seberat satu kilogram. Harga gula aren di tingkat petani berkisar Rp 10 ribu per kg, sementara di pasaran mencapai Rp 16 ribu per kg. “Bisa dihitung berapa yang bisa dihasilkan per hektar lahan aren yang bisa ditanami sekitar 250 batang pohon,” paparnya.
Berbeda bila tanaman sawit, untuk luas satu hektar maksimal menghasilkan Rp 1,5-Rp 2 juta per bulan dengan asumsi harga Rp 800 per kg. Ditambahkannya, selain bisa diolah menjadi gula, nira dari pohon aren juga bisa dijadikan alkohol dengan kadar mencapai 99%. “Kalau mampu mengolah aren menjadi alkohol, penghasilan dari aren bisa lebih besar lagi,” tukasnya.
Syahri menjelaskan, banyak nilai tambah lain dari tanaman aren, mulai batang sampai ijuk yang kesemuanya bisa memberikan keutungan bagi petani. “Untuk itu, perlu peran pemerintah memasyarakatkan tanaman aren guna meningkatkan kesejahteraan petani,” ujarnya.
Ia menambahkan, penanaman aren tidak sulit dan tanpa perawatan khusus. Aren hanya membutuhkan pemupukkan setahun sekali dan bisa tumbuh di daerah perbukitan dan lahan miring. Kendala paling mungkin dihadapi petani paling soal bibit pohon tanaman aren. Untuk mendapatkan bibit aren yang siap tanam dibutuhkan waktu cukup lama yaitu sekitar satu tahun.
“Bibit tanaman aren perlu diperlakukan khusus karena akar kecambahnya bisa mencapai panjang sekitar 20 sentimeter dan butuh waktu setahun untuk benar-benar siap tanam,” sebut Syahri.
Diperkirakannya, sejauh ini di Sumatera Utara belum ada yang khusus menyediakan bibit tanaman aren. Kebanyakan aren tumbuh liar di hutan atau kebun penduduk. “Kalau yang saya tahu baru ada dua lokasi perkebunan aren di Sumut yaitu di Namukur dan Sipiongot,” tukasnya.
Padahal, kata Syahri, permintaan akan produk gula aren, alkohol termasuk ijuk yang dihasilkan pohon aren sampai saat ini cukup tinggi. Bukan hanya dari dalam negeri, gula, alkohol dan ijuk dari aren juga diminati pasar internasional. “Prospek pohon aren yang cukup menjanjikan itu lanjutnya, harus menjadi perhatian pemerintah. Indonesia sangat potensial menjadi negara pengekspor terbesar produk dari pohon aren untuk menggantikan sawit,” tandasnya.

Leave a Comment »

No comments yet.
RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a Reply

Follow

Get every new post delivered to your Inbox.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar