Minggu, 07 Oktober 2012

Panen Untung dari Budidaya Singkong

Panen Untung dari Budidaya Singkong

singkongMenjadi petani singkong, mungkin masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Sama halnya dengan yang dialami Yordan Bangsaratoe, pensiun dini dari sebuah bank saat usianya masih 38 tahun, membuat Yordan harus memutar otak untuk dapat memanfaatkan sisa uang yang dia miliki agar tetap menghasilkan.
Namun mengambil keputusan untuk menjadi petani singkong memang bukan hal yang mudah, apalagi Yordan yang bergelar Sarjana Ekonomi dan berlatarbelakang dari keluarga berada, sempat mendapatkan cibiran dari masyarakat tentang profesinya. Namun hal tersebut tidak membuat Yordan goyah untuk tetap menjadi petani singkong.
Saat kebanyakan orang berlomba dan bersaing menjalankan bisnis kuliner, fashion, maupun elektronik, Yordan justru memiliki pemikiran lain tentang sebuah peluang bisnis. Sektor agrobisnis dilihatnya masih sangat berpeluang besar, terutama komoditas singkong yang akhirnya membuat bapak 2 orang anak ini terjun menjadi seorang petani singkong.
Sebelum benar-benar melakukan pembudidayaan tanaman singkong, Yordan mencari informasi sebanyak-banyaknya mulai dari membaca buku, browsing internet hingga betemu langsung dengan peneliti. Dari ilmu yang di dapatkannya, Yordan memiliki teknik tersendiri yaitu dengan menjadikan singkong kasetsart sebagai batang bawah dan singkong karet sebagai batang atas.
Kasetsart dipilihnya karena varietas ini unggul, potensi hasilnya bahkan mencapai 30 ton/ hektar. Kemudian untuk singkong karet, sebenarnya varietas ini tidak menghasilkan umbi namun berdaun rimbun, Yordan memilih singkong karet sebagai batang atas karena menurutnya banyaknya jumlah daun pada singkong karet akan berdampak pada pertumbuhan umbi yang akan semakin besar. Sebab, daun merupakan tempat berlangsungnya proses fotosintesis, dan proses tersebut akan menghasilkan makanan yang akan dipasok keseluruh bagian tanaman, kemudian selebihnya akan disimpan dalam ubi.
Yordan mempersiapkan bibitnya sendiri, proses melakukan sambungan ia lakukan dengan cara antara singkong kasetsart dan singkong karet diikat dengan plastik. Yordan pun tak segan turun langsung rutin mengontrol pertumbuhan bibit di persemaiannya selama satu bulan.  Jika terjadi penyumbatan alias bottleneck , dapat dipastikan bahwa sambungan tidak sempurna sehingga tidak layak untuk dijadikan bibit. Yordan melakukan sendri proses pembuatan bibit pada musim kemarau, bibit yang Ia buat disiapkan untuk menghasilkan sekitar 4.000 – 4.500 yang akan digunakan untuk penanaman di lahan sebesar 1 ha.
Produktivitas singkong  yang dibudidayakan di daerah Madukoro, Lampung Utara itu mencapai 30 kg per tanaman atau sekitar 120 ton per hektar. Saat ini, Yordan mengebunkan 17 ha. Dengan begitu ia mampu memanen 80 ton singkong per hari. Dengan kadar pati 30%, hanya perlu 4 kg singkong untuk menghasilkan 1 liter bioetanol, varietas lain, 6 kg.
Dari kebun singkongnya Yordan menuai laba bersih Rp 40  juta per ha, jauh lebih besar ketimbang gajinya sebagai karyawan bank. Tekniknya yaitu mampu menggenjot produksi hingga 120 ton/ha, pekebun lain rata-rata cuma 20-30 ton per ha. Bertahan ditengah cibiran orang, tetap optimis serta selalu bekerja keras membuat pria berusia 52 tahun ini mampu membuktikan bahwa apa yang dilakukannya telah membuahkan hasil yang luar biasa. Panen untung dari budidaya singkong, kenapa tidak?. Maju terus pertanian Indonesia. Salam sukses.
sumber gambar: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f7/Yos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar