Aren Indonesia
Sepudin Zuhri
Gula aren laris manis
Oleh Sepudin Zuhri (Kontributor Bisnis Indonesia)Sumber: http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/laporan-khusus/1id73516.html, 14 Oktober 2008
Tak banyak yang mengenal pohon aren atau
enau. Padahal, pohon yang banyak tersebar di seluruh wilayah Nusantara
ini memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai penghasil gula. Pohon aren
banyak tumbuh di Kendal, Sumedang, Sukabumi, Tasikmalaya,
Rangkasbitung, Lebak, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara,
hingga Papua.
Gula aren diperoleh dari sari gula atau
yang sering disebut sebagai nira, yaitu tangkai bunga jantan yang dapat
disadap ketika tanaman aren berumur lima tahun dengan puncak produksi
pada umur 15-20 tahun. Nira diolah menjadi gula dalam bentuk padat,
bubuk dan cair, atau dapat pula diolah lebih lanjut menjadi cuka dan
alkohol.
Gula aren berbeda dengan gula biasa.
Dibandingkan dengan gula pasir, gula dari pohon enau ini dapat digunakan
untuk semua keperluan, mulai dari pemanis minuman, dan bumbu masakan.
Makanan pempek khas Palembang yang enak konon karena menggunakan gula
aren sebagai pilihan salah satu pemanisnya.
Kelebihan lainnya, gula yang terbuat dari
nira ini tidak mengandung bahan kimia dan bisa menjadi obat. Kandungan
kalorinya dan glisenik indeknya yang rendah membuat gula aren tidak
berbahaya bagi penderita diabetes. Ini tampaknya cocok dengan gaya hidup
sehat yang semakin populer. Masyarakatnya juga makin selektif
mengkonsumsi makanan. Boleh jadi, meski saat ini masih kalah populer
dengan gula pasir, gula aren makin banyak dicari pembeli.
“Gula aren produk organik,” ujar
Indrawanto, pemilik CV Diva Maju Bersama. Indrawanto merupakan pengusaha
gula aren yang sukses merintis bisnisnya sejak 2005. Diva Maju Bersama
mengolah nira menjadi gula aren semut (kristal) dan gula aren cair di
Tangerang, Banten. Indrawanto menerima pasokan aren dari para petani
setempat untuk diolah menjadi gula dengan kemasan sachet, ukuran 0,5 kg
dan 25 kg. Pelanggannya tidak hanya di Banten dan Jakarta, tetapi sudah
meluar ke daerah lain di Sumatra, dan Kalimantan. Harga aren lebih mahal
30% dibandingkan gula pasir. Tapi, menurut Indrawanto, hal tersebut
tidak menjadi masalah karena ada nilai tambah yang ditawarkan produk
gula nira ini.
Tak hanya Diva, Koperasi Serba Usaha
(KSU) Sukajaya juga menjadi pemain gula aren yang terbilang sukses.
Koperasi yang berbasis di Lebak, Banten, ini sudah menangani bisnis gula
aren sejak berdiri pada 1999. Berdasarkan riset Burhanuddin bertajuk
Prospek Pengembangan Usaha Koperasi dalam Produksi Gula Aren, tiga tahun
lalu KSU Sukajaya sudah menangani bisnis gula aren hingga 50 ton per
bulan.
Penjualan di pasar regional (Jabotabek)
dilakukan melalui pasar modern seperti Giant, Hypermarket, Sogo
Supermarket, dan Kem Chicks. Potensi permintaan pasar domestik masih
terbuka lebar. Permintaan gula aren ditaksir mencapai 120 per bulan, dan
pada musim tertentu seperti bulan puasa dan Lebaran, bisa mencapai 180
ton.
Potensi permintaan gula aren makin besar,
mengingat industri makanan dan minuman terus bertumbuh. Gula aren bisa
menjadi substitusi gula rafinasi bahan baku yang selama ini masih
diiimpor. Masalahnya, memang ada pada harga yang belum komptetitif.
Meski pasar dalam negeri belum tergarap
secara maksimal, KSU Sukajaya melakukan terobosan pasar ekspor ke Jerman
bekerja sama dengan GTZ melalui sistem bagi hasil. Harga jual ekspor
mencapai US$2 per kg, sedangkan harga pokok produksi ditaksir US$1.
Untuk menangkap peluang lebih besar, SKU Sukajaya telah mengusahakan
penambahan lima sentra budidaya tanaman aren seluas 3 ha, agar petani
sebelumnya hanya menyadap tiga pohon per hari bertambah menjadi 20
pohon.
Koperasi ini juga melakukan mekanisasi
produksi, untuk menjamin keberlangsungan produksi, baik dari sisi
kuantitas maupun kualitas yang standard pasar. Ryuji Nishi, konsultan
bisnis gula aren, mengungkapkan peluang produk pangan dari Indonesia di
Jepang terbuka. Gula aren yang diminati tidak mengandung bahan kimia dan
berasal dari tanaman organik.
Untuk mengembangkan ekspor gula aren ke
Jepang perlu mencari mitra di Jepang, seperti produsen makanan khas
Jepang, produsen gula pasta atau pemilik kedai kopi. Harga jenis gula
aren di Jepang sebulan terakhir, seperti dikutip
www.divafood.indonetwork.co.id, palm sugar Y735 per 200 gram, apple
sugar Y1000-2000 per kg, brown sugar Y240 per 0,5 kg, crystal sugar
JPY160 per 0,5 kg, gula pasta Y 500 per 0,5 kg.
Pemasok gula aren di Jepang saat ini
didominasi Thailand yang menguasai pasar 49%, Australia 39%, dan Afrika
Selatan 12%. Bila saja, potensi gula aren ini dikembangkan, Indonesia
tentu bakal meraup devisa lebih besar lagi. (redaksi@bisnis.co.id)
Leave a Comment »
No comments yet.RSS feed for comments on this post. TrackBack URI
Leave a Reply
Theme: Shocking Blue Green. Blog at WordPress.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar