YAYASAN BAMBU INDONESIA Cetak 500 wirausaha per tahun
BOGOR: Yayasan Bambu Indonesia menargetkan kelahiran sekitar 500
wirausaha baru setiap tahun di Indonesia melalui produk industri
kerajinan tangan berbasis bahan baku bambu di bawah koordinasi yayasan
tersebut.
Djatnika Nanggamihardja, pemilik Yayasan Bambu Indonesia, mengatakan
untuk merealisasi penciptaan wirausahawan baru dari pelaku industri
kerajinan bambu, pihaknya meminta dukungan berbagai pihak terkait
kerajinan bambu.
”Untuk bisa memahami industri kerajinan bambu sekaligus menjadi
wirausaha, saya hanya memerlukan sekitar 3 hari memberi pelatihan,”
ujarnya kepada Bisnis, Jumat (3/7/2012) saat ditemui di sanggarnya di
perumahan Bumi Cibinong Endah, Sukahati, Cibinong, Bogor, Jawa Barat.
Djatnika menjamin keahlian dasar membuat kerajinan sudah dimiliki
seorang calon wirausaha ketika menjadi peserta pelatihan di sanggarnya.
Sedangkan biaya untuk menjadi peserta pelatihan selama tiga hari plus
akomodasi sebesar Rp1,5 juta.
Menurut dia, industri kerajinan yang terbuat dari bambu harus
dipertahankan eksistensinya. Sebab, bisa memberi dua makna penting bagi
kehidupan manusia. Pertama, bisa jadi tanaman penghijau lingkungan, dan
bahan baku bambu tidak akan pernah habis seperti halnya kayu.
Sampai saat ini Djatnika bersama Yayasan Bambu Indonesia tercatat telah
menghasilkan 660 wirausaha baru. Namun dia belum memonitor jumlah
penciptaan wirausaha baru yang dihasilkan dari perajin atau anak
didiknya.
Sesuai kriteria wirausaha, maka ke-660 alumni sanggarnya memiliki
potensi besar menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang belum
memiliki pekerjaan tetap. Djatnika menjamin sejumlah 660 orang yang
telah dia didik menjadi wirausaha, memiliki kemampuan melahirkan
pengusaha baru.
”Bambu bersama industri kerajinannya memiliki potensi terpendam jadi
pendorong peningkatan ekonomi Indonesia. Saya telah memberi pesan ini
kepada instansi terkait, akan tetapi mereka seakan tidak peduli,” papar
Djatnika.
Djatnika memulai usaha industri kerajinan dan rumah tradisional bambu
sejak 1985. Akan tetapi baru fokus kepada pelatihan industri beberapa
tahun terakhir. Untuk satu pelatihan, calon wirausahawan yang didiknya
maksimal 30 orang.
”Mengapa saya menginginkan kelahiran 500 wirausaha baru setiap tahun.
Tidak lain sebagai upaya agar hasil karya industri bambu asli Indonesia
tidak bisa diakui negara lain. Daripada dicuri orang lain, keahlian ini
lebih baik saya salurkan kepada masyarakat kita sendiri.” (sut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar