Raja Tempe dan Raja Singkong Bertemu di Jepang
HL | 08 October 2012 | 06:08 Dibaca: 822 Komentar: 28 11 dari 17 Kompasianer menilai inspiratif
Akhir pekan lalu (8/10), di kota Okayama, saya
bertemu dengan dua orang “Raja” makanan lokal tanah air. Mereka adalah
Rustono “Tempe” dan Firman “Tela” atau Firman Singkong. Saya bertemu
keduanya dalam seminar kewirausahaan yang diadakan oleh Ikatan
Persaudaraan Trainee Indonesia Japan (IPTIJ).
Rustono Tempe bisa diibaratkan “Raja” di bidang
pertempean. Ia memulai bisnis tempenya bukan di Indonesia, melainkan di
Jepang. Kini produksi tempe Rustono sudah dibuat hingga Mexico. Rustono
membuktikan bahwa Tempe disukai masyarakat Jepang dan dunia, bukan
semata karena rasanya yang lezat, tapi juga karena kandungan gizinya. Ia
memiliki cita-cita “Tempe Goes Global”.
Raja yang lain adalah Mas Firman M.Si. Banyak orang
menyangka gelar M.Si-nya diperoleh dari universitas. Ternyata bukan,
M.Si adalah singkatan dari Master Singkong. Hal itu menunjukkan
kecintaannya pada singkong. Firman sendiri adalah Sarjana Hukum lulusan
UGM.
Firman adalah pemilik “Cokro Tela”, penganan khas
yang juga terkenal sebagai oleh-oleh dari Jogjakarta. Dengan usahanya
itu, ia mengangkat singkong dari sekedar makanan rakyat menjadi makanan
bergengsi. Firman juga punya cita-cita membawa singkong ke tataran
global.
Di Okayama kemarin, ia meminta saya untuk mencicipi
salah satu produknya, yaitu kue brownies dan cake “Cokro Tela”. Waah,
betul sekali, lezat rasanya. Mas Firman punya tagline, “Witing Tresno
Jalaran Seko Telo”, atau kalau diterjemahkan berarti “Cinta Bisa Muncul
dari Ketela”.
Selain kedua pengusaha tersebut, saya bertemu juga
dengan satu lagi “Raja” makanan yang terkenal dengan Ayam Bakarnya. Ia
adalah Mas Agus Pramono atau Mas Mono, pemilik restoran terkenal “Ayam
Bakar Mas Mono”.
Apa yang dilakukan para entrepreneur muda tersebut
di Universitas Okayama Jepang? Mereka membagi pengalaman dan ilmunya
kepada para pekerja atau kenshusei Indonesia yang bekerja di Jepang.
Saya hadir di sana atas undangan Mas Tugiman, ketua
IPTIJ, untuk memberi paparan pengantar, sebelum para pembicara membagi
pengalamannya. Pak Ngurah dari KJRI Osaka juga diundang untuk membuka
seminar tersebut. Saya menyampaikan kepada para kenshusei yang hadir
bahwa kesempatan bertemu langsung dengan para pengusaha sukses sangatlah
langka.
IPTIJ memang punya kepedulian yang sangat tinggi
dengan upaya membangun wirausaha-wirausaha baru dari kalangan kenshusei
ini. Sebagaimana sering saya tulis, para kenshusei dari Jepang apabila
kembali ke tanah air bisa membawa uang yang cukup sebagai modal kerja.
Ditambah pengalaman bekerja dengan budaya Jepang selama tiga tahun,
mereka idealnya bisa memulai usaha baru.
Sayangnya yang terjadi tidak demikian. Banyak
memang pengusaha mantan kenshusei yang sukses. Tapi banyak pula yang
gagal, bahkan parahnya mereka menghabiskan uangnya untuk kepentingan
konsumtif karena tidak punya tujuan untuk apa. Akhirnya, merekapun
“Jamila”, atau “Jatuh Miskin Lagi”.
Untuk itulah, Rustono Tempe, Mas Mono, Dan Mas
Firman datang ke Jepang. Mereka membagi kisah suksesnya dan memberi
semangat bahwa siapapun bisa jadi pengusaha.
Untuk menjadi sukses memang bukan hal mudah. Ayam
Bakar Mas Mono, yang kini punya 40 cabang di Jakarta, dan sudah membuka
cabang di Malaysia, bermula dari gerobak kaki lima. Cokro Tela juga
bermula dari gerobak kecil milik Ibunda mas Firman. Sementara Rustono
Tempe sempat dianggap orang gila karena membuat tempe di Jepang.
Kesuksesan memang bukan hal instan, yang bisa
terjadi dalam semalam. Kesuksesan kerap menyimpan kisah pilu dan air
mata yang deras dalam upaya mencapainya. Mereka bertiga membagi
kisah-kisah itu pada para kenshusei. Bahwa untuk sukses, harus tekun,
disiplin, dan tak pernah menyerah.
Mas Mono memberi satu pesan menarik. Ia mengutip
ujaran dari Confusius, “Ketimbang mengutuk kegelapan, mari nyalakan
api”. Pesan ini penting, karena banyak dari kita yang kerap mengeluh,
menyalahkan pemerintah, komplen pada sesama, dan lain sebagainya. Tapi
ia tak berbuat apa-apa. Bagi Mono, ayo kita masing-masing lakukan yang
terbaik, jangan banyak berharap pada yang lain. Karena yang menentukan
kesuksesan itu adalah diri kita sendiri. Insya Allah ridho Tuhan akan
menyertai kita.
Kisah sukses memang menarik untuk dijadikan
pelajaran. Pada ujungnya saya melihat, kesuksesan sebuah produk itu
hanya 50%, sisanya adalah kisah. Tempe, Singkong, ataupun Ayam Bakar,
hanya menarik sebagai pemicu, tapi inti dari cerita mereka adalah kisah
yang mampu menggerakan dan mengubah paradigm.
Semoga seminar kemarin bisa membawa manfaat bagi
para pekerja Indonesia di Jepang, dan juga bagi kita semua. Semoga pula
segera lahir wirausaha-wirausaha muda di tanah air, yang saat ini
jumlahnya masih sangat sedikit. Gambatte Kudasai.
Siapa yang menilai tulisan ini?
- 17
Nome Abi W...
BermanfaatImarithin
MenarikCaesar Ibr...
InspiratifAmk Affand...
InspiratifZila.nixon
InspiratifTri Waluyo
Inspiratif
KOMENTAR BERDASARKAN :
8 October 2012 06:24:08
bisa ditiru nih…witing tresno jalaran seko wedhusLaporkan Komentar
2
Balas
8 October 2012 10:39:02
Laporkan Komentar
0
Balas
9 October 2012 05:11:20
Waaah betul pak Teguh, bisa juga dari wedhus .. Thanks yaLaporkan Komentar
0
Balas
8 October 2012 06:31:45
Hebat ya masih muda udah sukses, jempol dehLaporkan Komentar
0
Balas
9 October 2012 05:11:40
Terima kasih mbak Imarithin. Saya juga salut dengan mereka.Laporkan Komentar
0
Balas
8 October 2012 06:57:54
mantaap..semoga akan muncul raja n ratu lainnyaLaporkan Komentar
0
Balas
9 October 2012 05:12:16
Aamiin, semoga demikian ya. Terima kasih.Laporkan Komentar
0
Balas
8 October 2012 08:25:47
wirausaha itu susahnya men…kl pas laris seneng, kalo pas ga laku itu, mumet cari duit buat nggaji karyawanLaporkan Komentar
0
Balas
9 October 2012 05:13:17
Thanks mas Aad atas sharing dan tanggapannya. Saya rasa demikian pula dengan setiap pekerjaan ya, ada senang dan mumetnya. Semoga sukses selalu ya.Laporkan Komentar
0
Balas
8 October 2012 10:02:55
witing tresno jalaran seko batikLaporkan Komentar
0
Balas