Merancang Komoditi Unggulan Daerah yang Pro Rakyat dengan Pola Terpadu Aren, Singkong dan Sapi
OPINI | 25 August 2012 | 06:20 Dibaca: 143 Komentar: 6 2 dari 4 Kompasianer menilai bermanfaat
Oleh : Dian Kusumanto
Pembangunan yang pro rakyat menjadi isu dan topik hangat menjelang pemilu pilpres yang baru lalu. Neoliberalisme seolah menjadi musuh yang harus dienyahkan dalam era pembangunan yang akan datang. Semua kandidat dengan getol mengajukan konsep pembangunan yang pro rakyat dan tidak mau disebut sebagai agen Neolib, Neo Liberalisme.
Namun sampai sekarangpun , setelah usai pemilu dan pemenang sudah disahkan, belum ada yang mengajukan konsep yang jelas bagaimana penbangunan yang pro rakyat itu. Belum jelas pilihan komoditi apa yang menjadi unggulannya. Mereka seolah-olah lupa dengan isu yang dikembangkan dulu, tidak ada bekas-bekas jejaknya. Mereka semua lupa bahwa rakyat terus menunggu konsep itu segera dapat diaktualisasikan, diimplementasikan dalam program yang nyata.
Indonesia yang melimpah sumber daya alamnya, yang masih luas lahan–lahan yang tidak produktif, menunggu sentuhan program yang nyata, khususnya pembangunan ekonomi yang pro rakyat. Masalah pangan dan energi yang masih menjadi momok terjadinya krisis, perlu segera diatasi dipecahkan, sembari sekalian dengan paket pembangunan yang pro rakyat. Artinya pembangunan yang pro terhadap ekonomi rakyat sekaligus mengatasi masalah asasi dasar manusia, yaitu pangan & energi yang harus saling bersienergi. Alasan diatas lah yang melatarbelakangi penulis untuk menawarkan rancangan komoditi unggulan secara terpadu dengan pilihan pada komoditi AREN, SINGKONG & SAPI.
Alasan pemilihan komoditi .
Aren dipilih karena beberapa hal sbb :
1) Produktiffitasnya sangat mengagumkan, dibanding komoditi yang lain
2) Pendapatan dari usaha harus komoditi Aren sangat tinggi dan mensejahterakan rakyat secara langsung. Aren memiliki daya ungkit ekonomi rakyat sangat hebat .
3) Aren sangat fleksibel, dapat ditanam dimana saja, khususnya dalam memanfaatkan lahan kurang produktif yang selama ini tidak digunakan oleh komoditi pangan lainnya.
4) Aren tanaman asli Indonesia, yang adaptasinya sangat luas, mudah dibudidayakan dan masyarakat sudah familiar.
5) Produk–produk tanaman Aren sangat banyak sehingga dapat memicu ekonomi kerakyatan tumbuh sangat beragam & luas
6) Produk–produk dari Aren dapat diarahkan kepada industri kerajinan rakyat, industri pangan, industri bidang energi, industri hilir yang sangan beragam.
7) Aren berpotensi menggantikan peran Tebu sebagai alternatif bahan baku produksi gula nasional dan produksi gula rakyat.
Dengan semakin menurunannya produkfitas tebu, semakin tuanya pabrik-pabrik gula, semakin berkurangnya daya dukung lahan, Aren menjadi alternatif yang paling masuk akal. Sehingga pada dasa warsa yang akan datang Aren dapat diandalkan untuk mengganti peran tebu pada industri gula Nasional.
8) Pengembangan perkebunan dan industri berbasis Aren akan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak, sehingga dapat di andalkan untuk penanganan masalah pengganguran.
9) Dan lain-lain. (selengkapnya dapat dilihat dalam http://kebunaren.blogspot.com)
Aren termasuk tanaman jangka panjang, karena umur mulai berproduksi adalah sekitar 6-7 tahun. Oleh karena itu perlu di kombinasi dengan komoditi jangka pendek yang cocok dipadukan dengan perkebunan Aren. Tanaman yang hebat itu adalah singkong. Singkong dapat ditumpangsarikan dengan Aren, dan sama sekali tidak akan mengganggu Aren, demikian juga sebaliknya.
Kenapa memillih Singkong :
1) Singkong adalah komoditi yang strategis, karena produk-produk hilirnya sangat banyak dan dibutuhkan oleh industri-industri lainnya, baik industri pangan, industri kimia, manufaktur, produksi energi, dll.
2) Sebagai bahan pangan, produk dari singkong dapat menggantikan fungsi beras ( sumber karbohidrat), fungsi tepung terigu (yang masih net impor).
3) Budidaya tidak sulit, sudah merakyat dan petani Indonesia sudah sangat familiar dengan singkong.
4) Rekayasa peningkatan produkfitas singkong, masih sangat terbuka dan gampang untuk direalisasikan, teknologinya sudah tersedia, selain itu sumber plasma nutfah singkong juga melimpah sehinga memudahkan untuk merakit genetik yang unggul dan berproduksi tinggi.
5) Seperti Aren singkong juga dapat dijadikan program kemandirian energi rakyat di pedesaan.
6) Singkong selama ini juga sudah menjadi bahan baku pakan ternak andalan. Bahkan limbahnya dapat menghidupkan industri peternakan yang akan memacu ketersediaan daging dan susu untuk pangan, serta pupuk & pestisida organik bagi dunia argroestate selanjunya.
7) Dan lain-lain.
Sinergi antara perkebunan Aren dan singkong menjadi pilihan paling prospektif dan strategis di masa akan datang. Sambil menunggu masa mulai panennya Aren, Singkong sudah dapat dipanen setiap 8-10 bulan dan terus menerus beriringan dengan Aren pada lahan yang sama.
Dengan pembudidayaan singkong ditengah-tengah kebun Aren dapat memaksimalkan sumber daya manusia dan lahan yang ada, sekaligus meminimalkan input sarana produksi dan biaya operasional tenaga kerja. Artinya sistem keterpaduan ini bisa menyebabkan efisiesi biaya, sdm & sda yang ada. Untuk meningkatkan nilai tambah komoditi singkong maka perlu dirancang berdirinya industri pengolahan singkong, seperti pabrik pengolahan tepung cassava, tepung mocaf, deksrin, HFS, dll.
Adanya industri-industri tadi akan sangat menghidupkan ekonomi di pedesaan, tenaga kerja akan banyak dibutuhkan, maka penggangguran akan dapat diatasi. Bahkan tenaga-tenaga kerja dari luar akan berdatangan. TKI yang keluar negeri dapat dikurangi, kerena di negeri sendiri sudah terbuka lapangan pekerjaan .
Lalu apa hubungan dengan Sapi ?
Sapi adalah salah satu hewan ternak yang sangat penting dan strategis. Sapi akan memanfaatkan limbah dari hasil panen dan limbah industri singkong menjadi sumber pakannya. Limbah dari singkong seperti daun, pucuk singkong, dan kulit luar singkong, adalah pakan yang murah dan gratis bagi Sapi.
Sapi sangat di perlukan untuk menyempurnakan sistem besar keterpaduan diantara perkebunan Aren, singkong dan industri ikutannya. Selanjutnya dari usaha ternak sapi akan dapat di hasilkan pupuk dan obat-obatan yang akan menunjang produktifitas dari aren dan singkong itu sendiri. Pupuk dan obat-obat hama akhirnya dapat dipenuhi sendiri oleh sistem tersebut. Maka sinergi ini akan menjadi sangat sempurna karena hampir tidak memerlukan lagi pupuk dari luar sistem. Bahkan pupuk dan obat hama ini akan berlebih dan kelebihannya akan dapat dijual keluar sistem menjadi suatu nilai tambah lainnya.
Proyeksi atau gambaran hasil produksi dari sistem terpadu dengan asumsi lahan usaha terpadu seluas 50 ha, maka dapat dihitung sebagai berikut :
1) Aren 200 pohon / ha x 50 ha = 10.000 pohon
Produksi nira : 10.000 pohon x 50% = 5.000 pohon siap produksi setiap hari.
Jika setiap pohon menghasilkan nira 15 liter/ pohon/ hari, maka akan dihasilkan nira sebanyak : 15 liter/hari x 5.000 pohon = 75.000 liter/ hari.
Jika diolah menjadi gula (dengan konversi nira gula = 7.5 liter/ kg gula.
Maka produksi gula = 75.000 liter/ hari : 7.5 liter/ kg.
= 10.000 kg gula/ hari.
= 10 ton gula/ hari atau 3.000 ton/ tahun (jika 300 hari kerja).
2). Singkong seluas 50 ha.
Dengan masa budidaya hingga panen selama 10 bulan dengan produktifitas sebesar 50 ton/ hektar,
Maka produksinya = 50 ha x 50 ton/ ha /10 bulan
= 2.500 ton / 10 bulan
Atau 250 ton/ bulan.
Jika dala sebulan jumlah hari kerjanya 25 hari, maka panen singkong setiap harinya : 250 ton/ bulan : 25 hr kerja/ bulan = 10 ton/ hari kerja.
10 ton singkong /hari akan menghasilkan :
a). Tepung mocaf = 25 % x 10 ton/ hari = 2.5 ton/ hari
b). Kulit singkong = 15% x 10 ton /hari = 1.5 ton/ hari
c). Daun dan pucuk singkong = 50 % x 10 ton = 5 ton / hari.
3). Sapi
Jika keperluan pakan sapi sekitar 50 kg / ekor / hari
Maka dengan limbah berupa kulit dan daun sebesar 6.5 ton/ hari, dapat dipelihara sapi sebanyak = 6.500 kg/ hari : 50 kg/ hari/ ekor = 130 ekor.
Jika masa penggemukan sapi dalam satu siklus selama 6 bulan, maka dalam setahun ada 2 siklus. Atau dalam setahun dapat dipelihara sebanyak 260 ekor Sapi.
Adapun hasil dari penggemukkan selama masa 6 bulan akan menghasilkan pertambahan daging sebanyak : 150 hari x 0.6 kg/ hari/ ekor = 90 kg /ekor.
Jika harga berat hidup Sapi itu sebesar Rp 25.000 /kg BH, maka pendapatan kotor dari usaha penggemukan Sapi ini adalah = Rp 2.25 Juta/ ekor/ siklus.
Kalau 260 ekor setahun artinya ada potensi keuntungan sebesar Rp. 585 Juta/tahun dari penggemukkan sapi.
Dengan bertambahnya umur aren, maka populasi dari singkong juga dikurangi. Berkurangnya luas penanaman singkong menyebabkan berkurang juga produksi tepung, di kurang jumlah pakan sapi sehingga jumlah sapi yang diipelihara juga dikurangi / luas lahan.
Adapun proyeksi populasi singkong yang ditanam di antara pohon Aren adalah sbb.
Tabel 1.
Adapun proyeksi nilai ekonomi pendapatan usaha terpadu volume 50 ha ini adalah sbb :
Tabel 2.
Hitungan di atas adalah untuk lahan seluas 50 ha saja. Atau yang biasa / harus di kelola oleh satu kelompok tani dengan jumlah anggota 25 orang (masing-masing petani rata-rata memiliki 2 ha lahan).
Kalau di suatu desa itu ada 500 ha berarti akan terbentuk 10 kelompok tani dengan anggota 250 orang atau 250 KK. Kalau lahan mencapai 1000 ha berarti ada 20 kelompok tani dengan anggota 500 orang atau 500 KK. Ini sudah memenuhi syarat untuk menjadi suatu Gapoktan atau gabungan kelompok tani. Dalam hal pengelolaan usahannya bisa di kembangkan menjadi suatu koperasi atau Badan Usaha Milik Petani (BUMP) atau dengan sebutan yang lain yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUMD).
Dalam hal pengelolaan keuangan dari BUMP/ BUMD ini bisa juga di bentuk suatu Bank desa atau LKM (Lembaga Keuangan Mikro). Sebenarnya kalau dilihat dari volume uang yang akan berputar dari bisnis usaha tani terpadu ini sudah sanggat layak untuk menjadi sebuah BANK DESA, karena memang berada di desa, bukan lagi LKM. Sebab dana yang berkembang sudah sangat besar .
OMSET USAHA DAN PENGEMBANGAN
Dari bisnis tepung saja kalau 50 ha sudah ada omset Rp 2 Milyar/ tahun, berarti kalau 1.000 ha omset akan mencapai Rp 40 Milyar/ tahun. Belum lagi sapi yang bisa mencapai sekitar Rp 10 Milyar/ tahun, pupuk dan obat hama yang mencapai Rp 5 Milyar/ tahun. Apalagi bila aren sudah mulai produksi pada tahun ke 6-7, omset usaha terpadu di desa ini akan mencapai angka Rp 600 Milyar per tahun. Desa dengan pendapatan sebesar ini mustahil jika rakyatnya ada yang sangat miskin.
Proyeksi pendapatan jika luas areal lahan usaha 1.000 ha.
1. Tepung : Rp 40 M
2. Sapi : Rp 10 M
3. Limbah : Rp 5 M
4. Aren : Rp 600 M
Jumlah : Rp 655 M/ tahun
Untuk mengolah lahan 1.000 ha semua petani sudah dibuat ‘kuwalahan’, belum lagi untuk mengolah industri tepung yang mencapai rata-rata lebih dari 10.000 ton/ tahun, mengelola sapi lebih dari 4.000 ekor, mengolah pupuk dan urine sapi dengan volume lebih dari 6.000 ton/ tahun.
Kesibukan itu akan bertambah pada saat aren sudah mulai berproduksi. Volume gula yang harus di kelola akan lebih dari 60.000 ton Gula/ tahun yang diolah dari nira sebesar 450.000.000 liter Nira/ tahun. Tentu saja ini akan mengundang tenaga kerja dari luar desa tersebut akan tejadi urbanisasi ke desa tempat perkebunan Aren dan Singkong seluas 1.000 ha ini.
PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA KERJA
Berapa proyeksi kebutuhan tenaga kerja yang akan diserap untuk usaha terpadu dengan dukungan lahan kebun seluas 1.000 ha ini. (Ini hitungan proyeksi kasar, masih bisa dikoreksi)
1) Kebun singkong 1 orang/ ha X 1.000 ha = 1.000 orang
2) Pengelolaan tepung singkong 2 orang/ 50 ha, kalau 1.000 ha kebun = 400 0rang
3) Perkebunan aren :
- pemeliharaan kebun : 500 orang
- panen nira 5 orang/ha : 5.000 orang
4) Pabrik pengolahan gula :
- Angkutan hasil kebun : 200 orang
- Pengolahan Gula : 500 orang
- Managemen kebun : 50 orang
- Managemen pabrik : 50 orang
5) Koperasi :
- Administrasi : 10 orang
- Simpan pinjam/ bank desa : 10 orang
- Tenaga lapangan koperasi : 10 orang
- Tenaga pemasaran, dll : 10 orang
- Dll : 20 orang
Jumlah 7.860 0rang
Inilah yang kita sebut sebagai Pro Job, karena bisa mengatasi pengangguran. Pro Poor, karena memang bisa mengentaskan kemiskinan, Pro Growth, karena pertumbuhan ekonomi di desa itu juga akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah lainnya. Pro Health, karena memang akan membuat kita sehat dan terbebas dengan aneka racun pestisidan dan pupuk-pupuk kimia. Pro Planet karena sistem ini sangat memperhatikan keterpaduan alami dan tidak mengeksploitasi alam sehingga bisa dijamin kelangsungannya.
Bagaimana menurut Anda??
Pembangunan yang pro rakyat menjadi isu dan topik hangat menjelang pemilu pilpres yang baru lalu. Neoliberalisme seolah menjadi musuh yang harus dienyahkan dalam era pembangunan yang akan datang. Semua kandidat dengan getol mengajukan konsep pembangunan yang pro rakyat dan tidak mau disebut sebagai agen Neolib, Neo Liberalisme.
Namun sampai sekarangpun , setelah usai pemilu dan pemenang sudah disahkan, belum ada yang mengajukan konsep yang jelas bagaimana penbangunan yang pro rakyat itu. Belum jelas pilihan komoditi apa yang menjadi unggulannya. Mereka seolah-olah lupa dengan isu yang dikembangkan dulu, tidak ada bekas-bekas jejaknya. Mereka semua lupa bahwa rakyat terus menunggu konsep itu segera dapat diaktualisasikan, diimplementasikan dalam program yang nyata.
Indonesia yang melimpah sumber daya alamnya, yang masih luas lahan–lahan yang tidak produktif, menunggu sentuhan program yang nyata, khususnya pembangunan ekonomi yang pro rakyat. Masalah pangan dan energi yang masih menjadi momok terjadinya krisis, perlu segera diatasi dipecahkan, sembari sekalian dengan paket pembangunan yang pro rakyat. Artinya pembangunan yang pro terhadap ekonomi rakyat sekaligus mengatasi masalah asasi dasar manusia, yaitu pangan & energi yang harus saling bersienergi. Alasan diatas lah yang melatarbelakangi penulis untuk menawarkan rancangan komoditi unggulan secara terpadu dengan pilihan pada komoditi AREN, SINGKONG & SAPI.
Alasan pemilihan komoditi .
Aren dipilih karena beberapa hal sbb :
1) Produktiffitasnya sangat mengagumkan, dibanding komoditi yang lain
2) Pendapatan dari usaha harus komoditi Aren sangat tinggi dan mensejahterakan rakyat secara langsung. Aren memiliki daya ungkit ekonomi rakyat sangat hebat .
3) Aren sangat fleksibel, dapat ditanam dimana saja, khususnya dalam memanfaatkan lahan kurang produktif yang selama ini tidak digunakan oleh komoditi pangan lainnya.
4) Aren tanaman asli Indonesia, yang adaptasinya sangat luas, mudah dibudidayakan dan masyarakat sudah familiar.
5) Produk–produk tanaman Aren sangat banyak sehingga dapat memicu ekonomi kerakyatan tumbuh sangat beragam & luas
6) Produk–produk dari Aren dapat diarahkan kepada industri kerajinan rakyat, industri pangan, industri bidang energi, industri hilir yang sangan beragam.
7) Aren berpotensi menggantikan peran Tebu sebagai alternatif bahan baku produksi gula nasional dan produksi gula rakyat.
Dengan semakin menurunannya produkfitas tebu, semakin tuanya pabrik-pabrik gula, semakin berkurangnya daya dukung lahan, Aren menjadi alternatif yang paling masuk akal. Sehingga pada dasa warsa yang akan datang Aren dapat diandalkan untuk mengganti peran tebu pada industri gula Nasional.
8) Pengembangan perkebunan dan industri berbasis Aren akan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak, sehingga dapat di andalkan untuk penanganan masalah pengganguran.
9) Dan lain-lain. (selengkapnya dapat dilihat dalam http://kebunaren.blogspot.com)
Aren termasuk tanaman jangka panjang, karena umur mulai berproduksi adalah sekitar 6-7 tahun. Oleh karena itu perlu di kombinasi dengan komoditi jangka pendek yang cocok dipadukan dengan perkebunan Aren. Tanaman yang hebat itu adalah singkong. Singkong dapat ditumpangsarikan dengan Aren, dan sama sekali tidak akan mengganggu Aren, demikian juga sebaliknya.
Kenapa memillih Singkong :
1) Singkong adalah komoditi yang strategis, karena produk-produk hilirnya sangat banyak dan dibutuhkan oleh industri-industri lainnya, baik industri pangan, industri kimia, manufaktur, produksi energi, dll.
2) Sebagai bahan pangan, produk dari singkong dapat menggantikan fungsi beras ( sumber karbohidrat), fungsi tepung terigu (yang masih net impor).
3) Budidaya tidak sulit, sudah merakyat dan petani Indonesia sudah sangat familiar dengan singkong.
4) Rekayasa peningkatan produkfitas singkong, masih sangat terbuka dan gampang untuk direalisasikan, teknologinya sudah tersedia, selain itu sumber plasma nutfah singkong juga melimpah sehinga memudahkan untuk merakit genetik yang unggul dan berproduksi tinggi.
5) Seperti Aren singkong juga dapat dijadikan program kemandirian energi rakyat di pedesaan.
6) Singkong selama ini juga sudah menjadi bahan baku pakan ternak andalan. Bahkan limbahnya dapat menghidupkan industri peternakan yang akan memacu ketersediaan daging dan susu untuk pangan, serta pupuk & pestisida organik bagi dunia argroestate selanjunya.
7) Dan lain-lain.
Sinergi antara perkebunan Aren dan singkong menjadi pilihan paling prospektif dan strategis di masa akan datang. Sambil menunggu masa mulai panennya Aren, Singkong sudah dapat dipanen setiap 8-10 bulan dan terus menerus beriringan dengan Aren pada lahan yang sama.
Dengan pembudidayaan singkong ditengah-tengah kebun Aren dapat memaksimalkan sumber daya manusia dan lahan yang ada, sekaligus meminimalkan input sarana produksi dan biaya operasional tenaga kerja. Artinya sistem keterpaduan ini bisa menyebabkan efisiesi biaya, sdm & sda yang ada. Untuk meningkatkan nilai tambah komoditi singkong maka perlu dirancang berdirinya industri pengolahan singkong, seperti pabrik pengolahan tepung cassava, tepung mocaf, deksrin, HFS, dll.
Adanya industri-industri tadi akan sangat menghidupkan ekonomi di pedesaan, tenaga kerja akan banyak dibutuhkan, maka penggangguran akan dapat diatasi. Bahkan tenaga-tenaga kerja dari luar akan berdatangan. TKI yang keluar negeri dapat dikurangi, kerena di negeri sendiri sudah terbuka lapangan pekerjaan .
Lalu apa hubungan dengan Sapi ?
Sapi adalah salah satu hewan ternak yang sangat penting dan strategis. Sapi akan memanfaatkan limbah dari hasil panen dan limbah industri singkong menjadi sumber pakannya. Limbah dari singkong seperti daun, pucuk singkong, dan kulit luar singkong, adalah pakan yang murah dan gratis bagi Sapi.
Sapi sangat di perlukan untuk menyempurnakan sistem besar keterpaduan diantara perkebunan Aren, singkong dan industri ikutannya. Selanjutnya dari usaha ternak sapi akan dapat di hasilkan pupuk dan obat-obatan yang akan menunjang produktifitas dari aren dan singkong itu sendiri. Pupuk dan obat-obat hama akhirnya dapat dipenuhi sendiri oleh sistem tersebut. Maka sinergi ini akan menjadi sangat sempurna karena hampir tidak memerlukan lagi pupuk dari luar sistem. Bahkan pupuk dan obat hama ini akan berlebih dan kelebihannya akan dapat dijual keluar sistem menjadi suatu nilai tambah lainnya.
Biokultur. Pupuk organik hebat yang dibuat dari limbah Sapi
Nilai tambah berupa pupuk dan obat hama ini tentu saja akan dapat
mendukung ketersediaan sarana produksi bagi usaha tani lainnya dengan
biaya yang lebih terjangkau. Dengan teknologi pengolahan pupuk dan
obat-obat nabati ini akan dapat memacu produksi tanaman pangan lainnya
yang ada disekitar sistem tadi.Proyeksi atau gambaran hasil produksi dari sistem terpadu dengan asumsi lahan usaha terpadu seluas 50 ha, maka dapat dihitung sebagai berikut :
1) Aren 200 pohon / ha x 50 ha = 10.000 pohon
Produksi nira : 10.000 pohon x 50% = 5.000 pohon siap produksi setiap hari.
Jika setiap pohon menghasilkan nira 15 liter/ pohon/ hari, maka akan dihasilkan nira sebanyak : 15 liter/hari x 5.000 pohon = 75.000 liter/ hari.
Jika diolah menjadi gula (dengan konversi nira gula = 7.5 liter/ kg gula.
Maka produksi gula = 75.000 liter/ hari : 7.5 liter/ kg.
= 10.000 kg gula/ hari.
= 10 ton gula/ hari atau 3.000 ton/ tahun (jika 300 hari kerja).
2). Singkong seluas 50 ha.
Dengan masa budidaya hingga panen selama 10 bulan dengan produktifitas sebesar 50 ton/ hektar,
Maka produksinya = 50 ha x 50 ton/ ha /10 bulan
= 2.500 ton / 10 bulan
Atau 250 ton/ bulan.
Jika dala sebulan jumlah hari kerjanya 25 hari, maka panen singkong setiap harinya : 250 ton/ bulan : 25 hr kerja/ bulan = 10 ton/ hari kerja.
10 ton singkong /hari akan menghasilkan :
a). Tepung mocaf = 25 % x 10 ton/ hari = 2.5 ton/ hari
b). Kulit singkong = 15% x 10 ton /hari = 1.5 ton/ hari
c). Daun dan pucuk singkong = 50 % x 10 ton = 5 ton / hari.
3). Sapi
Jika keperluan pakan sapi sekitar 50 kg / ekor / hari
Maka dengan limbah berupa kulit dan daun sebesar 6.5 ton/ hari, dapat dipelihara sapi sebanyak = 6.500 kg/ hari : 50 kg/ hari/ ekor = 130 ekor.
Jika masa penggemukan sapi dalam satu siklus selama 6 bulan, maka dalam setahun ada 2 siklus. Atau dalam setahun dapat dipelihara sebanyak 260 ekor Sapi.
Adapun hasil dari penggemukkan selama masa 6 bulan akan menghasilkan pertambahan daging sebanyak : 150 hari x 0.6 kg/ hari/ ekor = 90 kg /ekor.
Jika harga berat hidup Sapi itu sebesar Rp 25.000 /kg BH, maka pendapatan kotor dari usaha penggemukan Sapi ini adalah = Rp 2.25 Juta/ ekor/ siklus.
Kalau 260 ekor setahun artinya ada potensi keuntungan sebesar Rp. 585 Juta/tahun dari penggemukkan sapi.
Dengan bertambahnya umur aren, maka populasi dari singkong juga dikurangi. Berkurangnya luas penanaman singkong menyebabkan berkurang juga produksi tepung, di kurang jumlah pakan sapi sehingga jumlah sapi yang diipelihara juga dikurangi / luas lahan.
Adapun proyeksi populasi singkong yang ditanam di antara pohon Aren adalah sbb.
Tabel 1.
Adapun proyeksi nilai ekonomi pendapatan usaha terpadu volume 50 ha ini adalah sbb :
Tabel 2.
Hitungan di atas adalah untuk lahan seluas 50 ha saja. Atau yang biasa / harus di kelola oleh satu kelompok tani dengan jumlah anggota 25 orang (masing-masing petani rata-rata memiliki 2 ha lahan).
Kalau di suatu desa itu ada 500 ha berarti akan terbentuk 10 kelompok tani dengan anggota 250 orang atau 250 KK. Kalau lahan mencapai 1000 ha berarti ada 20 kelompok tani dengan anggota 500 orang atau 500 KK. Ini sudah memenuhi syarat untuk menjadi suatu Gapoktan atau gabungan kelompok tani. Dalam hal pengelolaan usahannya bisa di kembangkan menjadi suatu koperasi atau Badan Usaha Milik Petani (BUMP) atau dengan sebutan yang lain yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUMD).
Dalam hal pengelolaan keuangan dari BUMP/ BUMD ini bisa juga di bentuk suatu Bank desa atau LKM (Lembaga Keuangan Mikro). Sebenarnya kalau dilihat dari volume uang yang akan berputar dari bisnis usaha tani terpadu ini sudah sanggat layak untuk menjadi sebuah BANK DESA, karena memang berada di desa, bukan lagi LKM. Sebab dana yang berkembang sudah sangat besar .
OMSET USAHA DAN PENGEMBANGAN
Dari bisnis tepung saja kalau 50 ha sudah ada omset Rp 2 Milyar/ tahun, berarti kalau 1.000 ha omset akan mencapai Rp 40 Milyar/ tahun. Belum lagi sapi yang bisa mencapai sekitar Rp 10 Milyar/ tahun, pupuk dan obat hama yang mencapai Rp 5 Milyar/ tahun. Apalagi bila aren sudah mulai produksi pada tahun ke 6-7, omset usaha terpadu di desa ini akan mencapai angka Rp 600 Milyar per tahun. Desa dengan pendapatan sebesar ini mustahil jika rakyatnya ada yang sangat miskin.
Proyeksi pendapatan jika luas areal lahan usaha 1.000 ha.
1. Tepung : Rp 40 M
2. Sapi : Rp 10 M
3. Limbah : Rp 5 M
4. Aren : Rp 600 M
Jumlah : Rp 655 M/ tahun
Untuk mengolah lahan 1.000 ha semua petani sudah dibuat ‘kuwalahan’, belum lagi untuk mengolah industri tepung yang mencapai rata-rata lebih dari 10.000 ton/ tahun, mengelola sapi lebih dari 4.000 ekor, mengolah pupuk dan urine sapi dengan volume lebih dari 6.000 ton/ tahun.
Kesibukan itu akan bertambah pada saat aren sudah mulai berproduksi. Volume gula yang harus di kelola akan lebih dari 60.000 ton Gula/ tahun yang diolah dari nira sebesar 450.000.000 liter Nira/ tahun. Tentu saja ini akan mengundang tenaga kerja dari luar desa tersebut akan tejadi urbanisasi ke desa tempat perkebunan Aren dan Singkong seluas 1.000 ha ini.
PROYEKSI KEBUTUHAN TENAGA KERJA
Berapa proyeksi kebutuhan tenaga kerja yang akan diserap untuk usaha terpadu dengan dukungan lahan kebun seluas 1.000 ha ini. (Ini hitungan proyeksi kasar, masih bisa dikoreksi)
1) Kebun singkong 1 orang/ ha X 1.000 ha = 1.000 orang
2) Pengelolaan tepung singkong 2 orang/ 50 ha, kalau 1.000 ha kebun = 400 0rang
3) Perkebunan aren :
- pemeliharaan kebun : 500 orang
- panen nira 5 orang/ha : 5.000 orang
4) Pabrik pengolahan gula :
- Angkutan hasil kebun : 200 orang
- Pengolahan Gula : 500 orang
- Managemen kebun : 50 orang
- Managemen pabrik : 50 orang
5) Koperasi :
- Administrasi : 10 orang
- Simpan pinjam/ bank desa : 10 orang
- Tenaga lapangan koperasi : 10 orang
- Tenaga pemasaran, dll : 10 orang
- Dll : 20 orang
Jumlah 7.860 0rang
Inilah yang kita sebut sebagai Pro Job, karena bisa mengatasi pengangguran. Pro Poor, karena memang bisa mengentaskan kemiskinan, Pro Growth, karena pertumbuhan ekonomi di desa itu juga akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah lainnya. Pro Health, karena memang akan membuat kita sehat dan terbebas dengan aneka racun pestisidan dan pupuk-pupuk kimia. Pro Planet karena sistem ini sangat memperhatikan keterpaduan alami dan tidak mengeksploitasi alam sehingga bisa dijamin kelangsungannya.
Bagaimana menurut Anda??
Siapa yang menilai tulisan ini?
- 2
Petrus Sit...
BermanfaatIr. H. Dia...
Inspiratif
KOMENTAR BERDASARKAN :
24 August 2012 22:50:39
Artikel yg menarik… mohon info budidaya aren… (khsusnya teknik penyemaian) kami sudah mencoba dengan keberhasilan sekitar 20 % dari total biji. Mohon juga informasi benih ?bibit aren unggul…terima kasih.Laporkan Komentar
0
Balas
24 August 2012 23:09:13
Teknik penyemaian biji Aren memang masih menjadi kendala bagi masyarakat yang ingin mengembangkannya. Bapak sudah bagus karena sudah mencobanya, meskipun baru 20% keberhasilannya.Kami sebenarnya juga menediakan bibit Aren kecambah Pak. Sehingga kalau ada yang memerlukan bibit tidak perlu repot2 mengecambahkan sendiri. (Prososi nih!!)
Bibit kami adalah bibit yang unggul karena dipilih dari populasi pohon yang mempunyai produktifitas tinggi dalam menghasilkan nira…
Laporkan Komentar
0
Balas
27 August 2012 00:33:49
Mohon informasi lbh detail soal bibit /Kecambah yg bpk tawarkan. Kami serius utk mengembangkan Aren di Kampung kami (Kabupaten Karo-Sumut). kalau bisa kita komunikasi via e’mail : petrus.sitepu@yahoo.comLaporkan Komentar
0
Balas
27 August 2012 00:33:56
Mohon informasi lbh detail soal bibit /Kecambah yg bpk tawarkan. Kami serius utk mengembangkan Aren di Kampung kami (Kabupaten Karo-Sumut). kalau bisa kita komunikasi via e’mail : petrus.sitepu@yahoo.comLaporkan Komentar
0
Balas
25 August 2012 08:31:53
mantep sekali artikelnya pakkalo di jawa bagaimana? lahan 1000 ha tentunya terlalu besar utk UKM atau individual yg ingin mencoba
kalau skala mikro aplikasinya bgmn?
Laporkan Komentar
0
Balas
26 August 2012 06:05:13
Di Jawa bisa diterapkan untuk para petani dengan kepemilikan pohon minimal 10 atau 20 pohon (misalnya). Para petani kemudian bergabung dalam kelompok tani atau dalam suatu koperasi yang menampung, mengolah dan memasarkan produk gulanya dan produk-produk lainnya.Tentu agak sulit bagi UKM di Jawa bisa mengusahakan Aren secara luas, yang bisa adalah bermitra dengan petani atau kelompok tani atau pemilik lahan luas baik swasta maupun perusahaan pemerintah.. misalnya Perhutani atau PTP…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar