Komoditas Pala Mulai Diminati Petani Pesawaran ;
GEDONG TATAAN – Budidaya tanaman pala nampaknya menjadi komoditas yang menjanjikan bagi petani di Kabupaten Pesawaran, Sebagian pekebun mulai serius untuk membudidayakan tanaman perkebunan pala karena nilai ekonomisnya yang cukup tinggi.
Seperti penuturan Sugiya, pekebun yang membudidayakan komoditas pala, warga Desa Bogorejo, Gedungtataan, mengatakan membudidayakan komoditas pala sangat menjanjikan, hampir seluruh tanaman pala tersebut dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
"Untuk lahan satu hektare dapat ditanami 121 atau 144 batang tanaman pala, dan setiap satu pohon pala yang berumur 10—15 tahun bisa sekali petik kurang lebih 100 kg buah pala," ujar dia. Berdasarkan data, harga satu kilogram buah pala (kurang lebih 20 buah) harganya Rp1.700, buah pala muda kering Rp38.000/kg, sedangkan fulinya mencapai Rp65.000/kg. Sementara buah pala muda, daun, yang disuling menjadi minyak pala harganya mencapai Rp500.000/liter.
Sementara itu data luas lahan perkebunan pala di daerah itu seluas 44,5 hektare dengan produksi sebesar 9,4 ton dan kemampuan produktivitas pertahunnya mencapai 211,24 kilogram/hektare.
Senada, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Pesawaran, Djamaluddin Yusuf, saat dimintai keterangan wartawan via phon kemarin, Minggu (7/11). Mengatakan, Tingginya nilai ekonomis dari perkebun pala membuat sebagian pekebun di Pesawaran semakin menekuni usaha budidaya
tanaman Pala guna meningkatkan kesejahteraan mereka.
“Harga yang menjanjikan, memang menjadi daya tarik bagi petani untuk mengembangkan perkebunan pala,” Ujarnya.
Menurut dia, perkebunan pala yang diusahan oleh pekebun dapat meningkatkan taraf hidup karena harga dari tiap bagian tanaman itu yang lumayan tinggi.
"Harga minyak pala tersebut saat ini berkisar antara Rp450.000 hingga Rp500.000/liter, dengan harga itu tentu saja pekebun dapat meningkatkan penghasilannya," katanya. Ia menerangkan, tanaman pala memiliki potensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan oleh para pekebun di Kabupaten Pesawaran.
"Berkebun pala, perlakuannya paling sulit adalah dua tahun pertama maka sebaiknya bibit pala ditanam di tempat yang rimbun terlebih dahulu, sehingga tanaman itu dapat berkembang dengan baik," jelas dia.
Kemudian, ia melanjutkan, setelah komoditas pala tersebut mulai tunas atau pucuk, baru penutup atau pelindung dikurangi sedikit agar sinar matahari dapat masuk. "Begitu tanaman berumur dua tahun, dan selama itu di musim kemarau bila tanahnya kering sebaiknya selalu disiram dan tanahnya ditutup
menggunakan daun pisang agar tanaman tumbuh dengan baik," terang dia.
Ia menambahkan, tanaman pala yang telah berumur 2,5 tahun sebaiknya tidak terkena rimbunan, melainkan harus terkena cahaya matahari langsung. Untuk mengantisipasi pohonnya tidak terlalu tinggi dan dahan atau cabangnya memanjang, tambah dia lagi, sebaiknya pekebun mengatur jarak
tanam, mengingat apabila cocok daerahnya komoditas itu dapat bertahan hingga ratusan tahun. (Ari/ipi)
GEDONG TATAAN – Budidaya tanaman pala nampaknya menjadi komoditas yang menjanjikan bagi petani di Kabupaten Pesawaran, Sebagian pekebun mulai serius untuk membudidayakan tanaman perkebunan pala karena nilai ekonomisnya yang cukup tinggi.
Seperti penuturan Sugiya, pekebun yang membudidayakan komoditas pala, warga Desa Bogorejo, Gedungtataan, mengatakan membudidayakan komoditas pala sangat menjanjikan, hampir seluruh tanaman pala tersebut dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
"Untuk lahan satu hektare dapat ditanami 121 atau 144 batang tanaman pala, dan setiap satu pohon pala yang berumur 10—15 tahun bisa sekali petik kurang lebih 100 kg buah pala," ujar dia. Berdasarkan data, harga satu kilogram buah pala (kurang lebih 20 buah) harganya Rp1.700, buah pala muda kering Rp38.000/kg, sedangkan fulinya mencapai Rp65.000/kg. Sementara buah pala muda, daun, yang disuling menjadi minyak pala harganya mencapai Rp500.000/liter.
Sementara itu data luas lahan perkebunan pala di daerah itu seluas 44,5 hektare dengan produksi sebesar 9,4 ton dan kemampuan produktivitas pertahunnya mencapai 211,24 kilogram/hektare.
Senada, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Pesawaran, Djamaluddin Yusuf, saat dimintai keterangan wartawan via phon kemarin, Minggu (7/11). Mengatakan, Tingginya nilai ekonomis dari perkebun pala membuat sebagian pekebun di Pesawaran semakin menekuni usaha budidaya
tanaman Pala guna meningkatkan kesejahteraan mereka.
“Harga yang menjanjikan, memang menjadi daya tarik bagi petani untuk mengembangkan perkebunan pala,” Ujarnya.
Menurut dia, perkebunan pala yang diusahan oleh pekebun dapat meningkatkan taraf hidup karena harga dari tiap bagian tanaman itu yang lumayan tinggi.
"Harga minyak pala tersebut saat ini berkisar antara Rp450.000 hingga Rp500.000/liter, dengan harga itu tentu saja pekebun dapat meningkatkan penghasilannya," katanya. Ia menerangkan, tanaman pala memiliki potensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan oleh para pekebun di Kabupaten Pesawaran.
"Berkebun pala, perlakuannya paling sulit adalah dua tahun pertama maka sebaiknya bibit pala ditanam di tempat yang rimbun terlebih dahulu, sehingga tanaman itu dapat berkembang dengan baik," jelas dia.
Kemudian, ia melanjutkan, setelah komoditas pala tersebut mulai tunas atau pucuk, baru penutup atau pelindung dikurangi sedikit agar sinar matahari dapat masuk. "Begitu tanaman berumur dua tahun, dan selama itu di musim kemarau bila tanahnya kering sebaiknya selalu disiram dan tanahnya ditutup
menggunakan daun pisang agar tanaman tumbuh dengan baik," terang dia.
Ia menambahkan, tanaman pala yang telah berumur 2,5 tahun sebaiknya tidak terkena rimbunan, melainkan harus terkena cahaya matahari langsung. Untuk mengantisipasi pohonnya tidak terlalu tinggi dan dahan atau cabangnya memanjang, tambah dia lagi, sebaiknya pekebun mengatur jarak
tanam, mengingat apabila cocok daerahnya komoditas itu dapat bertahan hingga ratusan tahun. (Ari/ipi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar