Konglomerat Terkaya Malaysia dan Dubai Minat Masuk Indonesia
Jumat, 12 Oktober 2012 | 07:06
Konglomerat Melayu terkaya di Malaysia, Tan Sri Syed Mokhtar Al-Bukhary, dan Chairman Emaar Muhammed Alabbar dari Dubai bertemu dengan para pejabat tinggi di Jakarta. Investor global ini berminat menggarap proyek pembangkit listrik, properti, dan pariwisata yang prospeknya sangat bagus di Indonesia.
Tan Sri banyak berinvestasi di berbagai bidang, mulai dari perkebunan gula, petrokimia, perminyakan, power plant (pembangkit listrik), hingga perhotelan. Sedangkan Emaar merupakan konglomerasi terkemuka di Timur Tengah, yang antara lain bergerak di bisnis properti, keuangan, industri, dan investasi. Emaar mempunyai Burj Khalifa, gedung tertinggi di dunia yang berlokasi di Dubai.
Hal itu terungkap dalam rangkaian pertemuan Tan Sri dan Muhamed Alabbar dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Menkokesra Agung Laksono, serta Direktur Operasi PLN Indonesia Timur, Vickner Sinaga di Jakarta (Kamis (11/10).
Dalam pertemuan-pertemuan tersebut hadir pula Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato Syed Munshed Afdzaruddin, pengusaha Dato' Sri Tahir, serta sejumlah pengusaha nasional yang lain.
“Tan Sri adalah orang Melayu terkaya di Malaysia, yang berinvestasi di semua bidang di Malaysia, Dubai, Arab Saudi, Qatar, dan Rusia. Dia baru saja membeli Proton. Semoga investor mau masuk dan berinvestasi di sini. Untuk itu, kita harus membuat suasana yang kondusif agar mereka berinvestasi di Indonesia,” kata Chairman Tahir Foundation Dato' Sri Tahir saat mendampingi Tan Sri dan Muhammed Alabbar dalam road show ke Indonesia.
Dato' Sri Tahir berharap, iklim investasi di Indonesia membaik seiring meningkatnya kepastian hukum di dalam negeri. Ini akan melindungi investasi yang menguntungkan untuk penciptaan lapangan kerja di Tanah Air.
“Tujuan pertemuan ini supaya uang mereka masuk ke sini, berinvestasi di sini. Peran saya hanya karena hubungan pribadi. Tan Sri itu teman baik saya, sudah seperti abang,” katanya.
Namun, dia mengaku belum mengetahui detail rencana investasi Tan Sri dan Emaar di Indonesia. Ia menambahkan, Tan Sri dan Emaar sebelumnya sudah memiliki kerja sama investasi.
“Mereka pasti hati-hati memutuskan, tidak mau terburu-buru,” kata Dato' Sri Tahir.
Di sela pertemuan dengan Direktur PLN, Tan Sri menyampaikan minat untuk ikut dalam pembangunan proyek-proyek pembangkit listrik di Indonesia. Dia memaparkan pengalaman grup bisnisnya yang sudah membangun power plant di Malaysia, Dubai, dan Qatar.
“Kami sudah berpengalaman, termasuk dengan konsep IPP (independent power producer),” ucap Tan Sri.
Dahlan mengatakan, PLN telah bekerja sama dengan Tenaga Nasional Berhad (TNB) untuk membangun power plant berkapasitas 2.000 mega watt di Riau. TNB merupakan perusahaan negara Malaysia.
“Saat ini pembicaraan masih berlanjut dan mungkin selesai tiga tahun lagi. Kalau sudah jadi, kami akan mengirim listrik ke Malaysia siang hari dan sebaliknya Malaysia mengirim listrik ke Indonesia malam hari, melalui kabel bawah laut. Ini karena kami kelebihan listrik di siang hari,” kata Dahlan.
Vicker menjelaskan, konsumsi listrik di Tanah Air tumbuh rata-rata 10 persen setiap tahun. Bahkan, untuk kawasan Indonesia timur, pertumbuhannya lebih tinggi, berkisar 12-13 persen.
“Saat ini, listrik di Indonesia sudah 30 ribu mega watt. Di Lombok saja, sudah mencapai 160 mega watt, meningkat dibandingkan tiga tahun lalu yang 80 megawatt. Artinya, pertumbuhan luar biasa dan kami memang membutuhkan power atau pasokan tenaga listrik,” kata Vicker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar