Senin, 01 Oktober 2012
Cara Pekebun Aren di Balung River Tawau mengamankan mutu Nira Aren
Cara Pekebun Aren di Balung River Tawau mengamankan mutu Nira Aren
Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto
Inilah salah satu oleh-oleh kami yang cukup menarik untuk para pembaca blok kebun aren ini. Oleh-oleh dari berkunjung ke kebun Aren milik Balung River Eco Resort di Tawau Sabah Malaysia. Kita boleh saja belajar dari mana-mana. Yang penting untuk kebaikan dan manfaat, khususnya dipersembahkan buat para petani Aren Indonesia.
Rasanya praktek petani Aren yang bekerja di sana boleh untuk diungkapkan cara kerjanya. Sebenarnya praktek ini dibawa oleh para pekerja dari tempat asalnya sendiri. Para pekerja kebun Aren di sana ternyata dari Indonesia juga, tepatnya dari Sulawesi Selatan. Kebanyakan pekerja kebun Aren yang bekerja di sana adalah dari Kabupaten Sidrap atau Enrekang. Ternyata kita belajar dengan bangsa sendiri, tetapi belajarnya di Malaysia.
Yang unik adalah wadah Jerigen penampungan nira Aren itu bergandengan atau disatukan dengan botol plastik. Mulut Jerigen ketemu dengan mulut botol plastik seperti gambar berikut ini.
Jerigen yang dipakai di gambar ini adalah yang ukuran 10 literan. Sedangkan botol plastik yang dipakai adalah bekas minuman bersoda ukuran 1,5 liter.
Coba gambar itu diperhatikan. Ternyata mulut botol dan mulut jerigen itu saling terjepit dan saling lengket karena tutup dari Jerigen yang dipasang. Kalau tutup Jerigen itu dibuka, maka botol juga ikut terlepas. Pelepasan itu dilakukan kalau Jerigen dan botol plastik ini akan dicuci.
Pencucian Jerigen dan botol itu harus selalu dilakukan untuk menjaga wadah selalu bersih dari bekas Nira yang mungkin masih menempel. Jika di dalam botol atau Jerigen itu masih tersisa bekas nira Aren maka itu yang bisa menyebabkan Nira lebih cepat terfermentasi. Oleh karena itu Jerigen dan botol plastik itu harus dicuci dengan air bersih.
Nah yang unik lagi adalah bahwa botol plastik itu dilubangi. Ternyata lubang itu nanti akan dimasuki oleh ujung tandan yang sudah disadap atau disayat. Sehingga botol dan jerigen itu nanti posisinya adalah tergantung diujung sadapan tandan bunga yang mana nira akan mengalir disana. Jadi fungsi botol itu adalah tempat ujung sadapan dilindungi dari kemungkinan kena kotoran dan air hujan. Selain itu juga lubang di botol akan dimasuki oleh ujung sadapan sebagai tempat bergantungnya Jerigen.
Lho kok bisa kuat ya?!
Coba Anda perhatikan lagi. Selain Jerigen dan botol, kan ada seutas tali yang terikat di pegangan Jerigen. Tali plastik inilah yang berfungsi untuk menyokong kekuatan dari botol plastik yang digantungkan tadi. Gambarnya seperti ini....
Pada saat lubang botol dimasuki ujung tandan, tentu saja lubang botol
plastik ini terlalu lemah nanti kalau Jerigen sudah berisi nira. Karenanya
tali plastik itu memang sudah diukur dengan pas panjangnya. Tali
diregangkan di pantat botol plastik untuk memberi kekuatan. Makanya
ukuran tali itu harus pas, sehingga pantat botol plastik itu benar-benar
ditahan oleh tali plastik itu.
Dan ternyata botol itu tetap melekat dan berfungsi untuk pelindung dari curah hujan.
Lubang yang dibuat di permukaan boto itu untuk pelindung tandan yang disadap. Di lubang botol inilah ujung tandan yang disadap itu bersembunyi agar mutu nira Aren juga selalu bersih.
Nah.... kalau Sabuk pengkait ini berfungsi sebagai tempat cantholan tali Jerigen, sehingga Jerigen yang terisi nira itu digantung. Kayu pengkait ini dibuat dari potongan bambu yang kuat, dirangkai dengan 'Sabuk' alias ikat pinggang yang terbuat dari rajutan yang sangat kuat. Jadi, para perajin itu pada saat menuruni pohon dengan membawa Jerigen yang berisi Nira digantung untuk dibawa turun. Demikian juga pada saat para perajin ini naik ke atas pohon dengan membawa Jerigen kosong, maka jerigen kosong ini pun akan digantungkan di sana.
Itu dulu sekelumit pelajaran dari Balung River Eco Resort tentang alat tradisional pengaman Nira yang berfungsi juga sebagai wadah penampung yang bisa dipraktekkan.
Terima kasih.
MENJAGA MUTU NIRA AREN UNTUK GULA AREN BERMUTU
MENJAGA MUTU NIRA AREN
UNTUK GULA AREN BERMUTU
Oleh : Ir. H. Dian
Kusumanto
Sore itu
saya sedang asyik membuka-buka FB dan kemudian menjadi asyik karena ada pesan
masuk di inbox. Ternyata dari teman
FBku yang bernama Eman Sulaeman. Dan
terjadilah dialog seputar gula aren.
Begini dialognya….
Obrolan pun ditutup karena Kang Eman mau sembahyang
Maghrib.
Warga Kandolo Kutim Sebut Aren Genjah Berkah Ilahi
Namun tak dinyana, serangan massif hama penggerek buah merontokkan budidaya kakao di desa tersebut. Era kakao pun runtuh. Banyak warga yang begitu kebingungan untuk mencari cara meraih pundi-pundi pencaharian.
Namun sebuah peristiwa tak terduga pun terjadi. Selang beberapa lama produksi kakao anjlok, tanaman aren kecil mulai marak di desa tersebut. Perlahan namun pasti, tanaman aren yang tumbuh secara alamiah kian merebak di desa tersebut.
"Setelah banyak pertimbangan, akhirnya warga beralih usaha menjadi petani aren. Air nira yang terhimpun diolah menjadi gula merah dan gula serbuk," kata salah satu anggota Kelompok Tani Nyiur Melambai, Hadrah.
Hadrah mengatakan tanaman aren di desa itu tumbuh secara alamiah tanpa pernah ditanam. Merasakan nilai potensial tanaman aren, hampir 90 persen warga sekitar pada perkembangannya memilih mengelola aren.
"Alhamdulillah. Semoga tanaman ini menjadi berkah untuk seluruh warga desa ini," kata Hadrah. Hasil penjualan gula kini semakin bagus, bahkan sudah menembus beberapa daerah di Kaltim. (*)
Sumber : http://id.berita.yahoo.com/warga-kandolo-kurim-sebut-aren-genjah-berkah-ilahi-011221172.html
Aren dalam dan Aren Sedang bisa menjadi Aren Genjah ???
Aren dalam dan Aren Sedang bisa menjadi Aren Genjah ???
Oleh : Ir. H. Dian Kusumanto
Pada tanggal 28 dan 29 September 2012 yang lalu penulis
bersama Pak Hartono Suryadi dan Pak Wendiyanto Sutopo melancong ke perkebunan
Aren di Balung River Eco Resort Tawau Sabah Malaysia. Seusai Seminar Nasional Aren yang
berlangsung selama 2 (dua) hari sebelumnya, yaitu 26 dan 27 September
2012, kami langsung melanjutkan
perjalanan kesana melalui Kota Tarakan dengan naik Pesawat Mas Wing Air ke
Tawau Sabah Malaysia.
Perkebunan Aren di Balung River Eco Resort adalah bagian
kecil dari 3.500 acre lahan yang dimiliki tempat wisata alam di Tawau ini. Dari Bandar Tawau jaraknya ada sekitar 50
km, sekitar 30 km jalan raya besar,
kemudian belok kiri masuk ke areal perkebunan sekitar 20 km. Kami menempunya dengan kendaraan Avanza
sekitar sejam saja.
Aren generasi pertama ditanam pada tahun 1993. Artinya, tanaman generasi pertama itu sudah
berumur sekitar 19 tahun. Sebagian besar
Aren generasi pertama ini sudah tidak menghasilkan lagi. Produksinya sudah habis. Namun sebagian kecil dari pohon-pohon generasi
pertama yang sudah berumur 19 tahun ini masih juga berproduksi. Seperti pohon digambar berikut, yang berada
di pinggir lapangan terbuka resort ini.
Sederet pohon ini adalah satu generasi, yaitu generasi pertama yang
sudah berumur sekitar 19 tahun.
Coba kita ‘tengok’ (cakap Malaysia), mari kita lihat (bahasa Indonesia) tanaman Aren di kebun generasi kedua, yaitu
yang ditanam pada tahun 2006. Artinya perkebunan
generasi kedua ini baru berusia sekitar 6 (enam) tahun.
Ternyata diantara pohon yang baru berumur 6 (enam) tahun ini
ada yang sudah mulai menghasilkan. Namun
jumlahnya masih sangat sedikit. Namun
pada kesempatan itu kami tidak sempat melihat dan mengambil gambarnya. Jadi hanya pernyataan petugas kebun Bapak
Moudin. Bapak Moudin ini sebenarnya juga
keturunan Indonesia, yaitu dari Sulawesi
Selatan yang bersuku Bugis. Namun dia sudah
menjadi warga Negara Malaysia.
Jabatannya dalam Balung River Eco Resort ini kelihatannya setingkat
dengan Mandor. Dia bisa memerintah
beberapa bagian yang berbeda, namun dia masih mempunyai 2 tingkat atasan yang harus dipatuhinya.
Pak Moudin ini juga kelihatan agak heran, mengapa bisa
berubah lebih cepat berbuah. Padahal baru berumur 6 tahun yang sebenarnya diambil dari bibit tanaman generasi pertama. Sedangkan perubahan lainnya adalah mengapa
tanamannya menjadi lebih pendek-pendek, meskipun dulu tetuanya atau induknya
adalah pohon Aren yang tinggi-tinggi menjulang.
Jarak dan Model Penanaman
Perlakuan budidaya antara pertanaman generasi pertama tahun 1993 dengan generasi kedua tahun
2006 ada beberapa perbedaan. Dulu pohon
Aren ditanam agak rapat berjarak sekitar 5 (lima) meter di dalam barisan. Yang sekarang ini, Aren yang ditanam tahun
2006, ditanam dengan pola tanam segi tiga sama sisi dengan jarak antara 8
sampai 9 meter. Model ini hampir sama
dengan model penanaman Kelapa Sawit yang memang sangat banyak ditanam disana.
Tentu saja ini bisa dengan mudah dipahami. Jika jarak antar tanaman itu lebih rapat, maka biasanya akan lebih
panjang. Yang lebih panjang sebenarnya
adalah ukuran panjangnya ruas-ruas batang.
Pada setiap ruas batang tentu terdapat satu pelepah daun dan satu titik
calon tandan bunga, baik jantan maupun betina.
Jadi sebenarnya jumlah ruas batang itu sama dengan jumlah pelepah
daun.
Dan berarti sama juga dengan
jumlah calon tandan bunganya. Disebut
calon tandan karena terkadang calon
tandan ini bisa tidak mampu keluar. Jadi
bisa tidak muncul tandan bunganya, dan dilompati oleh calon tandan yang berada
di bawahnya. Namun demikian bisa jadi,
calon tandan yang sempat ‘dorman’ itu
bisa juga muncul pada kesempatan
yang lain, manakala potensi itu didukung oleh kondisi pertanaman. Makanya sering juga terjadi munculnya tandan
bunga yang berikutnya itu kadang turun, namun ada kalanya naik dan turun lagi.
Selimut Ijuk menjadi factor penentu munculnya tandan bunga jantan
Pada pohon yang sudah berumur 19 tahun ada di lapangan
terbuka di kawasan Balung River Eco Resort.
Ada satu pohon yang masih bisa
diambil niranya. Nira pohon ini keluar
dari tandan bunga jantan yang berada di bagian
atas dan di bawah tandan bunga betina.
Sepertinya pohon ini baru diperlakukan dengan membuka ijuk yang
menyelimuti batang dan pelepah daunnya
yang memeluk batang pohon itu.
Nampaknya nanti masih akan keluar tandan-tandan bunga jantan di
bawahnya. Dan keluarnya tandan bunga
jantan yang baru itu akan terjadi jika selimut tebal ijuk yang sangat kuat ini
dibersihkan atau dibuka.
Sedangkan pohon di sebelahnya yang sama-sama berumur 19
tahun sudah kelihatan bersih batangnya dari selimut ijuknya. Bekas-bekas tandan bunga jantan yang disadap
pun sudah sampai pada titik yang terendah. Sudah habis. Pohon memang sudah diambil niranya sampai
pada tandan bunga jantan terakhir yang berada hampir menyentuh tanah. Artinya memang kalau batang pohon itu
dibersihkan dari selimut ijuknya dari awal, maka pohon akan mudah terangsang
untuk menginisiasi keluarnya tandan bunga jantan. Kalau selimut ijuk ini tidak dibuka, maka
inisiasi munculnya tandan bunga itu tidak akan terjadi. Maka produksi nira juga belum bisa dimulai.
Oleh karena itu beberapa diskusi yang terjadi pagi hari itu
seolah menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.
Bahwa Aren itu rupanya bisa diperpendek umur mulai
berproduksinya, meskpun dari jenis bibit yang sama. Sepertinya sifat genjah atau dalam ini
hanyalah sifat fenotip dan tidak sepenuhnya genotip.
2.
Generasi kedua Aren yang ditanam dengan jarak
lebih lebar menyebabkan postur pohon Aren menjadi agak pendek. Ini artinya bahwa keadaan areal kebun yang
terbuka dari naungan atau pohon-pohon
yang lain bisa membuat pohon beruas pendek-pendek dan rapat, sehingga postur
pohon pendek.
3.
Jarak tanam agak lebar juga memungkinkan
mengurangi kompetisi unsur hara di dalam system perakaran dalam tanah. Maka jika jarak tanam lebih lebar peluang
tanaman Aren untuk mengumpulkan unsur hara lebih banyak, dan pohon menjadi
lebih besar.
4.
Pembukaan batang pohon dari selimut ijuk bisa
cepat merangsang munculnya tandan bunga (proses generative), sedangkan
membiarkannya berarti bisa menunda atau menghambat terbentuknya tandan bunga.
5.
Batang pohon yang dibuka selimutnya cenderung
mempunyai lingkar batang yang lebih besar dan kekar. Batang pohon yang besar menyebabkan daun juga
menjadi besar dan lebih panjang.
Demikian juga ukuran tandannya bisa menjadi lebih panjang dan lebih
besar, serta tandan biasanya lebih lunak
dan lebih gampang disadap.
Bagaimana menurut Anda ??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar