AgriBisnis Senin, 16 Jul 2012 07:07 WIB
Hampir semua rumah makan
selalu menyediakan ikan lele dalam berbagai varian menu makanan. Ini
menunjukkan ikan lele sangat digemari sebagian besar masyarakat. Tentu
saja, itu menjadi keberuntungan bagi Nurizal Irfan yang membudidayakan
lele sangkuriang di rumahnya, di Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan
Sumber Mulyo Rejo, Kecamatan Binjai Timur, Kota Binjai.
Sejak pertengahan 2011,
ia telah melakukan pembenihan ikan lele sangkuriang dengan modal Rp 1
juta. Dari sana, ia pun bisa meraup laba sekitar Rp 6 juta-an hanya
dalam tempo 3 minggu.
Irfan menceritakan pengalamannya memulai
budidaya ikan lele sangkuriang. Berawal dari pengamatannya mengenai
jenis ikan yang paling digemari oleh masyarakat. Di antara banyaknya
jenis ikan yang dikonsumsi, menurutnya ikan lele merupakan ikan yang
paling mudah dibudidayakan meskipun dengan media yang sederhana.
Kemudian
dengan modal sebesar Rp 1 juta, ia berangkat ke Sukabumi dan Subang,
Jawa Barat untuk membeli benih ikan lele sangkuriang yang masih
berbentuk larva, benih yang berusia 3 hari. "Dari uang itu, kita beli
sebanyak 100.000 ekor," kenangnya kepada MedanBisnis, Kamis (12/7).
Larva
ikan lele sangkuriang tersebut lalu dibawanya pulang dan dimasukkan ke
dalam kolam/bak terpal ukuran 2x5 meter per segi untuk dibesarkan
sampai berusia 3 bulan dan layak jual. Selama 3 bulan, larva tersebut
tumbuh lebih besar dengan panjang badan 5 - 6 centimeter. Benih tersebut
kemudian dijualnya dengan harga Rp 170 per ekor.
Dari benih
tersebut, ia mendapatkan laba sebesar Rp 6 juta hanya dalam waktu 3
minggu. "Kami menerima permintaan benih ikan lele sangkuriang dalam
partai besar ataupun kecil," akunya.
Selama ini ia sudah biasa
melayani pengiriman benih dalam partai besar minimal 2.000 ekor ke Aceh,
Deliserdang, Medan, dan Porsea. Sementara, untuk permintaan dari dalam
kota biasanya di bawah 1.000 ekor. Namun, untuk pembelian dalam partai
besar pemesanan harus menunggu paling lama sebulan.
Ini
dikarenakan harus menunggu benih memasuki usia yang sudah layak jual,
yakni 3 minggu baru kemudian bisa dilakukan pembesaran. "Sebelum berusia
3 minggu, terlalu muda untuk dijual, terlalu riskan," katanya.
Selama
6 bulan, seiring dengan penambahan kolam, Irfan terus mendatangkan
larva lele sangkuriang dari Sukabumi dan Subang untuk kemudian
dibesarkan selama 3 minggu. Hingga kemudian setelah memiliki kemampuan
untuk melakukan pemijahan sendiri, ia memutuskan untuk membeli 1 paket
ikan induk ikan lele sangkuriang bersertifikat yang terdiri dari 5
jantan dan 10 betina dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Subang Jawa Barat seharga Rp 4,9 juta.
Merasa kurang, ia
pun membeli lagi ikan induk lele sangkuriang dari Sukabumi sebanyak 7
paket seharga Rp 2 juta. Induk lele tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam kolam tanah yang dipisahkan antara jantan dan betinanya dengan
kelambu. "Sekarang kita tidak perlu mendatangkan larva ikan lagi karena
sudah ada kolam untuk pemijahan, penetasan, ataupun pembesaran dan
pemeliharaan induk," sebut Irfan.
Dijelaskannya, ikan lele
sangkuriang merupakan ikan hasil persilangan untuk perbaikan genetik
antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi
keenam (F6). Induk betina F2 tersebut, merupakan koleksi yang ada di
Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele
dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sementara itu, induk
jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar
Sukabumi.
Dijelaskan Irfan, ikan lele sangkuriang berbeda dengan
lele lainnya yang bisa dikawin suntik. "Lele sangkuriang hanya bisa
kawin secara alamiah, karena itu kami buat kolam pemijahan/kerkawinan,"
katanya.
Dari situ, dengan induk yang sudah dimilikinya, ia bisa
memproduksi benih sebanyak 60.000 ekor per bulan. Dengan harga Rp 170
per ekor dalam sebulan ia bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp 9 juta.
Jika dikurangi dengan biaya operasional, yakni pembelian pakan pelet Rp
100.000 per bulan, cacing sutra untuk benih berusia seminggu Rp 35.000
per bulan.
Sementara untuk biaya pembuatan kolam dengan
menggunakan media terpal, paling tidak dibutuhkan biaya sebesar Rp 3 - 4
juta. "Maka kita gunakan terpal yang bisa tahan sampai 5 tahunan, untuk
1 bak ukuran 2x11 meter, Rp 500.000, kayu paling Rp 50.000, itu saja,"
katanya.
Untuk sumber air budi daya lele sangkuriang Irfan
menggunakan air sumur yang dialirkan secara berputar dan penyaringan.
Lele Sangkuriang memiliki kelebihan bisa hidup pada kolam yang memiliki
kepadatan cukup tinggi sehingga dapat dibudidayakan dalam pekarangan
yang terbatas.
Budidaya lele sangkuriang dalam lahan terbatas
biasanya dilakukan dalam skala rumah tangga atau usaha kecil. Dengan
modal yang kecil budidaya lele sangkuriang bisa dilakukan dengan cara
seminimal mungkin misalnya kolam dibuat dengan terpal, makanan dicarikan
dari sumber makanan alami dan upaya lainnya.(dewantoro)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar