Aren Indonesia
Berita 2006
Juni 2006
Pohon Enau Hasilkan Energi Terbarukan
Sumber: Kompas, 13-Jun-2006
Manado, Kompas – Pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara diharapkan menjadi lokomotif dalam upaya menggiatkan
penanaman pohon enau secara besar-besaran. Penanaman pohon enau selain
berdampak positif terhadap pengembangan ekonomi rakyat, sekaligus juga
bisa memecahkan masalah pengangguran dan kemiskinan, serta dapat
menghasilkan energi (bahan bakar) terbarukan. Selain itu, pohon enau
dibutuhkan untuk perbaikan lingkungan yang rusak.
Deklarator Permesta HN Sumual (83)
mengemukakan pendapatnya itu ketika menyampaikan beberapa pemikiran pada
diskusi tentang upaya penanggulangan tiga isu sentral yang kini melanda
Indonesia, yaitu melebarnya pengangguran, krisis energi, dan rusaknya
sistem lingkungan (ekosistem), Senin (12/6) di Manado.
“Di samping terus mencari solusi
pemecahan tiga problem besar itu (pengangguran, krisis energi, dan
krisis lingkungan hidup) melalui teknologi, Sulawesi Utara, bahkan
Indonesia, dapat mulai mengembangkan penanaman enau secara
besar-besaran,” katanya.
Tanaman enau, lanjut Sumual, ternyata
bisa menghasilkan cairan dengan kandungan alkohol tinggi yang jika
disuling lebih intensif bisa diitingkatkan menjadi bahan bakar
alternatif pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin terbatas.
Minimal cairan putih yang dihasilkan pohon enau dapat diproses menjadi
etanol berkadar alkohol lebih dari 90 persen.
Selain itu, karena tanaman enau memiliki
daya serap air yang tinggi, kegiatan itu dapat sekaligus memulihkan
fungsi-fungsi tanah yang telah terdegradasi akibat erosi menyusul
penebangan hutan secara membabi buta. “Jadi, penanaman enau memiliki
arti sangat positif, sebab dapat menghasilkan bahan bakar terbarukan dan
juga menghasilkan banyak hasil ikutan lain yang bernilai ekonomi dan
sosial,” tutur Sumual.
Di Minahasa, tanaman enau (disebut pohon
seho) pada usia delapan tahun menghasilkan minuman saguer (sejenis
tuak). Dari cairan putih saguer (warna susu agak bening), para petani
memprosesnya (disuling) menjadi minuman berkadar alkohol di atas 30
persen (cairan putih bening seperti air putih) dengan merek cap tikus
yang kini dijual Rp 3.000 – Rp 4.000 per botol.
Keunggulan etanol dari pohon enau, sejak
awal sudah berbentuk cairan, berbeda dengan etanol dari jagung atau
ubi-ubian yang masih harus diubah menjadi cairan. Keunggulan lainnya,
penanaman pohon enau tidak harus melalui proses budidaya, cukup dengan
biji-bijian, yaitu melempar atau meletakkan benih di hutan. Pohon enau
akan tumbuh sendiri tanpa melalui pemupukan atau pemeliharaan tanaman.
(FR)
POHON AREN; Perajin Gula Kesulitan Bahan Baku
Sumber: http://www2.kompas.com/ Senin, 26 Juni 2006
Purwakarta, Kompas – Para perajin gula di
Desa Pawenang dan Cikeris, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta,
semakin sulit mendapatkan bahan baku air nira pohon aren. Hal itu karena
jumlah pohon aren di daerah tersebut semakin berkurang akibat
penebangan secara terus- menerus.
Untuk memenuhi permintaan, beberapa
pedagang yang telanjur mendapat pesanan dari pelanggannya terpaksa
mengambil gula dari daerah Cianjur atau Sukabumi karena kekurangan
bahan. Jumlah perajin pun berkurang dari tahun ke tahun.
“Jumlah perajin dan produksi berkurang
karena menurunnya bahan baku. Karena butuh uang mendesak, banyak warga
yang menebang dan menjual pohon arennya,” ujar H Saepulloh (60),
pengepul gula aren di Kampung Sumbersari, Desa Pawenang, Minggu (25/6).
Ia menambahkan, satu batang pohon aren berusia 15 tahun dijual dengan
harga sekitar Rp 150.000 hingga Rp 200.000. Batangnya biasa diparut
untuk diambil sari tepungnya.
Sementara jika disadap, satu pohon dengan
usia yang sama bisa menghasilkan uang hingga Rp 800.000 lebih. Setiap
pohon biasanya memiliki dua tangkal yang masing-masing bisa disadap
hingga enam bulan saat masa produktif. Hasil dari menyadap nira bisa
mencapai Rp 50.000 per hari.
Berkurangnya jumlah produksi itu otomatis
membuat pelanggan berkurang. Menurut dia, pelanggan yang beberapa kali
tidak terpenuhi pesanannya memilih menarik pesanannya dan membeli dari
perajin daerah lain.
Aisyah (32), perajin gula, mengatakan,
produksinya menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1990-an, ia
memproduksi gula aren antara 3.000-3.500 cetakan per hari. Kini ia
memproduksi gula rata-rata 2.000 cetakan saja per hari dengan lima kali
perebusan.
Fathul Mukhlis, Kepala Desa Pawenang,
menambahkan, pemerintah sudah mengeluarkan larangan menebang pohon aren.
Namun, pihaknya selalu menemui kesulitan dalam pelaksanaan. Larangan
dimaksudkan untuk mendukung perekonomian warga yang mengandalkan bahan
baku nira dari pohon-pohon aren di daerahnya sendiri. (MKN)
Juli 2006
Nira Aren Bisa Jadi Pengganti Bensin
http://tribunkaltim.com, 10 Juli 2006
Balikpapan, Tribun – Masalah kebutuhan
gula dan kelangkaan sumber energi dimasa mendatang akan meningkat
drastis. Bahkan 2008 nanti, Indonesia diperkirakan akan banyak mengimpor
gula dan bahan bakar minyak. Ini akan menjadi masalah tersendiri bagi
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Untuk menjawab masalah itu, Borneo
Orangutan Survival (BOS) Samboja menggalakan penanaman aren. “Penanaman
aren akan membuka lapangan kerja baru dan juga produk yang jauh lebih
bermanfaat, daripada pembukaan areal kelapa sawit. Jenis aren selain
memproduksi gula, dapat menghasilkan sagu, ijuk dan juga etanol
pengganti bensin,” kata Dr Ir Wilie Smits, Direktur BOS pekan lalu.
Menurutnya, penanaman aren harus
dikembangkan, karena selain dapat menghasilkan lapangan kerja lebih
banyak, dibanding perkebunan lain. Misalnya perkebunan tebu dengan waktu
panen 2-3 bulan. Belum lagi, pembakaran lahan tebu akan memberikan
dampak buruk dari polusi asap.
Wilie mengatakan, keunggulan jenis aren
cukup banyak, bila dikembangkan dengan baik. “Aren bisa tumbuh dimana
saja, tahan terhadap penyakit, tumbuh secara alami di tanah kristis,
tahan api dan mencegah erosi dengan akar yang rapat dan dalam,” ujarnya.
Saat ini, gula aren belum banyak dikenal masyarakat.
Ini disebabkan belum adanya standar
resmi, dan belum pernah diproses menjadi gula kristal. Selain itu
pasaran lokal hasil aren terbatas serta teknologi
pembibitan juga masih baru. Produksi gula dalam 12 pohon aren bisa menghasilkan 7 liter nira.
pembibitan juga masih baru. Produksi gula dalam 12 pohon aren bisa menghasilkan 7 liter nira.
Jadi penanaman aren membantu terciptanya
lapangan kerja. Setiap hektar perkebunan aren yang dikerjakan 8 orang,
dapat menghasilkan gula per hari
sebanyak 67.2 kg.
sebanyak 67.2 kg.
Sehingga dapat mengantongi pendapatan per kg/ hari sekitar Rp 2.976. Bila disumsikan pendapatan sesuai UMR 25.
“Bisa dibayangkan jika harga gula / kg tahun 2006 mencapai Rp 7.000, berapa keuntunganya,” kata Wilie.
Belum lagi lapangan kerja yang tercipta
dari produksi etanol sebagai alternatif bahan bakar minyak. Saat ini
jika rata-rata impor minyak per hari 300.000 barrel
atau sekitar 30 juta liter bensin.
atau sekitar 30 juta liter bensin.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, dengan
produksi ethanol aren dibutuhkan jumlah tenaga kerja 6 juta orang dan
menghidupi 30 juta orang. Dengan hanya menggunakan lahan sebagai kebun
aren seluas 800.000 hektar (ha).
Dia juga menegaskan selama ini jenis aren
telah diuji cobakan di kawasan BOS Samboja. Dan ke depan, etanol yang
akan diproduksi di areal ini akan dapat
digunakan untuk menggerakan diesel dan membangkitkan listrik dengan kekuatan 8 Megawatt (MW). “Sulawesi Utara saja yang kecil, saat ini sudah mampu
menghasilkan 100 ton gula per hari dan bisa menjadi tempat ujicoba program nasional pengembangan gula aren serta ethanol untuk energi.
digunakan untuk menggerakan diesel dan membangkitkan listrik dengan kekuatan 8 Megawatt (MW). “Sulawesi Utara saja yang kecil, saat ini sudah mampu
menghasilkan 100 ton gula per hari dan bisa menjadi tempat ujicoba program nasional pengembangan gula aren serta ethanol untuk energi.
Ke depan BOS akan mengaplikasikan teknologi ini dengan sistem destilasi nira aren,” katanya. (m8) .
September 2006
Sulut undang investor kembangkan nira
Oleh : Hilda Sabri Sulistyo,
Sumber: Bisnis ndonesia, Jumat, 01/09/2006 09:20 WIB
JAKARTA: Pemprov Sulawesi Utara
mengundang investor untuk mengembangkan bahan bakar minyak alternatif
dari pohon nira (enau) didukung lahan yang luas dan SDM yang mencukupi.
Hanny Sangian, ketua peneliti jurusan
fisika Universitas Samratulangi, mengatakan saat ini pihaknya baru
melakukan penelitian awal dan hasilnya sudah dapat dimanfaatkan untuk
menjadi bahan bakar untuk generator mesin maupun kompor rumah tangga.
“Bahan bakar minyak etanol nantinya dapat
digunakan untuk mobil maupun motor. Untuk itu harus didukung kebijakan
pemerintah apakah enau bisa dijadikan bahan bakar alternatif”, kata
Hanny di sela-sela Sulut Expo di kawasan Semanggi Expo yang berlangsung
hingga 4 September.
Menurut dia, Sulut mempunyai potensi
mengembangkan etanol enau karena selama ini masyarakat setempat ahli
mengolah air nira menjadi minuman keras yang disebut batifar.
“Jadi air niranya sendiri sudah
mengandung 5% etanol begitu diolah jadi minuman kadarnya menjadi 44%.
Untuk menjadi bahan bakar minyak [BBM] alternatif kita harus mengolahnya
minimal jadi 90% etanol untuk menjalankan kendaraan bermotor”.
Masalahnya sekarang pohon enau di Sulut
ditanam secara liar dan belum sistematis. Di luar Sulut terutama di
Pulau Jawa juga banyak pohon enau hanya problemnya sulit mendapatkan
masyarakat yang mampu dan siap mengolah enau sebagai BBM alternatif.
Hanny mengungkapkan keunggulan enau
sebagai BBM alternatif antara lain karena dapat menghasilkan air nira
20-30 liter per hari. Dalam 20 liter air nira mengandung 1 liter etanol
murni.
“Untuk konsumsi bahan bakar minyak
sekarang 200 juta liter per hari setara dengan 200 juta pohon enau.
Sedangkan untuk itu luas lahan pohon enau yang diperlukan hanya 2 juta
ha saja,” tandasnya..
Sementara perbandingan jika membuat
etanol dari jagung memerlukan luas lahan 30 juta ha, etanol dari tebu
perlu lahan 25 juta ha dan dari minyak sawit (biodiesel) memerlukan
lahan 15 juta ha.
“Jadi dari sisi kebutuhan lahan paling
unggul enau atau nira itu karena hanya butuh 2 juta ha lahan. Keunggulan
lainnya pohon ini menghasilkan multi produk seperti tepung sagu, gula
aren dan ijuk untuk sapu”.
Selain itu pohon enau yang sudah tidak
produktif dapat diambil kayunya untuk berbagai produk. Pohon ini juga
tahan akan cuaca ekstrim dan bisa sebagai penahan banjir. Jadi, ujarnya,
pemerintah pusat yang dapat menetapkan apakah enau bisa jadi BBM
alternatif dan dikembangkan sebagai industri nasional.
Pihaknya berharap dengan hadir di
kegiatan Sulut Expo 2006 ini dapat memberikan informasi dan
berkontribusi untuk memberikan BBM alternatif meskipun di Sulut bahan
baku enau ini baru dikembangkan enam bulan terakhir. (tw)
Oktober 2006
Pemerintah Kembangkan Proyek Gula Aren
Sumber: TEMPO Interaktif, Rabu, 11 Oktober 2006 ; http://www.tempo.co.id/
TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah akan
mengembangkan tujuh proyek industri gula kristal dan etanol dari pohon
aren. “Presiden setuju menjadikannya proyek nasional untuk ketahanan
pangan dan energi,” kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Aburizal Bakrie di Jakarta hari ini.
Tujuh lokasi itu adalah Sulawesi Utara,
Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Pulau Muna di Sulawesi Tenggara,
Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Menurut Aburizal, di daerah itu
terdapat hutan aren yang siap untuk disadap getahnya untuk menjadi
bahan baku gula.
Dia mengatakan, jika 800 ribu hektare
tanaman aren dimanfaatkan untuk industri gula maka dapat menyerap tenaga
kerja sekitar 5 juta orang yang bekerja pada dua shift. OKTAMANDJAYA
WIGUNA
Dibangun, Enam Pabrik Gula Aren Kristal
Laporan Wartawan Kompas Wisnu Nugroho A; Kamis, 12 Oktober 2006
Sumber: http://www2.kompas.com/
JAKARTA, KOMPAS- Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie mengatakan, pemerintah akan
membangun enam pabrik gula aren kristal di enam daerah dengan total dana
Rp 60 miliar.
Melalui tim nasional yang diketuai Menko
Kesra dibantu Menteri Pertanian Anton Apriantono, pabrik-pabrik ini akan
dibangun untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi jumlah rakyat
miskin.
Enam daerah tempat akan didirikannya
pabrik gula aren kristal adalah Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur,
Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Saat ini
sudah berdiri pabrik gula aren kristal di Tomohon, Sulawesi Utara yang
dinilai sukses dan akan dijadikan contoh.
“Presiden setuju, pembangunan enam pabrik
gula aren kristal baru ini sebagai program nasional. Pembangunan pabrik
gula aren kristal itu akan dimulai tahun depan,” ujar Aburizal usai
menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta,
Kamis (12/10).
Gula aren kristal potensial dikembangkan
karena pohonnya sudah tersebar luas di seluruh Indonesia. Jumlah
totalnya ada sekitar 800 ribu hektar. Di pasar internasional, harganya
mencapai Rp 50.000 per kilogram.
Selama ini, gula aren kristal diekspor ke
Belanda, Swiss, dan Jepang. Dengan enam pabrik gula aren kristal yang
akan dibangun di enam daerah itu, pemerintah memperkirakan dapat membuka
300 ribu lapangan kerja baru. Jika 800 ribu hektar kebun aren di
seluruh Indonesia dapat dimanfaatkan, akan terbuka lima juta lapangan
kerja baru.
Untuk melihat operasional pabrik gula
aren kristal pertama di dunia di Tomohon, Presiden akan mengunjunginya
pada Desember 2006 sebelum menghadiri KTT ASEAN di Cebu, Filipina. Di
pabrik yang sudah beroperasi dan sukses dengan modal Rp 9 milyar ini,
telah dipekerjakan 2.222 orang. Dengan pengembangan lebih lanjut, akan
terbuka lapangan kerja tambahan sebanyak 7.500.
Pemerintah Akan Jadikan Budidaya Aren sebagai Program Nasional
Sumber: elshinta.com, 12/10/2006 14:11 WIB
Teguh Tri Sartono – Jakarta, Pemerintah
akan menjadikan budidaya aren yang menghasilkan gula aren dan ethanol
sebagai program nasional. Selain itu, pemerintah juga telah
mempersiapkan beberapa lokasi di Indonesia untuk menanam aren tersebut.
Demikian dikatakan Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie dalam keterangan persnya usai
bertemu Presiden SBY di Kantor Kepresidenan Jakarta, Kamis (12/10) siang
ini.
Ia menyebutkan, lokasi tersebut
diantaranya di Sulut, Sumut, Jabar, Jatim, Sulteng, Kalbar dan Kaltim
yang semuanya akan dijadikan pilot proyek industri gula aren.
Menurut Ical, jika lahan seluas 850.000
hektar dimanfaatkan untuk menanam aren maka akan menyerap sekitar 5.008
pekerja baru. Selain dapat diproduksi sebagai gula kristal aren, tanaman
aren sekitar 30 persennya juga dapat menghasilkan molasis yang dapat
dijadikan ethanol pengganti bensin.
Ia menjelaskan, Presiden telah
menyampaikan persetujuannya agar proyek aren ini dijadikan sebagai
program nasional yang selain akan menjaga ketahanan pangan, program ini
juga akan menjadi penyangga ketahanan energi nasional. “Aren akan
dijadikan program nasional,” jelasnya.
Sebagai modal pembangunan, tambah Ical,
pemerintah akan menyiapkan dana sekitar Rp 60 miliar yang berasal dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk pengembangan Program
Aren Nasional. (dir)
Sumber: http://www.elshinta.com/elshinta/kontak.htm
SBY : Aren Tomohon Jadi Program Nasional
Laporan: Peggy Sampouw, Jakarta, Manado Post 13 Oktober 2006
Sumber: http://www.tomohonkota.go.id/
Sulut kembali bikin gebrakan di tingkat
nasional. Pengembangan gula aren yang dilakukan di Tomohon, kini
dijadikan program nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Gula aren Tomohon menjadi pilot project dan program ini sudah
ditetapkan Bapak Presiden sebagai program Nasional,” Kata Gubernur Sulut
SH Sarundajang kepada koran ini di Jakarta, kemarin.
SHS – sapaan SH Sarundajang dan Dr Willie
Smits mendapat kehormatan khusus dari Presiden SBY untuk
mempresentasekan pengembangan gula aren di Istana Negara, kemarin. SBY
didampingi oleh Menko Kesra Ir Aburizal Bakri dan Menteri Pertanian
Anton Apriantono. Selama dua jam SBY mendengarkan presentasi dari SHS
dan Willie Smits.
Terpikat dengan program yang sudah
dikembangkan di Tomohon, SBY menetapkan Sulut sebagai proyek nasional
pengembangan gula aren kristal. Untuk kepentingan itu, pemerintah pusat
menyiapkan 64,5 miliar. Program di Tomohon akan mendapat suntikan Rp.
4,5 miliar, setelah sebelumnya sudah mendapatkan kucuran Rp, 9 miliar.
Ditetapkan enam propinsi untuk
mengembangkan program sejenis. Yakni Jatim, Jabar, Sultra, Kaltim,
Kalbar, dan Sumut, masing-masing daerah itu ditunjang dengan dana
program dari pemerintah pusat sebesar Rp. 10 miliar.
Sulut sendiri dijadikan sebagai pusat pengembangan gula aren kristal secara nasional. Berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan aren dipusatkan di Sulut. Mulai dari pengembangan gula aren kristal, penelitian dan pengembangan, pendidikan hingga upaya pemasaran.
Sulut sendiri dijadikan sebagai pusat pengembangan gula aren kristal secara nasional. Berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan aren dipusatkan di Sulut. Mulai dari pengembangan gula aren kristal, penelitian dan pengembangan, pendidikan hingga upaya pemasaran.
“Pabrik gula aren kristal di Tomohon akan
diresmikan oleh Bapak Presiden Desember nanti, Peresmian itu dilakukan
bersamaan dengan Pembukaan Kongres Petani Aren II di Tomohon,” tutur
SHS.
Tanaman aren tak hanya akan dikembangkan
untuk gula aren kristal, tetapi juga untuk energi alternatif (bio-sel),
pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi rakyat yang
diorientasikan untuk mengentaskan kemiskinan dan menyerap lapangan
kerja. “Pabrik di Tomohon menyerap 2.222 tenaga kerja, dan kini sudah
ada daftar tunggu sebanyak 3.330 petani,” kata Smits. Sulut sendiri,
ujar SHS akan membangun pabrik di sejumlah kabupaten/kota . “Kita
kembangkan di minimal 5 kabupaten. Program ini akan menjadi salah satu
andalan untuk mengentaskan kemiskinan, menyerap tenaga kerja dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata SHS.
Kepada Presiden, SHS menjelaskan, selain
manfaat ekonomi dan ekologis, aren berfungsi secara sosial. “Disamping
itu, meningkatnya fungsi ekonomi pohon aren secara tidak langsung dapat
menekan produksi miniman keras yang selama ini menjadi sumber utama
terjadinya kriminalitas di Sulawesi Utara. Pohon aren di Sulut bisa
ditemukan diberbagai tempat, sebagian besar tersebar di wilayah Minahasa
dan Sangir,” papar SHS .
Dr Willie Smits sebagai pengelola sebuah
yayasan di Sulut dan telah membangun pabrik gula aren pertama di dunia.
Selanjutnya untuk menanggani pilot project ini, SBY sudah menugaskan tim
nasional yang terdiri atas Menko Kesra, Mentan, Gubernur Sulut dan
Willie Smits. Untuk perkembangan lebih lanjut, akan ditambah beberapa
Menteri dan ahli.
“Tadi saya bersama Mentan dan Gubernur
Sulut dan saudara Willie Smits menghadap bapak Presiden untuk
mempresentasikan salah satu program yang dapat digunakan untuk dapat
menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan. Dan, disamping
itu juga dapat dimanfaatkan untuk ketahanan pangan dan energi. Jadi,
proyek itu adalah pemanfaatan pohon aren. Bapak Presiden sudah setuju
untuk menjadikan komoditas ini sebagai program nasional,” jelas Menko
Kesra Aburizal Bakri kepada wartawan di Istana, kemarin.
Daerah yang paling banyak memiliki
potensi tanaman aren, itu yang dijadikan sebagai pilot ptoject. Pabrik
gula aren kristal pertama di dunia ini, mengikut sertakan sekitar 22.000
petani penyadap aren. Kemudian, melalui penambahan menjadi dua shift
diharapkan bertambah lagi 7.500 pekerja. “Tadi dilaporkan sejauh mana
prosesnya dilaksanakan. Saya dan Pak Anton sudah melihat. Pak Anton juga
akan memberikan bantuan di sana. Bahwa pemanfaatan aren cukup baik
untuk dijadikan sebagai gula kristal yang kemudian kalau dieksport
harganya mencapai Rp. 50.000/kg. Bisa dibandingkan dengan harga gula
putih yang dijual dipasar di Indonesia yang harganya berkisar Rp.
7.000/kg,” kata Ical kepada wartawan usai pertemuan dengan SBY.
Dari gula aren itu, urainya, juga
diperoleh 30 % molases, yang bisa dipakai untuk pembuatan etanol yaitu
penganti bahan bakar minyak. Di Sulut, dengan dana Rp. 9 miliar ditambah
Rp. 14 miliar lagi akan dibangun sebuah pabrik etanol dan
meningkatkannya menjadi dua shif. Dengan begitu Ical memperkirakan,
jumlah lapangan kerja yang akan tersedia kurang lebih 9-10 ribu orang.
Di Indonesia ada 7 daerah yang memiliki tanaman aren cukup banyak dan
sudah ready. “Dia berupa hutan aren, tidak ditanam orang. Tapi kan pohon
aren itu keistimewaannya adalah sekali disadap dia akan disadap terus
sampai kapanpun juga (mati),” tambahnya.
Ketujuh tempat yang akan menjadi pilot
project adalah Tomohon di Sulut, Sumut, Jabar, Jatim, Pulau Muna di
Sultra, Kalbar dan kaltim. “Itu adalah tujuh pilot project untuk gula
aren. Dan, Bapak Presiden menyatakan sudah setuju projek aren ini
menjadi program nasional sehingga dengan demikian baik untuk ketahanan
pangan maupun energi, gula aren ini bisa dijadikan program
nasional,”ujar Ical.
Bagi ketahan energi, aren akan menjadi
produk kelima setalah buah jarak, kelapa sawit, tebu dan singkong. Tapi
yang 70 % adalah tetap untuk ketahanan pangan. (dikutip kembali oleh
bagpde, gem)
Desember 2006
Rencana Cap Tikus Dijadikan BBM, Petani di Sulut Bergairah Menanam Pohon Enau
Sumber: http://www.sinarharapan.co.id/berita/0612/04/nus02.html; Senin, 04 Desember 2006
Manado – Para petani pohon enau di
Sulawesi Utara (Sulut) merasa bersyukur dan merasa lega atas perhatian
pemerintah terhadap manfaat minuman tradisional cap tikus untuk
dikembangkan menjadi energi alternatif dalam mengantisipasi krisis bahan
bakar minyak di Indonesia. Mereka bahkan bergairah untuk menanam pohon
enau.
John Mamuaya, salah satu petani pohon
enau yang tergabung dalam Yayasan Masarang di Desa Rurukan dan Temboan
Kota Tomohon yang ditemui SH di Tomohon, baru-baru ini merasa gembira,
karena dengan demikian para petani enau mendapat perhatian pemerintah.
”Selama ini, kami hanya menanam pohon
enau, selanjutnya setelah besar, buahnya kami jadikan sejenis minuman
khas Minahasa yakni saguer. Alternatif lain, kami buat gula aren dan ada
juga teman-teman petani yang membuatnya menjadi minuman keras
tradisional yang dikenal dengan nama cap tikus,” ujar Mamuaya.
Upaya mereka selama ini akan
ditindaklanjuti dengan bakal dikunjungi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono 10 Desember 2006 mendatang. Menurut John perjuangan ini
merupakan buah tangan dari Ketua Yayasan Masarang, Lineke Watoelangkow
yang saat ini Wakil Wali Kota Tomohon.
”Perjuangan dan upaya Ketua Yayasan Masarang ini mengembangkan pohon enau di Kota Tomohon sangat besar. Demikian juga, usahanya memberdayakan para petani di beberapa desa di Tomohon untuk membudidayakan pohon enau mulai membawa hasil karena hasil gula aren dari pohon enau ini sudah mendapat perhatian pemerintah dengan pengembangan lahan,” tambah Mamuaya.
”Perjuangan dan upaya Ketua Yayasan Masarang ini mengembangkan pohon enau di Kota Tomohon sangat besar. Demikian juga, usahanya memberdayakan para petani di beberapa desa di Tomohon untuk membudidayakan pohon enau mulai membawa hasil karena hasil gula aren dari pohon enau ini sudah mendapat perhatian pemerintah dengan pengembangan lahan,” tambah Mamuaya.
Selain itu, sudah ada beberapa negara di
Eropa seperti Belanda, Belgia, Austria, Jerman berminat terhadap gula
aren yang konon kualitasnya terbaik di Indonesia.
Jemmy Pondaag, petani pohon enau asal
Desa Wanga Kecamatan Motoling Kabupaten Minahasa Selatan, ditemui
terpisah di Motoling, Kamis (30/11) mengatakan, program pemerintah yang
bakal dijadikan cap tikus menjadi bahan bakar minyak alternatif atau
biodesel di Indonesia menimbulkan gariah para petani untuk menanam enau.
Para petani enau di Wanga dan Motoling
serta kecamatan di sekitar kembali bergairah lagi. ”Kami akan menanam
lebih banyak pohon enau agar penghasilan keluarga kami meningkat,” ujar
Pondaag.
Selama ini, para petani enau di desanya
tidak bergairah lagi. Selain pasaran gula aren (gula merah) lesu,
minuman cap tikus yang mereka produksi tidak mudah beredar di pasaran,
karena selain kadar alkoholnya cukup tinggi, sering dihalangi aparat
penegak hukum di Sulut. (novie waladow)
Leave a Comment »
No comments yet.RSS feed for comments on this post. TrackBack URI
Leave a Reply
Theme: Shocking Blue Green. Blog at WordPress.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar