Tanaman aren (Arenga pinata)
adalah termasuk plasma nutfah tanaman perkebunan yang sudah banyak
dikenal oleh masyarakat karena memiliki banyak kegunaan. Hampir semua
bagian tanaman aren ini berguna, baik untuk pangan, bahan baku industri
maupun energi terbarukan. Aren juga memiliki kemampuan fungsi hidrologi
yang tinggi sehingga sangat cocok untuk tanaman konservasi. Belakangan
ini pamor aren semakin ngetren seiring dengan “Revolusi Aren” terkait
dengan pemanfaatan niranya untuk bahan bio-etanol.
Tanaman aren bisa menjadi tanaman
konservasi. Hal ini ditunjukkan bahwa aren banyak dijumpai di lokasi
yang berbukit dan rawan bencana alam, tanah longsor dan banjir. Pohon
aren juga bisa menghambat erosi. Selain itu dengan sistem agrofprestry,
tanaman aren juga banyak dimanfaatkan untuk daerah aliran sungai (DAS).
Di Kalimantan Timur tanaman ini banyak dijumpai di lereng gunung, lembah dan aliran sungai. Tak heran di beberapa daerah yang banyak arennya masih ditemui air yang jernih dan awet (melimpah di musim hujan dan kemarau).
Di Kalimantan Timur tanaman ini banyak dijumpai di lereng gunung, lembah dan aliran sungai. Tak heran di beberapa daerah yang banyak arennya masih ditemui air yang jernih dan awet (melimpah di musim hujan dan kemarau).
Wim Tangkilisan dalam tulisannya berjudul “Global warning dan Revolusi Aren”
mengungkapkan bahwa dari pohon aren, manusia bisa mengambil ijuk, daun
untuk atap rumah, batang dan pelepah untuk bahan bangunan, buah muda
untuk kolang-kaling yang membuat nikmat kolak, dan cairan manis (nira)
segar yang langsung bisa diteguk. Dari cairan manis berwarna putih ini,
penduduk juga membuat minuman keras lewat proses penyulingan. Penduduk
di sejumlah wilayah Indonesia timur menyebut minuman yang sudah disuling
ini dengan sebutan tuak. Di Manado, minuman keras dari nira ini populer
dengan nama cap tikus.
Kini, hasil penelitian terbaru
menunjukkan dahsyatnya manfaat pohon aren atau sugar palm dalam bahasa
Inggris. Ternyata, nira mampu menghasilkan biofuel dengan tingkat
produktivitas empat kali crude palm oil (CPO) atau minyak sawit.
Beda dengan pohon kelapa sawit yang ‘egoistik’ dalam arti tidak bisa hidup berdampingan dengan pohon lain, aren bisa bertumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak. Jika untuk menanam sawit, pemilik lahan harus membabat semua pohoh lain, lahan untuk aren tidak perlu didahului dengan membabat hutan. Aren adalah jenis pohon yang ramah lingkungan.
Dengan akarnya sedalam enam-delapan meter, pohon aren sangat efektif menarik dan menahan air. Aren bisa tumbuh di dataran, lereng bukit, dan gunung hingga ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut.
Beda dengan pohon kelapa sawit yang ‘egoistik’ dalam arti tidak bisa hidup berdampingan dengan pohon lain, aren bisa bertumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak. Jika untuk menanam sawit, pemilik lahan harus membabat semua pohoh lain, lahan untuk aren tidak perlu didahului dengan membabat hutan. Aren adalah jenis pohon yang ramah lingkungan.
Dengan akarnya sedalam enam-delapan meter, pohon aren sangat efektif menarik dan menahan air. Aren bisa tumbuh di dataran, lereng bukit, dan gunung hingga ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut.
Aren juga biasa tumbuh dengan subur di
tengah hutan. Di kawasan aren di Sulawesi Utara yang dibudidayakan
pengusaha nasional Hashim Djojohadikusumo, sejumlah hewan yang lima
tahun silam sempat hilang, kini kembali ada. Hutan aren menjadi habitat
babi hutan dan rusa. “Jika sebelumnya tanah tandus, tidak ada air, kini
di sejumlah tempat muncul mata air,” kata Hashim.
Tidak seperti singkong dan tebu yang dipanen tiga-empat bulan sekali, aren dapat dipanen sepanjang tahun. Satu pohon aren bisa menghasilkan nira sebanyak 20 liter per hari dan 10% di antaranya bisa diproses menjadi etanol.
Usia panen aren enam-delapan tahun. Tapi, sangat produktif. Setiap satu hektare, kata Kepala Bagian Jasa Iptek Puslit kimia LIPI Dr Hery Haeruddin, bisa ditanami 75-100 pohon. Dengan demikian, setiap hektare bisa menghasilkan 1.000 liter nira dan 100 liter etanol per hari.
Tidak seperti singkong dan tebu yang dipanen tiga-empat bulan sekali, aren dapat dipanen sepanjang tahun. Satu pohon aren bisa menghasilkan nira sebanyak 20 liter per hari dan 10% di antaranya bisa diproses menjadi etanol.
Usia panen aren enam-delapan tahun. Tapi, sangat produktif. Setiap satu hektare, kata Kepala Bagian Jasa Iptek Puslit kimia LIPI Dr Hery Haeruddin, bisa ditanami 75-100 pohon. Dengan demikian, setiap hektare bisa menghasilkan 1.000 liter nira dan 100 liter etanol per hari.
Dari semua bahan baku Bahan Bakar Nabati
(BBN), aren (Arenga Pinnata) merupakan yang paling potensial untuk
dijadikan BBM alternatif itu. Produktivitasnya mengalahkan semua
biomassa lainnya. Hal itu diungkapkan Direktur Teknologi Pengembangan
Sumber Energi Nabati untuk Substitusi BBM Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto, dalam seminar di Hotel Gran Puri, Jl
Sam Ratulangie, Manado (30/7/2007).
“Aren itu bisa memproduksi bioethanol 40 ribu liter per hektar setiap tahun,” ungkap Unggul yang juga Ketua Panitia Ekspedisi BBN 2007.Nira yang dihasilkan Aren mengalahkan jumlah bioethanol yang dihasilkan ubi, kentang, tetes tebu, jagung, sagu dan lain-lain. Bahkan jika dibandingkan dengan biomassa penghasil biodiesel untuk pengganti solar, aren tetap paling produktif. Singkatnya, kini tanaman aren semakin ngetren.
*) Ir. Kunarso, MP. Kepala UPTD-P2BP Disbun Provinsi Kalimantan Timur,“Aren itu bisa memproduksi bioethanol 40 ribu liter per hektar setiap tahun,” ungkap Unggul yang juga Ketua Panitia Ekspedisi BBN 2007.Nira yang dihasilkan Aren mengalahkan jumlah bioethanol yang dihasilkan ubi, kentang, tetes tebu, jagung, sagu dan lain-lain. Bahkan jika dibandingkan dengan biomassa penghasil biodiesel untuk pengganti solar, aren tetap paling produktif. Singkatnya, kini tanaman aren semakin ngetren.
Sekretaris Pokja Bidang Perkebunan Komda Plasma Nutfhah Provinsi Kalimantan Timur.
14-12-2008. http://www.azkun.blogspot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar