KISAH SUKSES : Andika Lubis, Miliarder Mantan Loper Koran
28 مارس، 2012، الساعة 07:47 مساءً
Meraih
kesuksesan bisnis bisa lewat banyak cara. Salah satunya aksi nekat
seperti yang dilakukan Andika Lubis. Tanpa bekal, ia pergi ke Amerika
Serikat. Kini perusahaan yang dia bangun sukses besar mencatat omzet
hingga Rp 400 juta per bulan.
Banyak
pengusaha yang sukses meski tanpa modal besar. Salah satunya adalah
Andika Rama Lubis. Pria lulusan Arsitektur Institut Teknologi Nasional
Bandung ini lebih banyak memulai bisnisnya dengan modal nekat. Toh,
kenekatan itu menggiringnya menjadi pengusaha muda beromzet Rp 5 miliar
per tahun.
Saat
ini, lewat bendera Eprodeco, Andika berhasil menjadi dekorator
terpercaya sejumlah pengelola mal besar di Jakarta. Kliennya mulai dari
Plaza Indonesia, sampai perusahaan besar macam Panasonic dan XL Axiata.
Satu proyek dekorasi bisa bernilai hingga Rp 300 juta.
Tak hanya dekorasi, lewat induk usaha PT Andrafa Abiatama, Andika juga menyediakan one stop shopping desain kreatif,printing, merchandise, dekorasi, dan event organizer.
Sejak pertama kali didirikan pada tahun 2008, klien Andrafa sudah
mencapai ratusan perusahaan. Kebanyakan mereka memanfaatkan jasa Andrafa
pada acara launching produk.
Dari
kecil, Andika yang lahir di Kinabalu, pada 18 September 1974, memang
pekerja keras. Ayah ibunya selalu menekankan untuk berusaha mendapatkan
apa yang diinginkannya. “Kalau mau mainan, saya harus beli sendiri dari
hasil tabungan, ditambah uang ayah sedikit,” kenang Dika, begitu ia
disapa.
Demikian
pula saat kuliah. Lantaran usaha ayahnya di bidang desain interior
bangkrut terimbas krisis moneter pada tahun 1998, Dika harus
pontang-panting mencari biaya tambah-an kuliah dengan bekerja serabutan.
Beruntung, kala itu Citibank menawarkan program kartu kredit untuk
mahasiswa. Ia menjadi agen penjualnya. Keuntungannya lumayan. “Bisa buat
nambah-nambah uang kuliah,” ujarnya.
Prinsip
kerja keras itu menempa Dika menjadi tidak mudah menyerah dan berani
mengejar mimpi. Selulus kuliah, ia sempat bekerja di satu perusahaan.
Tapi, tak seberapa lama, ia memutuskan mundur lantaran ingin ingin
menimba ilmu dan mendapatkan pengalaman kerja di Amerika Serikat (AS).
Dengan
bermodal pinjaman dari sang nenek sebesar Rp 10 juta untuk membeli
tiket, Andika nekat pergi ke AS. Padahal, saat itu situasi tengah
genting setelah terjadi tragedi WTC 11/9. Beruntung, ia lolos di
pembuatan visa turis sampai administrasi di bandara. Karena hanya
berbekal uang US$ 100 dari pamannya, ia terpaksa tidak makan saat
pesawat transit di Singapura dan Jepang.
Sesampai
di AS, Dika menyambangi tantenya untuk menumpang hidup. Lantaran hanya
menumpang, ia tak berani meminta uang lebih. Ia memutuskan mencari
pekerjaan. Peluang termudah adalah menjadi loper koran. Kebetulan, ada
seorang loper koran dekat tempat tinggal tantenya mempercayakan
pekerjaannya ke Dika. Saban dini hari, Dika mengantarkan koran dengan
meminjam mobil sang tante. Upah mengantar koran lumayan. Dalam dua
minggu, ia mendapatkan bayaran US$ 1.500. Tak sampai dua bulan, ia bisa
bayar utang ke neneknya.
Hidup
Dika juga banyak ditopang oleh belas kasih orang lain. Selama belum
memiliki visa kerja, ia ditolong seorang warga China-Amerika. “Saya
menggunakan ID dia selama bekerja,” ujarnya. Sembari kuliah, Dika
menambah jam kerjanya dengan menjadi penjaga toko, mulai dari jam 16.00
sampai jam 22.00. Ia tidur selama dua jam, lantas mulai jam 24.00 hingga
jam 06.00 mulai mengantar koran. Ia melanjutkan waktunya untuk kuliah
mulai jam 7.00 pagi sampai jam 13.00 siang. “Saya melakukan rutinitas
itu selama empat tahun,” ujar Dika.
Di
tahun 2003, ada kabar duka datang dari Indonesia. Ayahnya meninggal
dunia karena sakit. Ibunya memanggil pulang Dika. Ia harus menggantikan
sang ayah sebagai tulang punggung keluarga. Dengan berat hati, Dika
meninggalkan bangku kuliah dan memulai usaha dari nol di Indonesia.
Usaha pertamanya adalah membangun creative design dan event organizer bersama
seorang teman. Usaha itu sempat sukses dan berhasil membukukan omzet
hingga Rp 2 miliar per tahun. Sayang, lantaran ada konflik internal,
Dika memutuskan keluar.
Bermodal
uang tabungan, bersama sang istri Rany Fauziah Pospos, yang dinikahinya
pada tahun 2005, Dika membangun usaha tandingan. Lewat bendera Andrafa
Abiatama, ia mulai mendapatkan aneka proyek. “Pertama, saya dipercaya
Panasonic menyediakan aneka merchandise dan produk printing,” kata Dika. Dika juga menggarap dekorasimall dan
interior apartemen. Sejumlah apartemen di Jakarta pernah mendapat
sentuhan desain Andika. Kini, ia tengah bernegosiasi membangun dekorasi
panggung acara sirkus. “Nilainya mencapai Rp 700 juta karena panggungnya
harus kuat dinaiki gajah,” jelas Dika.
Sumber artikel: suaramedia.com dan redaksi
Sumber gambar: images.kontan.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar