Minggu, 24 Februari 2013

POTENSI SUKUN SEBAGAI BREAD FRUIT'S,jonisepriyan

POTENSI SUKUN SEBAGAI BREAD FRUIT'S

Tahun 1520, awak kapal layar yang dipimpin oleh pelaut Spanyol Fernao de Magalhaes (1470 – 1521), mengarungi samudera Pasifik yang tenang tetapi sangat luas. Kapal-kapal ini  sudah setahun lebih mengarungi lautan. Berangkat dari Spanyol tahun 1919, mereka menyebeberangi Atlantik, meyusuri pantai timur Amerika Latin dan melewati celah sempit di ujung selatan benua Amerika yang kemudian disebut sebagai selat Magalhaes atau Magellanes. Di samudera Pasifik ini perbekalan gandum mereka telah habis. Di pulau-pulau Pasifik itulah orang-orang Eropa untuk pertama kalinya menjumpai buah bundar dengan diameter selitar 15 cm, yang apabila dipanggang rasanya mirip dengan roti. Berbulan-bulan mereka terpaksa makan buah roti tadi sebelum akhirnya mencapai daratan Filipina dan kepulauan Maluku. Magalhaes sendiri kemudian tewas dalam pertempuran dengan penduduk asli Mactan di Filipina. Ekspedisi mengelilingi dunia untuk pertama kalinya ini berhasil. Dari 5 kapal yang berangkat, tinggal satu yang bisa kembali ke Spanyol. Dari 265 awaknya (termasuk Magalhaes) hanya tinggal 19 yang bisa selamat pulang ke rumah. Salah satu hasil ekspedisi tersebut adalah dikenalnya bread fruit's yang asli Asia Tenggara oleh masyarakat Eropa.
Yang mereka kenal sebagai bread fruit's tadi adalah buah sukun (Artocarpus altilis), yang sudah sangat akrab bagi penduduk Indonesia. Sukun memang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, tetapi penyebarannya kemudian meluas sampai ke kepulauan Pasifik. Di kepulauan Pasifik, buah sukun berkembang menjadi makanan pokok bersama dengan talas, kelapa dan ikan serta hasil laut lainnya. Tanaman sukun berupa pohon setinggi 20 sd. 30 m. Batangnya lurus dan berkulit licin. Percabangannya menyamping dengan pola yang agak teratur. Daunnya lebar-lebar dengan panjang sekitar 70 cm. dan lebar 50 cm. Permukaan daun bagian bawah berbulu halus. Bentuk daun lonjong dengan tepian membelah sampai agak dalam. Ujung tiap belahan maupun pucuknya berbentuk meruncing. Terdapat banyak forma sukun. Ada forma yang berbiji dan disebut sebagai keluwih atau timbul, ada pula yang tidak berbiji dan disebut sebagai sukun. Forma yang tidak berbiji ini juga cukup banyak variannya. Mulai dari yang berbuah kecil, berbentuk agak lonjong dengan permukaan kulit buah berduri kecil-kecil, sampai ke yang berukuran besar berbentuk bundar dengan permukaan kulit buah halus.
Sukun sebenarnya termasuk katagori buah majemuk. Pada keluwih, juga nangka dan cempedak yang masih satu keluarga dengan sukun, segmen-segmen buah majemuk itu masih terpisah satu sama lain, meskupun kulitnya menyatu menutup seluruh segmen buah tersebut. Pada buah sukun, segmen-segmen itu karena tidak berbiji tampak menyatu, dengan kandungan pati yang relatif besar. Tanaman sukun berumah satu (bunga jantan dan betina terdapat dalam satu individu tanaman). Buah sukun berasal dari bunga betina yang sudah berbentuk bundar sejak keluar dari kelopak (seludang) bunga. Sementara bunga jantannya berbentuk pipih memanjang. Setelah serbuk sarinya keluar bunga jantan ini akan berubah warna dari hijau menjadi kecokelatan, layu lalu berjatuhan dibawah tajuk pohon. Oleh masyarakat tradisional, bunga jantan sukun ini akan dipungut, dikeringkan dan dibakar pada malam hari sebagai pengusir nyamuk. Bunga jantan sukun ini akan terbakar sedikit demi sedikit persis seperti obat nyamuk bakar modern. Sementara itu bunga betinanya akan berkembang menjadi buah sukun.
Pada forma keluwih, perkembangbiakan tanaman dilakukan secara generatif melalui bijinya. Pada forma sukun, perkembangbiakan dilakukan secara vegetaatif melalui stek akar. Ketika proyek penghijauan sedang gencar-gendarnya dilakukan pemerintah pada pertengahan tahun 1990an, maka penangkar benih sukun di Cilacap, Jawa Tengah akan memborong pohon sukun yang berukuran relatif besar. Pohon itu segera mereka tebang. Seluruh tanah di sekitar pohon akan dibongkar hingga seluruh akar terambil. Akar-akar itu dipotong sekitar 5 sd. 10 cm. diberi fungisida/bakterisida, direndam sebentar pada zat perangsang tumbuh (ZPT) seperti Atonik, Dekamon dll, lalu disemai di bak-bak pasir yang dikerudungi (disungkup) plastik untuk menjaga kelembapan udara. Setelah tunas (pucuk) tanaman dan akar tumbuh, maka semai tadi akan dipindah ke polybag. Kadang-kadang ada juga penangkar sukun yang langsung menyemai stek akar ini di polybag dengan resikomortalitas yang tinggi. Hanya dengan cara inilah tanaman sukun bisa dibudidayakan. Tanaman lain yang juga sering dibudidayakan dengan stek akar adalah cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan sono keling (Dalbergia latifolia). Meskipun dua tanaman penghasil kayu ini juga bisa dikembangbiakkan secara generatif dengan bijinya.
Secara alamiah, ketika tanah di sekitar tanaman sukun tumbuh, terkikis oleh air hujan; maka akar pun akar tampak. Akar ini kemudian akan luka karena tergores kuku binatang, cangkul, terkena batu, kayu yang hanyut dll. Bagian akar yang menyembul ke permukaan tanah dan kemudian terluka ini, akan segera menumbuhkan tunas sebagai individu tanaman baru. Oleh masyarakat, benih sukun alami ini akan diambil untuk ditanam di lokasi lain. Ketika kebutuhan benih ini meningkat, masyarakat sengaja menggali akar sukun, mengangkatnya ke permukaan tanah dan sengaja memotongnya. Bagian yang terpotong ini (yang terputus dari batang) akan menumbuhkan individu tanaman baru. Lama kelamaan ada tuntutan permintan benih sukun secara massal sampai puluhan bahkan ratusan ribu tanaman. Pada saat itulah tanaman sukun dewasa dibongkar total untuk diambil seluruh akarnya. Pertama-tama tanaman sukun yang dibongkar hanyalah di sekitar kota Cilacap. Lama kelamaan setelah tanaman di sekitar kota ini habis, para penangkar pun berburu pohon sukun sampai ke Purwokerto, dan kota-kota lain di sekitar Cilacap.
Trend penghijauan oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan tanaman sukun, sebenarnya bukan dengan pertimbangan untuk memanfaatkan buahnya sebagai pangan alternatif. Isu yang selaluberedar di masyarakat adalah, tanaman sukun bisa "mendatangkan" air. Pengertian mendatangkan air yang mereka kemukakan adalah,  kalau kita menanam sukun maka di lokasi itu akan keluar mataair. Ini tentunya tidak benar. Tetapi penghijauan dengan sukun pasti akan lebih baik dibanding dengan akasia atau albisia misalnya. Akasia yang bukan tanaman tropis itu bardaun keras hingga serasahnya sulit hancur. Sementara albisia yang berdaun majemuk kecil-kecil itu juga kurang bisa menahan curahan air hujan. Dua tanaman ini merupakan penghasil kayu yang selang lima tahun kemudian akan ditebang. Sukun menjadi pilihan ideal karena daunnya sangat lebar dan setelah jatuh mudah hancur. Tanaman ini juga bukan penghasil kayu melainkan buah. Hingga akan ditanam untuk jangka waktu puluhan tahun. Pertimbangan "untuk diambil buahnya" inilah mestinya yang dijadikan alasan, mengapa tanaman sukun dipilih untuk penghijauan.
Sebagai tanaman asli Indonesia, sukun toleran dengan variasi agroklimat yang agak ekstrim. Dia tahan ditanam di kawasan basah  (bogor) maupun kering (NTT), dataran rendah (Jakarta) maupun dataran tinggi (Cipanas). Lahan berpasir, tanah liat, vulkanis, cadas yang berbatu-batu, gambut tidak menjadi masalah bagi tanaman sukun. Toleransi ketinggian tempat mulai dari 0 sampai 1.000 m. dpl. Hal yang tidak bisa di tolerir oleh tanaman sukun adalah ketersediaan sinar matahari. Hingga sukun tidak mungkin ditanam bersamaan dengan tanaman keras lainnya dengan jarak rapat. Tajuk tanaman sukun dewasa ( di atas 10 tahun) akan memerlukan ruang peling sedikit 100 m2 (10 X 10 m). Benih sukun sangat mudah diperoleh di kios-kios penjual tanaman dengan variasi harga antara Rp 5.000,- sd. Rp 25.000,- tergantung ukuran benih. Sukun akan mulai berbuah pada umur antara 4 sd. 6 tahun setelah tanam. Pemupukan yang diperlukan hanyalah urea pada saat tanaman belum berbuah dan NPK pada saat sudah berbuah, dengan dosis disesuaikan dengan umur dan produktivitas tanaman. Kisarannya antara 0,25 sd. 0,5 kg. urea per tanaman per tahun dan 1 sd. 5 kg. NPK per tanaman per tahun. Pemberiannya dipecah menjadi 3 sd. 4 kali. Caranya dengan membuat parit di batas tajuk, menaburkan pupuk lalu menimbunnya kembali.
Tanda buah sukun sudah tua adalah, ukurannya sudah optimum, kulit buahnya tampak lebih licin, duri-durinya (pada forma berduri) mulai renggang. Pada forma berkulit licin, warba buah akan berubah dari hijau menjadi kkekuning-kuningan. Sementara pada forma yang berduri, perubahan warna ini tidak terlalu tampak. Forma yang berduri, meskipun buahnya kecil-kecil, rasanya justru lebih lezat. Daging buahnya lebih padat dan lebih "liat" dibandingkan dengan berkulit licin yang ukuran buahnya lebih besar. Forma berkulit licin ini, daging buahnya justru lebih lembek, meskipun sudah dipanen tua. Cara mengkonsumsi sukun sangat mudah, yakni dengan mengupas kulitnya sebagamana kita mengupas nangka muda, talas atau ubi jalar. Buah dipotong-potong seperti pada pemotongan semangka. Selanjutnya potongan buah ini bisa dikukus, dipanggang atau digoreng sesuai dengan selera. Pada penggorengan, bisa langsung digoreng baru pada saat makan ditaburi garam, bisa pula sebelum digoreng diberi garam dan bumbu ketumbar/bawang putih yang dihancurkan dan diberi sedikit air. Rasa sukun forma beduri yang dipanggang sangat lezat. Benar-benar seperti roti. Tetapi kalau selama berbulan-bulan diatas kapal harus makan "bread fruit's" pasti akan bosan juga. (R) * * *      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar