Rabu, 07 Mei 2014

SEMUA TENTANG LAMPUNG



by Putra Saburai on 09:38 AM, 02-Jun-11
Falsafah Hidup Ulun Lampung termaktub dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu: Piil-Pusanggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri) Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya) Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu) Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis) Sakai-Sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya) Sifat-sifat di atas dilambangkan dengan ‘lima kembang penghias sigor’ pada lambang Provinsi Lampung. Sifat-sifat orang Lampung tersebut juga diungkapkan dalam adi-adi (pantun): Tandani ulun Lampung, wat piil-pusanggiri Mulia heno sehitung, wat liom ghega dighi Juluk-adok gham pegung, nemui-nyimah muaghi Nengah-nyampugh mak ngungkung, sakai-Sambaian gawi.

PRINSIF HIDUP MASYARAKAT LAMPUNG



Sebetulnya, budaya Lampung sejalan dengan agama Islam, sehingga tidak ada alasan untuk membangun image buruk tentang masyarakat Lampung. Kesesuaian dengan nilai-nilai agama itu bisa dilihat dalam hal menerima tamu, yang representasinya para pendatang di Lampung, sehingga Provinsi Lampung lebih dikenal sebagai “Indonesia Mini”. Artinya, keanekaragaman kultural yang ada di Lampung terjadi karena penerimaan masyarakat Lampung terhadap para pendatang.
Sebenarnya masyarakat Lampung sudah biasa menerima pendatang yang dianggap sebagai orang Lampung, asalkan mengikuti hukum adat yang berlaku. Dengan hubungan yang baik antara masyarakat pendatang dengan masyarakat asli --termasuk untuk menumpang berladang di dalam salah satu marga Lampung-- membuat wilayah bersangkutan menjadi berkembang, sehingga menjadi kampung atau sukuh (tiuh) baru sebagai bagian dari marga Lampung yang telah ada," (Yoshie Peneliti dari Jepang)
Untuk mengenal lebih dekan masyarakat lampung kita harus mengerti sifat-sifat atau filsafat masyarakat Ulun lampung, sehingga tidak ada image negatif yang timbul. Kita harus sadar bahwa hidup di lampung, berpenghasilan di lampung, beranak pinak dilampung, adalah menjadi masyarakat lampung yang mempunyai akar kelampungan.



Sifat-sifat Orang Lampung
Menurut Kitab Kuntara Raja Niti

1. Pi'il Pesenggikhi
Malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri . Segala sesuatu yang menyangkut harga diri, prilaku dan sikap hidup yang dapat menjaga dan menegakkan nama baik dan martabat secara pribadi maupun kelompok yang senantiasa dipertahan.

2. Sakai Sambaian
Gotong Royong, Tolong-menolong, bahu membahu, dan saling memberi sesuatu yang diperlukan bagi pihak lain.

3.Nemui Nyimah
Saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu. Bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua pihak baik terhadap orang dalam kelompoknya maupun terhadap siapa saja yang berhubungan dengan dengan masyarakat lampung

4.Nengah Nyampukh
Tata pergaulan masyarakat Lampung dengan kesediaan membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan pengetahuan luas.

5.Bejuluk Adok
Tata ketentuan pokok yang selalu diikuti dan diwariskan turun temurun dari zaman dahulu. Mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya.

Ungkapan Prinsip Orang Lampung dalam Adi-adi (Pantun Lampung)

Tandani hulun Lampung, wat piil-pusanggiri
Mulia hina sehitung, wat malu rega diri
Juluk-adok ram pegung, nemui-nyimah muwari
Nengah-nyampur mak ngungkung, sakai-sambaian gawi

Dengan senantiasa dilandasi dengan semangat hidup atau dikenal dengan 5 (lima) filosofi/prinsip hidup yaitu : Pi'il Pesenggiri, Bejuluk Beadek, Nemuy Nyimah, Nengah Nyappur dan Sakay Sembayan, yang merupakan tekad masyarakat Lampung dengan kesadaran bersama sehingga tetap terpelihara kerukunan antar sesama masyarakat yang saling asah, saling asih dan saling asuh.
PAHRIL HUTRI SAYSUKAU (02:44. 23-02-2009)
sumber
www.wikipedia.com
www.kapanlagi.com

SAGATA LAMPUNG



Pantun/segata/adi-adi adalah salah satu jenis puisi tradisi Lampung yang lazim di kalangan etnik lampung digunakan dalam acara-acara yang sifatnya bersukaria, misalnya pengisi acara muda mudi nyambai, miyah damagh. (ww.wikipedia.com)
Contoh pattun/segata:
Bukundang Kalah Sahing
Numpang pai nanom peghing
Titanom banjagh capa
Numpang pai ngulih-ulih
Jama kutti sai dija

Adek kesaka dija
Kuliak nambi dibbi
Adek gelagh ni sapa
Nyin mubangik ngughau ni

Budaghak dipa dinyak
Pullan tuha mak lagi
Bukundang dipa dinyak
Anak tuha mak lagi

Payu uy mulang pai uy
Dang saka ga di huma
Manuk disayang kenuy
Layau kimak tigaga

Nyilok silok di lawok
Lentera di balimbing
Najin ghalang kupenok
Kidang ghisok kubimbing

Kusassat ghelom selom
Asal putungga batu
Kusassat ghelom pedom
Asal putungga niku

Kughatopkon mak ghattop
Kayu dunggak pumatang
Pedom nyak sanga silop
Min pitu minjak miwang

Indani ghaddak minyak
Titanom di cenggighing
Musakik kik injuk nyak
Bukundang kalah sahing

Musaka ya gila wat
Ki temon ni peghhati
Ya gila sangon mawat
Niku masangkon budi

Ali-ali di jaghi kiri
Gelang di culuk kanan
Mahap sunyin di kutti
Ki salah dang sayahan





Selasa, 12 Oktober 2010 | 19:56 WIB
BUDAYA Lampung sarat dengan nilai Islami.  Demikian Rektor IAIN Raden Intan Lampung Prof. Dr. Musa Sueb, M.A. mengawali pembukaan Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat Lampung Berbasis Nilai Keraifan Lokal di ruang seminar rektorat kampus setempat, kemarin (11/10).
Dicontohkannya, perceraian dalam hukum Islam, Allah Swt tidak melarang, tapi membencinya. “Demikian terjadi dalam adat Lampung yang anti sekali dengan perceraian,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, dalam adat Lampung juga ada nemu nyimah yang dapat dimaknai memelihara ika-tan kekeluargaan dilandasi keikhlasan. Kemudian nengah nyapur (sikap suka bergaul, bersahabat, toleransi dengan siapa pun tanpa membedakan golongan) dan sakai sembayan (sikap saling tolong menolong dan gotong royong).
“Nilai-nilai tersebut pula yang ada dalam Islam. Itulah alasan mengapa kami merasa perlu ikut memberdayakan masyarakat Lampung berbasis nilai kearifan lokal. Terlebih, keberadaan IAIN Raden Intan Lampung kini memasuki usia ke-42, usia yang sudah cukup dewasa dan harus banyak berkontribusi kepada masyarakat,” tandasnya.
Pemberdayaan masyarakat Lampung berbasis nilai kearifan lokal ini menurutnya tidak hanya terbatas pada keberhasilan penegakan hukum. Melainkan multi. Di antaranya termasuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
“Pastinya akan berbeda sekali jika program-program pembangunan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dilakukan melalui pendekatan nilai kearifan lokal. Realisasi dan tingkat keberhasilannya akan jauh lebih efektif.  Nah, melalui seminar ini, kami akan melihat apa kelebihan sekaligus solusi kelemahan-kelemahan nilai kearifan lokal untuk memberdayakan masyarakat. Selanjutnya dapat direkomendasikan kepada pemerintah daerah untuk ditindaklanjuti,” tukasnya. (rnn/haris tiawan)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar