YanRizwar Al-lampungi menyunting dokumen.
ku
hanya ingin bercerita,cerita tentang kepedihan menjadi lampung.cerita
tentang sang lampung muda yang merasa tergerak dan terpanggil untuk
membela rah(darah) dan trah(keturunan) lampung nya.ku pernah terfikir
menjauhi,mencoba mengabaikan dan melakukan rendah diri sebagai sang
lampung.hingga menhantarkan perjalanan ini ke rantauan.di rantauan akupun
sempat krisis identitas "kelampungan".hidup dan besar tanpa pernah
merasakan kentalnya dat budaya lampung juga semakin menambah
keterpurukan ini.berawal dari penasaran juga di tambah lagi di
keperihatinan,ku coba instropeksi diri,whoi is me?.tak bisa ku pungkiri
selain aku islam,aku indonesia,akupun adalah lampungnese.di
rantauan(palembang) banyak ku temui berbagai etniss pendatang dan
pribumi yang mau tidak mau harus cakap berbahasa palembang,kalau tidak
yahhhh siap2 aja mahal kalau beli sesuatu,juga siap2 aja ketahuan orang
luar palembang nya kalau gak berbahasa palembang,alsan satu ini NGECIKKE
BALAK atau meminimalisir bala/hal2 yag tak di inginkan biasanya tindak
kriminal juga menjadi alasan ampuh untuk bisa berbahasa palembang dan
menyesuaikan dengan adat budaya setenpat.alasan yang lainnya ternyata
disini kutemui orang2 yang berbahasa lampung tapi enggan di sebut suku
lampung karena mereka berada di luar provinsi
lampung(komering,daya,ranau okus bukan ranau lambar lho)menambah krisis
dan kritis identitasku,sebab menurut keterangan bak(bapak),keturunan
dari garis bak adalah dari liba haji komering yakni dari daerah
muaradua.bahkan kalau gk salah tuyuk(ayah kakek) kelahiran liba haji
komering.sedangkan ibu jelas dari krui dan yang ku tau sedjak kecil aku
ni lampung.aku bingung nama suku yang sebenarnya apa,lampung atau
komering,terus tentang ranau?.pertanyaaan2 itu terus menggelitik dan
semakin hari semakin membuatku penasaran apalagi di tambah dengan sering
nya interaksi dengan orang2 tsb sehingga alhamdulillah bahsa komering
bisa kukuasai(cuma beti sich dengan bahsa lampung krui 16 marga).dalam
puncak kebingungan saat pulang kampung ku tanya tuntas lugas dengan bak
tentang polemik yang menggelisahkan ini.kata nya komering,daya,kayuagung
dan ranau adalah lampung juga masih rumpun suku lampung juga.tapi
penasranaku tak pernah tuntas mulailah pencarian alhamdulillah internet
sangat membantu,juga dengan diskusi2 ringan bahkan ada yang cenderung
serius pada para oarang tua yang ku temui mengerucut pada kesimpulan
yang sama.setiap artikel yang saya temui awal2nya yang menurutkku
penting ku downlod dan ku ambil kusimpan di netbookku.tapi karena
banyaknya dan keterbatasannya waktuku,maka kubuatkan blog2 dan
bertebaranlah blog2ku dengan berbagai macam nama.
juga
mulai aktif berdiskusi dengan teman2 media online tentang berbagai
macam topik tentang kelampungan.dalam pengekploran inilah kutemukan
banyak nya kejutan2 tentang marwah dan tamadun lampung yang sangat
membanggakan.dari saaat itulah rasamemiliki,sayang,cinta,dan rasaingin
membela begitu membara.karena panggilan dari keprihatianan akan
kesewenang wenangan pemerintahan republik dan pendatang juga transmigran
yang pada puncaknya tumbal darah membasahi tanoh bumi puyang nya
diri,juga dengan caci maki mereka di jagad maya ini.kecama pribumi
lampung barbar,kuno,dan kecaman2 sarkatistik lainnya begitu masifff buat
ku miris,menangis dan murka.ketidak adilan ini begitu kian terasa
seiring kedewasaan dan pengetahuanku tentang kurang ajar nya
mereka,tentang ketidak berterimakasihan mereka,tentang pengistimewaan
mereka,tentang penindasan mereka pada bangsa sang anank2 marga.aku
menangis dalam sanubari terdalam rasime mereka harus ku telan,sedangkan
pembelaan ram adalah objek guyonan dan penyerangan,dan tudingan.jujur
aku tak membenci pendatang,jujur akumerasa nyaman bergaul dan membina
persahabatan,namun sejarah dan tingkah polah serta ucapan2 mereka yang
tak mencerminkan penghargaan layaknya kesopanan pada kearifan lokal ini
sangat mengusik.pengistimewaan seorang tamu ada batasan jika hendak di
anggap sai lamban ada aturan.mereka tak ingin di bilang penjajah dan
perampas meski realitanya mereka merampok tanah ulayat pribumi atas nama
pemerintahan republik dengan program transmigran.mereka di istimewakan
dan selalu menuntut di istimewakan dengan jika tak senang melakukan
penyerangan2,pembakaran2kampan ye2
negatif tentang kelampungan,,bahkan pembunuhan dan pelecehan dan sikap
enggan serta membangkang untuk taat dengan aturan adat budaya kearifan
lokal bahkan yang terparah enggan dan tidak mau berbahsa lampung di
tanoh marga ini.mereka memposisikan mereka adalah orang lain tapi
mengaku orang lampung yang tampah mencerminkan karakteristik jema
lampung,mencatut nama lampung seenaknya,merusakkan nama lampung dengan
seenaknya dengan tindakan2 pelanggaran mereka.dan dengan pongah menuntut
jema lampung yang menyesuaikan bahsa dengan mereka melalaui gestur,raut
muka,gaya bahsa,dan ejekan2 mereka.ku ingat salah satu pantun yang
merendahkan tsb di waktu ku sd minoritas di tanoh ku sendiri "lampung
maling candung di pentung melung melung).melung2 adalah istilah/kata
untuk menunjukkan tentang suara anjing yang mengkaing2 lari terbirit2
saat di pentung.what anjing? ya.secara tidaklangsung mengatakan suku
lampung(suku ku) adalah anjing pengecut yang lari terbirit2(pengecut)
beraninya menggonggong dari jauh saat di dekati dan di seriuskan
memohon2 ampun.dan pantun ejekan inilah salah satunya yang membuatku
saat kecil(sd)sering berkelahi :) karena tabiatku dari kecil adalah anak
yang cendeung pendiam dan tak banyak tingkah(gak gangguin orang) tapi
kalu di ganggu berlebihan,aku ngamuk tak peduli meski banyak lawan
sekalipun.yah kadang menang sie kadang babak beur di kroyokkk
- Matsayuti Putra Penyimbang, Chrisdian Chandra, Penti Oktiana dan 2 lainnya menyukai ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar