Kamis, 01 Mei 2014

YANG TERDALAM DARI LAMPUNGKU

ku hanya ingin bercerita,cerita tentang kepedihan menjadi lampung.cerita tentang sang lampung muda yang merasa tergerak dan terpanggil untuk membela rah(darah) dan trah(keturunan) lampung nya.ku pernah terfikir menjauhi,mencoba mengabaikan dan melakukan rendah diri sebagai sang lampung.hingga menhantarkan perjalanan ini ke rantauan.di rantauan akupun sempat krisis identitas "kelampungan".hidup dan besar tanpa pernah merasakan kentalnya dat budaya lampung juga semakin menambah keterpurukan ini.berawal dari penasaran juga di tambah lagi di keperihatinan,ku coba instropeksi diri,whoi is me?.tak bisa ku pungkiri selain aku islam,aku indonesia,akupun adalah lampungnese.di rantauan(palembang) banyak ku temui berbagai etniss pendatang dan pribumi yang mau tidak mau harus cakap berbahasa palembang,kalau tidak yahhhh siap2 aja mahal kalau beli sesuatu,juga siap2 aja ketahuan orang luar palembang nya kalau gak berbahasa palembang,alsan satu ini NGECIKKE BALAK atau meminimalisir bala/hal2  yag tak di inginkan biasanya tindak kriminal juga menjadi alasan ampuh untuk bisa berbahasa palembang dan menyesuaikan dengan adat budaya setenpat.alasan yang lainnya ternyata disini kutemui orang2 yang berbahasa lampung tapi enggan di sebut suku lampung karena mereka berada di luar provinsi lampung(komering,daya,ranau okus bukan ranau lambar lho)menambah krisis dan kritis identitasku,sebab menurut keterangan bak(bapak),keturunan dari garis bak adalah dari liba haji komering yakni dari daerah muaradua.bahkan kalau gk salah tuyuk(ayah kakek) kelahiran liba haji komering.sedangkan ibu jelas dari krui dan yang ku tau sedjak kecil aku ni lampung.aku bingung nama suku yang sebenarnya apa,lampung atau komering,terus tentang ranau?.pertanyaaan2 itu terus menggelitik dan semakin hari semakin membuatku penasaran apalagi di tambah dengan sering nya interaksi dengan orang2 tsb sehingga alhamdulillah bahsa komering bisa kukuasai(cuma beti sich dengan bahsa lampung krui 16 marga).dalam puncak kebingungan saat pulang kampung ku tanya tuntas lugas dengan bak tentang polemik yang menggelisahkan ini.kata nya komering,daya,kayuagung dan ranau adalah lampung juga masih rumpun suku lampung juga.tapi penasranaku tak pernah tuntas mulailah pencarian alhamdulillah internet sangat membantu,juga dengan diskusi2 ringan bahkan ada yang cenderung serius pada para oarang tua yang ku temui mengerucut pada kesimpulan yang sama.setiap artikel yang saya temui awal2nya yang menurutkku penting ku downlod dan ku ambil kusimpan di netbookku.tapi karena banyaknya dan keterbatasannya waktuku,maka kubuatkan blog2 dan bertebaranlah blog2ku dengan berbagai macam nama.
juga mulai aktif berdiskusi dengan teman2 media online tentang berbagai macam topik tentang kelampungan.dalam pengekploran inilah kutemukan banyak nya kejutan2 tentang marwah dan tamadun lampung yang sangat membanggakan.dari saaat itulah rasamemiliki,sayang,cinta,dan rasaingin membela begitu membara.karena panggilan dari keprihatianan akan kesewenang wenangan pemerintahan republik dan pendatang juga transmigran yang pada puncaknya tumbal darah membasahi tanoh bumi puyang nya diri,juga dengan caci maki mereka di jagad maya ini.kecama pribumi lampung barbar,kuno,dan kecaman2 sarkatistik lainnya begitu masifff buat ku miris,menangis dan murka.ketidak adilan ini begitu kian terasa seiring kedewasaan dan pengetahuanku tentang kurang ajar nya mereka,tentang ketidak berterimakasihan mereka,tentang pengistimewaan mereka,tentang penindasan mereka pada  bangsa sang anank2 marga.aku menangis dalam sanubari terdalam rasime mereka harus ku telan,sedangkan pembelaan ram adalah objek guyonan dan penyerangan,dan tudingan.jujur aku tak membenci pendatang,jujur akumerasa nyaman bergaul dan membina persahabatan,namun sejarah dan tingkah polah serta ucapan2 mereka yang tak mencerminkan penghargaan layaknya kesopanan pada kearifan lokal ini sangat mengusik.pengistimewaan seorang tamu ada batasan jika hendak di anggap sai lamban ada aturan.mereka tak ingin di bilang penjajah dan perampas meski realitanya mereka merampok tanah ulayat pribumi atas nama pemerintahan republik dengan program transmigran.mereka di istimewakan dan selalu menuntut di istimewakan dengan jika tak senang melakukan penyerangan2,pembakaran2kampanye2 negatif tentang kelampungan,,bahkan pembunuhan dan pelecehan dan sikap enggan serta membangkang untuk taat dengan aturan adat budaya kearifan lokal bahkan yang terparah enggan dan tidak mau berbahsa lampung di tanoh marga ini.mereka memposisikan mereka adalah orang lain tapi mengaku orang lampung yang tampah mencerminkan karakteristik jema lampung,mencatut nama lampung seenaknya,merusakkan nama lampung dengan seenaknya dengan tindakan2 pelanggaran mereka.dan dengan pongah menuntut jema lampung yang menyesuaikan bahsa dengan mereka melalaui gestur,raut muka,gaya bahsa,dan ejekan2 mereka.ku ingat salah satu pantun yang merendahkan tsb di waktu ku sd minoritas di tanoh ku sendiri "lampung maling candung di pentung melung melung).melung2 adalah istilah/kata untuk menunjukkan tentang suara anjing yang mengkaing2 lari terbirit2 saat di pentung.what anjing? ya.secara tidaklangsung mengatakan suku lampung(suku ku) adalah anjing pengecut yang lari terbirit2(pengecut) beraninya menggonggong dari jauh saat di dekati dan di seriuskan memohon2 ampun.dan pantun ejekan inilah salah satunya yang membuatku saat kecil(sd)sering berkelahi :) karena tabiatku dari kecil adalah anak yang cendeung pendiam dan tak banyak tingkah(gak gangguin orang) tapi kalu di ganggu berlebihan,aku ngamuk tak peduli meski banyak lawan sekalipun.yah kadang menang sie kadang babak beur di kroyokkk
Suka · ·

Tidak ada komentar:

Posting Komentar