30 Sep 2010
50% Warga Pintu Bosi Berubah Lalu Tanam Ubi Racun
Hotline Tapanuli FM - Hotline Tapanuli FM
Tapanuli Tobasa 29/9.
Hal itu diakui Anto Napitupulu 60 thn warga Desa Pintu Bosi. "Pendapatan
kami jelas meningkat, sebab lahan yang tadinya kosong, kini sudah
berisi tanaman ubi racun," jelasnya.
Sembari mengatakan dari satu rante, warga mampu menghasilkan dua ton ubi per delapan bulan, atau dari satu hektare mampu menghasilkan 100 ton ubi per delapan bulan.
Ketika ditanya berapa besar peningkatan pendapatan keluarga warga per bulan, Anto enggan menjawab. Namun ia mengatakan, satu batang ubi racun dapat menghasilkan 2,5 kg sekali panen dan dapat dijual ke PT Hutahaean seharga Rp500 s/d Rp650 per kg.
Hal itu diakui sejumlah warga dan Kepala Desa Pintu Bosi. baru baru ini "Untuk saat ini, masyarakat saya tidak lagi banyak yang nongkrong di warung kopi, mereka sudah pergi bekerja membuka lahan perkebunan yang akan ditanami ubi racun.
Antusias masyarakat untuk menanam ubi ini disebabkan hadirnya PT Hutahaean, Pabrik Tapioka yang menampung ubi dengan harga sesuai pasar," kata Kepala Desa Pintu Bosi, Marasil Pangaribuan
Dia mengatakan, lahan perkebunan ubi racun di desanya sudah mencapai 75 hektare (ha), bahkan Marasil yakin lahan perkebunan akan bertambah karena warga bekerja dan berusaha membuka lahan tidur menjadi lahan produktif.
"Sebelum PT Hutahaean berdiri, banyak warga bermalas-malasan dan nongkrong di warung kopi. Sehingga pendapatan semakin merosot.
Namun, setelah pabrik ini berdiri, kehidupan warga berubah 50 persen. sejak mereka mengelola ubi racun, sepedamotor di daerah ini semakin bertambah. Rata-rata per rumah tangga sudah memiliki sepedamotor," jelas Marasil Pangaribuan. [tt >lnwgt]
Sembari mengatakan dari satu rante, warga mampu menghasilkan dua ton ubi per delapan bulan, atau dari satu hektare mampu menghasilkan 100 ton ubi per delapan bulan.
Ketika ditanya berapa besar peningkatan pendapatan keluarga warga per bulan, Anto enggan menjawab. Namun ia mengatakan, satu batang ubi racun dapat menghasilkan 2,5 kg sekali panen dan dapat dijual ke PT Hutahaean seharga Rp500 s/d Rp650 per kg.
Hal itu diakui sejumlah warga dan Kepala Desa Pintu Bosi. baru baru ini "Untuk saat ini, masyarakat saya tidak lagi banyak yang nongkrong di warung kopi, mereka sudah pergi bekerja membuka lahan perkebunan yang akan ditanami ubi racun.
Antusias masyarakat untuk menanam ubi ini disebabkan hadirnya PT Hutahaean, Pabrik Tapioka yang menampung ubi dengan harga sesuai pasar," kata Kepala Desa Pintu Bosi, Marasil Pangaribuan
Dia mengatakan, lahan perkebunan ubi racun di desanya sudah mencapai 75 hektare (ha), bahkan Marasil yakin lahan perkebunan akan bertambah karena warga bekerja dan berusaha membuka lahan tidur menjadi lahan produktif.
"Sebelum PT Hutahaean berdiri, banyak warga bermalas-malasan dan nongkrong di warung kopi. Sehingga pendapatan semakin merosot.
Namun, setelah pabrik ini berdiri, kehidupan warga berubah 50 persen. sejak mereka mengelola ubi racun, sepedamotor di daerah ini semakin bertambah. Rata-rata per rumah tangga sudah memiliki sepedamotor," jelas Marasil Pangaribuan. [tt >lnwgt]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar